Bab 2709
Dalam sekejap, lelaki tua berwajah
hitam itu terkejut. Dia tidak menyangka lawannya akan langsung menyerang.
Ini wilayah kami!
"Masih belum menyerah?"
Saka mengangkat tangannya lagi.
Pada saat ini, lelaki tua itu tidak
tahan lagi. Dia meraih lengan Saka, lalu menatapnya dan berkata, " Saka!
Aku sudah lama mentoleransimu..."
Dalam sekejap, energi sejati dalam
tubuhnya kembali meledak!
Bukan hanya dia.
Beberapa sosok di luar ruangan juga
berdiri satu demi satu. Energi sejati mereka juga meledak dengan dahsyat.
Gabungan kekuatan ini cukup untuk
membunuh master ilahi tingkat sembilan.
"Kamu sudah lama
mentoleransiku?"
Namun saat ini, Saka tersenyum dan
berkata, " Kusarankan kamu terus menanggungnya!"
"Hanya dengan kemampuanmu?"
Lelaki tua itu menggeram, dan saat
beberapa orang di luar hendak menyerbu masuk
"Berhenti."
Wanita bertopeng itu tiba-tiba
berkata, "Mundur kalian semua."
Dalam sekejap, sosok-sosok di luar
pintu berhenti bergerak, dan ledakan energi sejati pun mereda seketika.
Hal itu membuat lelaki tua itu
terkejut, lalu bertanya, "Nona, ini wilayah kami, kenapa kamu masih
mentoleransi bajingan ini?"
Namun saat ini, wanita bertopeng itu
tidak menjawab, melainkan menatap Saka, lalu tiba-tiba menghela napas pelan dan
berkata, "Sejak kapan kamu mengenaliku?"
Saka berkata dengan santai,
"Barusan."
"Barusan?"
Wanita bertopeng itu mengerutkan
kening dan berkata dengan bingung, "Kurasa aku nggak menunjukkan
kekurangan apa pun. Bagaimana kamu bisa mengenaliku?"
Saka berkata dengan tenang,
"Kamu nggak menunjukkan kekurangan apa pun, tapi bawahanmu terlalu
bodoh."
Sambil berbicara, dia menatap lelaki
tua itu dan berkata dengan nada sinis, "Sejak awal, aku sudah merasa nggak
asing dengannya, dan aku memanfaatkan masalah pemakamannya di Gunung Reribu
untuk memancing reaksinya. Dan benar saja, dia terlihat gelisah. Hanya orang
bodoh yang nggak akan mengenali identitas aslimu!"
Saat kata-kata itu terlontar, pupil
mata lelaki tua itu tiba-tiba mengecil. Dia menatap Saka dengan kaget.
Bagaimana mungkin dia tidak mengerti
bahwa penghinaan yang diterima Saka bukan hanya untuk melampiaskan amarahnya,
tetapi juga untuk menguji identitas aslinya? Dialah yang tanpa sadar
mengungkapkan jati dirinya!
Dia malu sekaligus marah, tetapi dia
tidak punya waktu untuk memikirkannya. Dia hanya melindungi wanita bertopeng
itu dan menatap Saka.
Sekarang identitasnya telah
terungkap, jadi dia hanya bisa
Pada saat ini, Saka tiba-tiba
mengangkat tangannya dan mendesah, "Kamu bodoh, ya? Kalau aku berani
datang ke sini, tentu aku sudah punya rencana cadangan."
"Ingat nggak, sebelum datang ke sini,
aku sempat pergi sebentar? Kalau aku nggak kembali sebelum malam tiba, aku
jamin identitas kalian sebagai anggota Enam Jalur Puncak Kematian akan
dipublikasikan!"
Setelah mengatakan semua ini, dia
mengambil cangkir teh dan menyesap teh untuk membasahi tenggorokannya.
Kemudian, dia menatap lelaki tua itu dan berkata sambil tersenyum,
"Sekarang, kita bisa menganggap ini sebagai pertemuan resmi. Sudah lama
nggak bertemu, wahai pecundang."
Di Gunung Reribu, dia dikalahkan oleh
Saka.
Kali ini, dia diperdaya oleh Saka
lagi.
Dulu, dia kalah dalam kekuatan.
Sekarang, dia kalah dalam kecerdasan!
Wajah lelaki tua itu langsung memucat
karena marah.
Saka berkata sambil tersenyum,
"Tapi, aku nggak nyangka kalau lelaki tua ini sebenarnya warga Prastya.
Enam Jalur Puncak Kematian kalian benar-benar penuh dengan orang-orang
berbakat."
Wafa tersenyum dan berkata,
"Enam Jalur Puncak Kematian awalnya memang berkumpul para pengkhianat dari
berbagai negara. Dulu, dia nggak bisa menerima kenyataan bahwa Prastya kalah dan
harus menandatangani perjanjian kekalahan. Jadi, dia memilih untuk diam-diam
membelot dan bergabung dengan Enam Jalur Puncak Kematian."
Saka mengerti. Tak heran lelaki tua
itu begitu terpancing oleh kata-katanya tadi.
Semua hinaan tentang keluarganya yang
dihina oleh orang Barat mungkin memang benar-benar pernah terjadi pada dirinya.
Kemudian, dia menatap Wafa dan
berkata, "Kamu juga warga Prastya?"
Wafa tersenyum dan menggelengkan
kepalanya." Aku orang asli Negara Elang."
Saka tertawa dan berkata,
"Menarik. Bawahanmu mengkhianati negaranya karena kekalahan Prastya dan
bergabung dengan organisasi pengkhianat. Dia benar-benar bisa menjadi anjing
dari orang-orang Negara Elang. Apa ini yang disebut penindasan garis keturunan?"
Lelaki tua itu benar-benar ingin
membunuh seseorang. Namun untuk sesaat, dia benar-benar tidak berani bergerak
dan bahkan tidak berani berbicara lagi.
Identitas Enam Jalur Puncak Kematian
adalah pegangan terbesar mereka. Jika terbongkar, jangan harap mereka bisa
menjalankan rencana mereka. Bahkan nyawa mereka sendiri pun belum tentu
selamat!
Dalam sekejap, semua rencana mereka
berantakan!
Ekspresinya langsung tampak suram.
Dia berlutut di depan wanita bertopeng itu dan berkata, "Nona, ini semua salahku...
"
Wanita bertopeng itu juga membuka
cadarnya. Dia terlihat biasa saja, tetapi di depan Saka, wajahnya
perlahan-lahan berubah menjadi wajah yang pernah dilihat Saka di Gunung Reribu.
Cantik dan penuh semangat, membuat
orang terpesona dalam sekejap.
"Kak Saka sangat hebat ...
"
Meskipun identitasnya telah
terungkap, dia tetap tenang dan bahkan tersenyum kagum.
No comments: