Bab 2698
Ellia tercengang melihat
kepergiannya. Para rakyat bahkan makin marah ketika mereka melihat Adelia yang
tidak peduli sama sekali.
Saat ini, Saka tiba di ujung jalan
dan di sini sudah kosong.
Saka berhenti. Di seberangnya ada
seorang lelaki tua berwajah hitam dan seorang master ilahi tingkat delapan yang
juga berhenti.
Lelaki tua berwajah hitam itu tidak
memiliki kultivasi apa pun, tetapi dia mulai berbicara terlebih dahulu. Dia
melirik mayat di tanah, menatap Saka sambil tersenyum dan berkata, "Bocah,
apa kamu membunuh seseorang dari keluarga Khalevi?"
Saka tidak menjawab, dia hanya
menatap lelaki tua itu dengan ekspresi agak bingung.
Saka yakin bahwa dirinya belum pernah
melihatnya sebelumnya. Namun, entah kenapa, dia merasa lelaki itu tidak
asing...
Namun, saat ini Saka justru berkata
dengan tenang, "Aku hanya membunuh seorang yang nggak berguna dari
Prastya."
Penghinaan ini membuat wajah master
ilahi tingkat delapan yang berdiri di samping lelaki tua berwajah hitam itu
tiba-tiba menjadi dingin. Dia mengangkat tangannya dan menggenggam erat pedang
panjang di pinggangnya, dan momentum master ilahi tingkat delapan siap untuk
bergerak.
Namun, lelaki tua berwajah hitam itu
justru menghentikannya. Dia menatap ke arah Saka dan sambil tersenyum dia
berkata, "Kamu tahu ini adalah sebuah jebakan, tapi kenapa kamu memilih
untuk terjebak? Aku dengar Negara Elang telah menghianatimu dan kini nggak ada
seorang pun yang akan membantumu, apakah itu sepadan?"
Saka menatap ke arahnya dan berkata
dengan tenang, "Negara Elang memang memiliki banyak kekurangan, misalnya
diskriminasi regional dan kesenjangan antara kaya dan miskin. Tapi, ini adalah
negaraku. Aku adalah rakyat Negara Elang, nggak peduli seberapa buruk keadaan
di sini, juga bukan giliranmu yang sebagai negara kalah untuk membuat kekacauan
di sini!"
Setelah mendengar perkataan itu,
lelaki tua berwajah hitam itu menghela napas dan menggelengkan kepalanya tak
berdaya. "Kamu benar-benar bodoh, susah diajari. Kalau memang
begitu..."
Sambil berbicara, dia melambaikan
tangannya.
Lelaki yang penuh bekas luka di
sampingnya melangkah maju dengan wajah yang muram dan tangannya yang memegang
erat gagang pisau di pinggangnya. Dia menatap Saka dengan tatapan tajam dan
sebuah aura tak kasat mata tengah mengunci Saka.
Dalam sekejap, Saka merasa
seolah-olah ada hantu jahat di sarung pedangnya. Yang sedang perlahan membuka
mata dan menatapnya dengan tajam. Begitu perdang itu terhunus, itu akan menjadi
pukulan yang mematikan.
Tidak ada rasa takut di mata Saka,
melainkan niat perang yang dahsyat.
Bahkan tanpa mengaktifkan Teknik
Penerobos Surgawi tingkat empat, dirinya masih bisa melawannya, bahkan bisa
membunuhnya!
Perang!
Saka melangkah maju, langkahnya makin
cepat dan ke mana pun yang dia lewati, Seni Bela Diri Kejahatan bermekaran
seperti angin kencang dan seni bela diri yang kedua di tubuhnya juga sedang
siap sedia.
Pada saat yang bersamaan, lelaki yang
penuh bekas luka itu juga bergegas maju dan momentumnya beberapa kali lebih
kuat dari Saka.
Namun, kecepatan Saka makin lama
makin cepat! Niat perang di matanya menjadi makin ganas!
Tepat ketika Saka masih beberapa
meter jauhnya dari lelaki yang penuh bekas luka dan pedang panjang itu hendak
dihunus, tiba-tiba wajah lelaki itu berubah dan dia berhenti.
Dia tidak lagi mempedulikan Saka dan
tatapannya langsung beralih ke sisi lain.
Saka juga tampak merasakan sesuatu
dan dia juga melihat ke ujung jalan yang di sisi lain.
Terlihat seorang laki-laki berpakaian
biru berjalan perlahan ke arah mereka.
Dia terlihat berusia 30 tahunan,
tidak terlalu tampan, tetapi tampak seperti telah melalui banyak hal, yang
membuatnya tampak begitu tenang. Namun, tatapannya tampak begitu tajam.
Dia berjalan ke arah mereka dengan perlahan
dan santai.
Namun, ada aura tak terlihat yang
menyelimuti seluruh tempat itu.
Namun, setelah dia muncul, wajah
lelaki yang penuh bekas luka itu berubah menjadi serius.
Karena setiap langkah dari lelaki ini
seolah memiliki irama aneh di bawah kakinya, yang membuat darah orang mendidih!
Sedangkan ekspresi lelaki tua
berwajah hitam itu juga agak berubah dan dia berbisik, "Itu dia, kenapa
dia datang ke sini... "
Saat ini, Saka juga menatap lelaki
itu dengan bingung dan berkata, "Kamu..."
Lelaki berpakaian biru itu menatapnya
dengan tatapan tajam seperti pisau. "Apa kamu yang membunuh warga
Prastya?"
Saka menganggukkan kepalanya pelan.
Tatapan lelaki berpakaian biru itu
menjadi agak lembut. "Apa kamu Saka?"
"Benar," kata Saka.
Lelaki berpakaian biru itu mengangguk
pelan, lalu menatap lelaki yang penuh bekas luka itu dan berkata dengan tenang,
"Aku akan mengambil alih urusan dia. Kalian ingin bertarung atau
berdamai?"
Lelaki yang penuh bekas luka itu
mengerutkan keningnya, tetapi dia tidak berbicara. Sebaliknya dia menatap
lelaki tua berwajah hitam itu.
Lelaki tua berwajah hitam menatap
lelaki berpakaian biru dan berkata sambil tersenyum, " Kamu mungkin nggak
tahu bagaimana situasi di Kota Sentana. Orang ini menentang Putra Mahkota...
"
"Itu bukan jawaban," ujar
lelaki berpakaian biru.
Lelaki berpakaian biru itu menatapnya
dengan tenang dan mengulangi pertanyaannya. "Bertarung atau
berdamai?"
No comments: