Bab 274
Di dalam mobil.
Arjun menyetir mobil dan membawa
Nathan menuju arah barat kota.
Nathan mengangkat alisnya dan
berkata, "Kak Arjun, ini bukan arah menuju Gluton, 'kan?"
Arjun tersenyum pahit dan berkata,
"Tuan Nathan, kita mau pergi ke Analin."
"Malam ini adalah hari penting
di mana diadakan pertemuan Gluton kita, Simon dari Sirion, dan juga kekuatan
bawah tanah terakhir di Beluno, Janda Hitam dari Analin."
"Kalau bukan karena ini, saya
juga nggak akan berani minta Tuan Nathan mengikuti saya."
Nathan menganalisis, "Tampaknya
pertarungan Gluton dan Simon dari Sirion telah mencapai momen kritis."
"Jadi Analin nggak bisa tinggal
diam lagi dan terpaksa turun ke bawah untuk berunding, 'kan?"
"Tuan Nathan benar. Seperti
itulah situasinya," ucap Arjun dengan kagum.
"Anda sebelumnya membantu saya
menyingkirkan kaki tangan Simon yang paling hebat dan memenangkan kesempatan
untuk melakukan serangan balik bagi Gluton."
"Sekarang, Simon nggak bisa
berbuat apa-apa terhadap Gluton. Janda Hitam campur tangan kali ini. Saya
khawatir ada sesuatu yang mencurigakan terjadi, jadi saya mesti merepotkan Tuan
Nathan."
Nathan mengangguk dan berkata,
"Karena sudah memutuskan untuk membantu Gluton, aku tentu nggak akan
membiarkan Gluton ditelan oleh Simon."
Masih ada alasan lain yang belum
Nathan ungkapkan di sini.
Bima ingin Arjun bergabung dengan
mereka dan memanfaatkannya untuk membantu Nathan.
Nathan cukup puas dengan Arjun.
Jika mereka bisa menyatukan pasukan
bawah tanah di Beluno.
Selain punya Bima, orang paling kaya
di Beluno, mendukungnya.
Nathan masih punya Arjun yang
memihaknya dari pasukan bawah tanah.
Jadi, baik dari pasukan putih ataupun
pasukan gelap, Nathan akan menjadi satu-satunya penguasa di Beluno.
Nathan sendiri tidak begitu tertarik
pada kekuasaan dan status.
Darah yang mengalir dalam tubuhnya
telah melampaui kekuatan dan status yang tak terhitung jumlahnya di dunia ini.
Terlebih lagi, berdasarkan kemampuan
yang dimilikinya, baik itu sastra, bela diri, pengobatan, ataupun bidang
lainnya.
Nathan bisa bergerak bebas dan tetap
tak terkalahkan.
Namun, dia tidak lagi sendirian
sekarang.
Dia memang perlu mengembangkan
beberapa talenta berbakat yang menjanjikan.
Mobil-mobil melaju dengan cepat dan
segera memasuki wilayah barat kota.
Nathan bertanya dengan santai,
"Kalau dibandingkan, siapa yang lebih kuat, Janda Hitam, penguasa Analin,
Simon atau kamu?"
"Di antara empat penguasa bawah
tanah Beluno, Janda Hitam-lah yang paling rendah hati. Tapi wanita ini brutal
dan kejam. Dia nggak boleh dianggap remeh," jawab Arjun.
"Selama bertahun-tahun ini, baik
itu Waldi, Simon, ataupun aku, kami semua ingin mengambil alih wilayah
Analin."
"Tapi setelah bertarung secara
terbuka selama bertahun-tahun ini, nggak ada seorang pun yang berhasil."
Nathan terkejut dan bertanya,
"Penguasa Analin seorang wanita?"
Arjun tersenyum pahit dan berkata,
"Ya, dia pantas menyandang julukan itu. Dia seorang janda yang suaminya
sudah meninggal."
"Tapi Tuan Nathan, jangan
meremehkan janda ini. Bukan hanya keterampilannya sama bagusnya dengan
keterampilanku, tapi dia juga punya sekelompok master.
"Entah itu karena dia jago di
ranjang atau punya pesona lain, semua anak buahnya sangat setia padanya."
Nathan tersenyum dan berkata,
"Cukup menarik."
Ekspresi wajah Arjun berubah. Dia
berkata dengan penuh semangat, "Tuan Nathan, jangan-jangan Anda ingin
menaklukkannya? Meski wanita ini nggak muda lagi, kecantikannya luar biasa.
Akan menarik untuk bermain dengannya."
"Meski wanita tua nggak
sesempurna Nona Regina, setidaknya dia lebih penyayang dan punya teknik yang
baik."
Nathan berkata dengan tenang,
"Kamu begitu pandai bicara, mengapa kamu nggak jadi komedi tunggal saja?
Aku akan beri tahu Bima dan biarkan dia mengatur pekerjaan untukmu besok."
No comments: