Bab 114
Wanita itu menatap Deon bagaikan
seekor elang yang melihat kelinci dan tubuhnya yang seputih salju langsung
menerkamnya.
Setelah Deon memegang Helen, lalu
memutar tubuhnya 180 derajat dan menekan titik nadinya, wanita itu menjadi
tenang sebelum jatuh ke lantai dengan napas terengah-engah.
Kerumunan orang yang hadir hanya bisa
berdecak kagum melihat adegan itu.
"Dokter Genius Deon, situasinya
sangat mendesak! Tolong cepatlah tangani dia!"
Darren berkata dengan cemas.
Budi juga terlihat sedih dan
mengepalkan tinjunya.
"Tuan Deon, tadi aku yang nggak
tahu sopan santun. Kuakui foto Pengiring Wanita ini memang palsu! Sekarang
tolong selamatkan Helen!"
"Aku cuma punya cucu, Helen. Dia
adalah permata Keluarga Santoso dan nggak boleh sampai ada sesuatu yang terjadi
padanya!"
Deon menyipitkan matanya dan berkata
dengan lembut, "Nggak!"
"Bukankah tadi kamu bilang akan
mematahkan salah satu kakiku dan bahkan menjadikanku budak di Keluarga Santoso
selama setahun? Dengan sikapmu ini, kamu masih berharap aku menyelamatkannya?
Apa kamu pikir aku ini penyelamat dari acara televisi!?"
"Tapi... dokter memperlakukan
pasien seperti orang tua sendiri!"
"Persetan dengan orang tua
sendiri! Aku cuma menyelamatkan orang yang layak untuk diselamatkan!"
Deon langsung menolak.
"Aku nggak pernah merasa aku
adalah orang baik, jadi trik pemaksaan seperti ini nggak akan ada gunanya
terhadapku, terima kasih!"
Saat Deon hendak mengambil langkah
panjang dan meninggalkan Kediaman Keluarga Santoso, Darren buru-buru
menghentikannya.
"Dokter Genius Deon, anggaplah
aku memohon padamu! Selama kamu bisa menyelamatkan Helen, aku akan membayar
berapa pun yang kamu mau. Kalau mau mobil mewah, wanita cantik atau kapal
pesiar, aku akan memberikan apa pun yang kamu mau!"
"Aku nggak kekurangan semua
ini!"
Deon berkata tanpa menoleh ke
belakang, "Kalau mau aku menyelamatkannya, berlututlah dan minta
maaf!"
"Oke, aku minta maaf ....".
Darren si orang terkaya di Kota Sielo
mengatupkan giginya dan lututnya hampir ditekuk.
Seorang pria memiliki harga diri
tinggi, tetapi hari ini reputasi Deon lebih mahal daripada emas.
Akan tetapi, Deon berkata dengan acuh
tak acuh, "Bukan cuma kamu, ada satu lagi!"
Budi menatap Deon dengan tidak
percaya, "Kamu mau aku berlutut?"
Budi adalah seorang guru besar top
dari Negara Lordia dan dia akan berlutut pada seorang bocah bau kencur?
Bukankah dia akan kehilangan muka kalau sampai itu tersebar?
Deon berkata.
"Aku nggak memaksa siapa pun.
Kalau nggak mau berlutut, silakan saja! Tentu saja, menyelamatkan orang juga
terserah aku!"
Sekarang Budi berada dalam dilema dan
raut wajahnya membeku.
Akan tetapi melihat Helen yang hampir
sudah bisa bergerak, dia pun mengatupkan giginya.
"Aku ...."
"Paman Budi, jangan
berlutut!"
Saat itu sebuah suara bergema
terdengar dari luar rumah.
Dua wanita cantik berkulit putih
dengan kaki jenjang, mengenakan gaun musim panas yang modis dengan pusar
terlihat dan celana jins yang sangat pendek di bagian bawah tubuh mereka
berjalan masuk dengan mengenakan sepatu pantofel.
Deon mengenali salah satu dari
mereka, "Mira? Kok kamu?"
"Hah! Aku baru mau tanya kok
kamu bisa ada di sini?"
Mira sangat marah begitu melihat Deon.
"Apakah semua dokter di Kota
Sielo sudah nggak ada sampai harus mengundang dokter kampungan ke sini!"
"Aku dokter kampungan? Siapa
yang mengobatimu dua kali? Di pantatmu masih ada bekas tanganku, jadi jangan
coba-coba menyangkalnya!"
Deon mencibir balik.
Mira langsung naik pitam, "Diam!
Dasar bajingan cabul! Sebutkan ini lagi dan aku akan merobek mulutmu!"
"Mira, apakah yang dia katakan
itu benar? Hehe!"
Di samping Mira ada seorang wanita
lain dengan tubuh semampai, kulit putih, hidung mancung dan sosok seperti peri
dalam lukisan melepas kacamata hitamnya sambil tersenyum.
Deon langsung membeku. Astaga, nilai
penampilan wanita ini hampir setara dengan Luna.
Tentu saja kalau tempat tertentu agak
lebih besar, pasti akan sulit dibedakan.
"Briana, pria ini bajingan! Coba
katakan, apakah di seluruh dunia ini masih membutuhkan seorang dokter yang
menyembuhkan orang dengan memukul mereka? Itu jelas alasan untuk melecehkan
orang dengan dalih pengobatan!" 2
Pipi Mira menggembung dan menunjuk ke
arah hidung Deon dengan gusar.
"Dokter kampungan, biar
kuberitahu kamu kalau hari-hari baikmu sudah berakhir! Yang di sampingku ini
adalah Briana, murid dari Master Medis Lembah Hantu!"
Budi langsung menjadi gelisah setelah
mendengarnya.
"Apa? Master Medis Lembah Hantu
yang merupakan salah satu dari sepuluh dokter terkenal di Negara Lordia?
No comments: