Bab 51
Karena diusir dari tempat tidur
dengan kasar, Deon langsung protes.
"Bu Luna! Kamu telah menyiksaku
semalaman dan sekarang kamu ingin mengusirku dari tempat tidur. Apakah menurutmu
ini adil?"
"Semalaman apanya? Apa yang kamu
bicarakan? Keluar!
Luna membelalak dengan marah, apalagi
saat melihat pakaian dan celana dalamnya berserakan di lantai.
Luna yakin, pasti Deon si cabul
inilah yang melepas pakaiannya saat dia mabuk dan mengambil kesempatan
untuk....
Mendengar suara Luna, Suzie bergegas
mendekat dan berkata sambil tersenyum, "Luna! Akhirnya kamu bangun
juga!"
"Memang benar bahwa Deon membawamu
pulang semalam. Tapi, setelah itu kamu tiba-tiba bertingkah gila karena masih
mabuk. Kamu terus memeluknya dan melepas pakaianmu tanpa terkendali. Bahkan aku
pun nggak sempat menghentikanmu!"
"Aku terpaksa berbohong dan
terus membujukmu untuk cepat tidur. Selain itu, aku nggak melakukan
apa-apa!"
Deon menimpali dengan sangat marah.
"Kamulah yang merepotkanku
sampai aku terjaga hingga dini hari. Bukannya bersyukur, kamu malah
menendangku! Bu Luna, tolong berpikir dan bersikap dengan masuk akal.
Wajah Luna tiba-tiba terasa panas
karena malu.
Saat ini, dia baru mengingat apa yang
terjadi padanya setelah bertemu dengan Penggoda Bersaudara. Dia spontan
bertanya dengan kaget.
"Kamu membunuh Penggoda
Bersaudara dan menyelamatkanku?"
"Siapa lagi kalau bukan
aku?"
Deon menjawab sambil mendengus
dingin.
Luna membuka ponselnya dan mengklik
laman berita utama. Namun, dia malah mengerutkan kening dan membentak.
"Omong kosong! Di sini tertulis
bahwa kapten Biro Penegak Hukum, Mira-lah yang memimpin para anak buahnya ke
lapangan dan membunuh Penggoda Bersaudara! Serendah itukah dirimu sampai harus
berbohong seperti itu?"
Deon tercengang, lalu berkata,
"Jelas-jelas akulah yang membunuh mereka, bahkan aku juga menyelamatkan
Mira!"
"Haha, ini pertama kalinya aku
bertemu dengan orang se -enggak tahu malu dirimu. Deon, pencapaian orang lain
adalah milik orang lain, bukan milikmu!"
Luna dengan sangat marah menambahkan.
"Kualitas SDM orang yang nggak
berkuliah memang rendah, ya!"
Deon berdiri dan berkata.
"Bu Luna, kamu bergelar doktor
dan berkuliah di luar negeri. Kuliah dan makan di tanah asing pasti membuatmu
merasa luar biasa! Maafkan aku yang kualitasnya rendah ini, tapi aku nggak bisa
lagi bekerja di bawahmu!"
"Sungguh nggak tahu berterima
kasih!"
Saking marah, Deon langsung keluar.
Di sisi lain, Luna berkata dengan
datar, "Aku hanya mengatakan yang sebenarnya, tapi dia nggak tahan dan
langsung kabur. Dengan sifat seperti itu, dia nggak pantas disebut seorang
pria!"
Suzie tiba-tiba menyela.
"Luna, yang kamu baca hanyalah
setengah dari cerita sebenarnya! Mira memang datang untuk menyelamatkan kita,
tapi sebelum dia datang, Deon-lah yang melindungi kita!"
Tentu saja Suzie sengaja berbicara
dengan nada yang agak ragu. Dia juga tidak menceritakan kejadiannya secara
menyeluruh dan tidak memberi tahu Luna bahwa Mira kalah dan Deon-lah yang
mengalahkan Penggoda Bersaudara.
Hal itu karena Suzie memiliki rencana
sendiri.... Dia ingin Deon menjadi miliknya sendiri! Kalau Luna mengetahui
kebenarannya, Suzie harus bersaing dengannya demi cinta!
Luna bertanya dengan terkejut,
"Zie, apakah kamu mengatakan yang sebenarnya? Jangan bilang kamu sedang
mencoba membela bajingan itu?"
Suzie terdiam dan menjawab dengan
cemburu.
"Semalam, Deon bergadang sampai
jam tiga pagi untuk menjagamu. Dia bilang dia berutang padamu, tapi saat aku
bertanya, dia nggak mau memberitahu apa utang itu.
Untuk sejenak, jantung Luna berdetak
kencang. Matanya mengilap dan dia bergumam, "Kalau begitu, dia...."
Begitu Deon keluar dari vila Luna,
dia melihat sebuah Audi A5 di depan pintu.
Daniel turun dari mobil tersebut dan
berjalan ke pintu sambil membawa banyak hadiah. "Luna, aku datang!"
Dia mendongak dan melihat Deon, lalu
mengerutkan kening dan berkata.
"Kamu lagi? Pegawai sialan, ada
urusan apa kamu ke sini? Aku sudah membaca laporannya. Untung saja ada kapten
kami. Kalau nggak, kamu pasti sudah mati di jalanan!"
Deon membalas cercaannya.
"Loh, kamu si juara lari jarak
jauh yang semalam berhasil lolos dua kali, 'kan? Tak kusangka kamu berani
menunjukkan batang hidungmu di sini. Ck ck!"
Daniel berkata dengan marah.
"Sialan, saat itu aku pergi
untuk mencari bala bantuan! Sudahlah, jangan beromong kosong lagi! Aku nggak
kabur, titik!"
Deon berkata, "Hmm.... Kalau
bukan kabur, apa sebutannya, ya? Jalan memutar yang strategis? Kemunduran
strategis? Kabur adalah strategi satu- satunya?"
Raut wajah Daniel seketika menjadi
kusut.
"Aku malas berurusan dengan pria
rendahan sepertimu! Aku yakin kamu pasti habis diusir oleh Luna, 'kan? Sial,
memalukan sekali, hahaha!"
Wajah Deon tiba-tiba menjadi kesal.
Dia mengabaikan ucapan Daniel, lalu berbalik dan hendak pergi.
"Kata siapa?"
Namun, saat ini Luna yang mengenakan
sepatu bot hak tinggi tiba-tiba keluar dan menahan lengan Deon.
"Deon, apa yang kamu lakukan di
luar? Aku memasak sup, masuklah sebelum supnya dingin."
No comments: