Bab 1074
Plak!
Dennis mengangkat tangannya, langsung memberikan satu tamparan!
Udara di sekitarnya seolah tersedot oleh tamparan itu!
Suara keras pun terdengar!
Winsen langsung terjatuh ke tanah, mulutnya memuntahkan darah,
sementara matanya dipenuhi rasa takut saat menatap Dennis.
Dia sudah terluka parah. Sekarang, Dennis tidak lagi
menyembunyikan kekuatannya. Tidak ada lagi jalan baginya untuk melarikan diri!
"Matilah," kata Dennis dengan acuh tak acuh, bersiap
untuk mengambil jantung Winsen.
"Tunggu! Aku, aku ada sesuatu yang ingin kukatakan!"
ujar Winsen.
Winsen tiba-tiba berteriak keras, menahan luka - luka di tubuhnya
sambil menatap Adriel dengan dingin, lalu berkata, "Aku punya sebuah
rahasia! Rahasia ini cukup berharga untuk menyelamatkan nyawaku!"
"Oh?"
Langkah Dennis terhenti sejenak. Dia merasa sedikit terkejut
ketika berujar, "Katakan!"
Rahasia apa yang bisa bernilai sebesar nyawa seorang Guru Bumi?
Winsen dengan wajah muram berkata, "Nyawaku bukan di
tanganmu, tapi di tangan tuanmu! Rahasia ini hanya akan aku katakan
padanya."
Sambil berkata demikian, Winsen menatap langsung ke arah Adriel,
lalu melanjutkan, "Rahasia ini berkaitan erat dengan asal usulmu.
Datanglah ke sini, aku akan menjelaskannya secara rinci hanya padamu, lalu kamu
bisa memutuskan apakah ingin membiarkanku hidup atau nggak ... "
Adriel tertawa.
Dennis juga ikut tertawa.
"Kalian..."
Winsen tertegun, merasa bingung serta ragu. Namun, dia yakin bahwa
rahasia ini adalah senjata pamungkas untuk dia bisa menanipulasi Adriel!
Sekarang, dia merasa enggan untuk mengungkapkannya, tetapi demi
hidupnya, dia tidak punya pilihan lain.
"Kamu masih berani tertawa! Aku bisa memberitahumu kalau
nyawamu sepenuhnya bergantung pada rahasia ini!" kata Winsen dengan
dingin.
Meski dia sudah terluka, dia menatap Adriel dengan tatapan angkuh
serta penuh ancaman. Dia berkata, " Percaya atau nggak, aku bisa saja
memberitahukan rahasia ini pada semua orang. Nanti kamu bukan lagi Raja Majaya,
melainkan seorang tawanan!"
Masih ada jalan?
Yasmin sebenarnya sudah merasa putus asa. Namun, tiba-tiba matanya
berbinar ketika mendengar kata-kata ini. Dia kembali memandang Winsen dengan
penuh harapan.
Namun, Adriel memandang Winsen dengan penuh minat, lalu tiba-tiba
berkata, "Apa kamu ingin mengatakan kalau aku sebenarnya bukan keponakan
Gary Tak Terkalahkan?"
Bum!
Winsen terdiam penuh kebingungan. Dia menatap Adriel dengan
tatapan kosong, tak bisa memercayai apa yang dia dengar.
"Kamu ... Bagaimana bisa... "
Plak!
Tubuh Winsen tiba-tiba menjadi kaku. Dia merasakan sesuatu yang
dingin di dadanya. Ketika dia menoleh, dia melihat tangan Dennis sudah menembus
dadanya, mencengkeram sebuah jantung yang masih berdenyut.
"Tuan Muda, apakah jantung orang bodoh seperti ini masih bisa
untuk digunakan?" kata Dennis.
Dennis dengan hormat mempersembahkan jantung itu kepada Adriel.
"Gunakan saja. Jantung ini bisa diolah menjadi pil yang cukup
untuk membuatmu naik satu tingkat lagi," ujar Adriel dengan santai.
Ketika mendengar percakapan antara majikan dan pelayannya ini,
Winsen merasa bahwa seluruh keluarga Forez telah benar-benar dipermainkan oleh
Adriel. Mereka tahu, sejak awal mereka sudah tahu semua rahasia keluarga Forez.
Tidak, seharusnya adalah kartu as keluarga Forez benar-benar
salah!
Rencana keluarga Forez sejak awal sudah salah!
Apa yang akan terjadi ketika perang besar di keluarga Forez
meletus?
Dia tidak berani memikirkannya lebih jauh. Saat ini, satu-satunya
pikirannya adalah untuk dengan cepat ... memberi tahu keluarga!
Sayangnya, kesadarannya mulai memudar.
"Oh, ya, sekarang masih ada satu orang lagi yang membawa
serigala ke dalam rumah..."
Adriel memasukkan jantung Guru Bumi itu ke dalam Ruang Penyimpanan
Surgawi, lalu mengangkat pandangannya ke arah Yasmin yang wajahnya sudah
dipenuhi ketakutan.
Yasmin mengangkat kepalanya dengan tiba-tiba, wajahnya tampak
pucat saat menatap Adriel. Dia melihat Adriel dengan kedua tangan penuh darah,
sementara Dennis yang berdiri di sampingnya memiliki aura yang sangat kuat.
Mereka menatapnya dengan tatapan dingin.
Pada saat itu juga, Yasmin tampak terengah-engah, mundur beberapa
langkah dengan panik.
"Ibu, tolong selamatkan aku!" ujar Yasmin.
Jangan terkecoh dengan sikap keras kepala Yasmin. Saat menghadapi
keadaan di mana nyawanya terancam, bagaimana mungkin dia tidak takut mati?
Di saat-saat kritis, dia secara naluriah ingin mencari
perlindungan dari ibunya, meski dia telah menyakiti ibunya berkali-kali.
Namun, kali ini ...
Yasmin merasa kedinginan ketika melihat Ana yang memandangnya
dengan rasa sakit serta kekecewaan di wajahnya. Ana berujar, "Yasmin, kamu
sudah benar-benar membuatku sangat kecewa..."
No comments: