Bab 751
Nindi menatap tajam ke arah Nyonya
Belinda yang hanya terpisah oleh sebuah dinding, berharap wanita itu akan
mengutarakan jawabannya.
"Katakan, di mana Bos Sammy?
Sudah lama aku mencarinya, hebat banget ya dia bisa terus sembunyi, bahkan bisa
mengambil uangku!"
Nyonya Belinda terlihat cukup gelisah
dan berkata, " D... dia kerja di Dealer 4S. Kamu ke sana saja kalau mau
menagihnya!"
Nyonya Belinda berkata tanpa
menunjukkan sedikit pun keraguan.
Nindi mengernyitkan alisnya, tetapi
orang yang dimaksud itu telah melarikan diri.
Cakra berkata, "Terus tanya,
suruh dia jelaskan soal kecelakaan mobil waktu itu, dan di mana Sammy sembunyi
selama ini."
Orang itu mengajukan pertanyaan
segera setelah mendengarnya. "Kamu masih sering komunikasi sama Bos Sammy,
'kan? Berani banget ya kalian berdua menipuku!"
"Aku nggak ikut campur. Kamu
bisa langsung ke sana buat bertemu dengannya. Atau, kalau mau, aku bisa bantu
menghubunginya," ucap Nyonya Belinda.
Nyonya Belinda benar-benar dipenuhi
kebencian terhadap Sammy, si bodoh itu!
Tak lama kemudian, ponsel milik
Nyonya Belinda diambil. Setelah membuka kuncinya, dia mencoba menghubungi
berdasarkan informasi kontak yang tertera di sana, tetapi panggilan tersebut
menunjukkan bahwa penerima sedang tidak aktif.
Nyonya Belinda seketika merasa
gelisah. "Aku selalu menghubungi dia ke nomor itu. Aku nggak bohong,
serius. Aku juga bisa kasih kamu sedikit uang buat ganti rugi. Tapi, kamu harus
lepaskan aku dulu, baru aku kasih uangnya."
Satu-satunya hal yang terlintas dalam
benaknya saat ini adalah meninggalkan tempat terkutuk ini.
"Waktu itu aku rugi banget,
gara-gara masalah itu, hidupku selama ini rasanya seperti di neraka. Kamu pikir
dengan ganti rugi uang, masalahnya bisa beres begitu saja?" tanyanya.
"Terus, kamu maunya apa!"
ucap Nyonya Belinda.
Nyonya Belinda tampak putus asa.
"Kalau sampai terjadi sesuatu padaku, mereka bakal segera datang untuk
mencariku. Apalagi aku itu sahabatnya Bu Riska. Kalau keluarga Julian sampai
turun tangan, kamu nggak akan bisa kabur lagi. Mending kamu ambil uangnya dan
lepaskan aku, itu pilihan terbaik buat kamu."
Setelah selesai berbicara, Nyonya
Belinda menerima tamparan keras yang membuat penutup matanya terlepas.
Barulah saat itu dia dapat melihat
seluruh isi ruangan. Kondisinya begitu kotor dan berantakan ini tampaknya bukan
tempat yang layak.
Hati Nyonya Belinda terasa sangat
hancur, dia tidak tahu apakah keluarganya telah menyadari bahwa dirinya
menghilang.
Jika putri sulungnya yang lebih dulu
mengetahui, pasti dia akan menghubungi sahabat karibnya, Bu Riska.
Jika keluarga Julian benar-benar
turun tangan, seharusnya dia akan segera ditemukan.
Begitu memikirkan hal itu, Nyonya
Belinda pun merasa jauh lebih tenang.
Nyonya Belinda menatap tajam ke arah
penculik bertopeng yang berada di hadapannya. "Aku bisa kasih kamu uang,
tapi sisanya kamu beresin saja sama Sammy. Dia yang sudah ambil uangmu, bukan
aku!"
Di lubuk hatinya, Nyonya Belinda
merasa ingin membunuh Sammy. Pria berengsek itu sungguh tega menjebaknya!
"Bos Sammy saja nggak mau angkat
teleponmu, mana bisa aku percaya omonganmu? Kalau aku lepaskan kamu, tapi Bos Sammy
nggak ketemu, aku yang rugi dong?" ucap pria itu.
"Tapi, itu 'kan juga nggak ada
hubungannya sama aku!" ucap Nyonya Belinda.
"Gimana bisa nggak ada
hubungannya sama kamu? Waktu itu 'kan kamu yang suruh orang buat membunuh, kamu
itu dalangnya. Kalau aku lapor ke polisi, memangnya kamu masih bisa hidup
dengan gelar wanita sosialita, hah?" ucap pria itu.
Ekspresi Nyonya Belinda seketika
berubah. "Aku nggak pernah suruh kalian buat membunuh orang. Aku cuma
minta kalian bikin kecelakaan supaya suami istri dari keluarga Lesmana itu
nggak bisa datang ke lelang besoknya. Tapi, justru kalian yang gagal atur
rencana dan bikin mereka meninggal!"
Saat mendengar berita kala itu,
Nyonya Belinda juga sangat terkejut.
Dia tidak berniat membunuh seseorang,
hanya ingin membuat mereka terluka agar tidak dapat menghadiri acara lelang.
Namun, akhirnya mereka tetap
meninggal, mungkinkah semua kesalahan itu harus ditimpakan padanya?
"Nyonya, siapa sih yang bisa
jamin masalah kayak begini bisa berjalan lancar? Sudah ada yang meninggal, ya
bayarannya beda lagi dong!" ucapnya.
Nyonya Belinda menatap dengan
ekspresi dingin. " Aku bisa kasih kamu uang, tapi kamu harus lepasin
aku."
"Tapi, kamu harus kasih tahu,
keberadaan Sammy sekarang," ucap pria itu.
"Mana aku tahu dia sekarang di
mana. Setahuku, dulu dia buka Dealer 4S, tapi karena judi, semua uangnya habis,
dan toko itu akhirnya dijual. Terakhir yang kudengar dia jadi montir di
sana," jelas Nyonya Belinda.
Nyonya Belinda begitu menyesali
keterlibatannya dengan mereka, dan akibatnya kini dia terus-menerus terseret
dalam urusan mereka.
Nindi menatap Cakra dengan ekspresi
terkejut saat mendengar hal itu. "Eh, salah tuh. Yang jadi montir di
bengkel itu pamannya Sania, namanya Simon, bukannya ayahnya."
Cakra merenung sejenak, sebelum
akhirnya meraih mikrofon dan berkata, "Untuk sementara segini dulu, kamu
boleh keluar."
Baru setelah itu di penanya menatap
Nyonya Belinda. "Aku kasih kamu waktu buat mikir baik -baik, daripada
nanti aku hilang kesabaran."
"Berhenti dulu, aku beneran
nggak tahu apa-apa," ucap Nyonya Belinda.
No comments: