Bab 276
Di aula konferensi besar itu.
Hanya dua orang yang duduk di sana.
Mereka adalah Simon, penguasa Sirion dan Julian, generasi penerus Sekte Pirata.
Melihat Nayana yang berjalan
melenggang masuk sambil memasang senyuman di wajahnya.
Mata Julian memanas dan berniat untuk
menggodanya
Simon langsung menatapnya tajam,
kemudian menggelengkan kepalanya, memberi isyarat agar Julian tidak sembarangan
bicara.
Di kalangan bawah tanah Beluno,
Nayana merupakan wanita penggoda yang terkenal.
Julian punya sifat mesum. Simon takut
dia tidak bisa mengendalikan tubuh bagian bawahnya dan melakukan hal-hal buruk.
"Sudah membuat Tuan Simon dan
Tuan Julian menunggu lama."
Nayana tersenyum dan berkata,
"Kak Arjun dan juga master dari Gluton sudah tiba. Kita bisa mulai
sekarang."
Julian mendengus dingin, lalu berkata
dengan nada menghina, "Selain Arjun, apa masih ada master dari Gluton yang
hebat? Di mataku, mereka semua hanyalah sampah."
Suara Arjun terdengar dari luar
pintu. "Tuan Julian begitu sombong. Apa kamu nggak takut kata-katamu akan
menampar wajahmu sendiri."
Begitu kata-kata itu dilontarkan.
Nathan dan Arjun pun berjalan masuk
secara bersamaan.
Julian dan Simon langsung memasang
ekspresi jijik di wajah mereka.
Mereka yakin bisa mengalahkan Arjun,
penguasa Gluton. Itu sebabnya, mereka tidak menganggapnya serius.
Namun, saat melihat sosok Nathan yang
berdiri di samping Arjun.
Mereka berdua langsung tidak bisa
duduk diam lagi.
Simon menyipitkan matanya dan
menggertakkan giginya sambil berkata, "Orang yang diundang Arjun ternyata
kamu."
Julian berkata dengan nada dingin,
"Nathan, pertemuan malam ini berhubungan dengan kekuatan bawah tanah utama
di Beluno. Buat apa kamu datang ke sini?"
Nathan duduk dan berkata dengan nada
datar, "Siapa yang menetapkan orang luar nggak boleh terlibat dalam urusan
tiga kekuatan bawah tanah utama?"
"Julian, bukankah kamu juga
orang luar? Lantas, mengapa kamu juga datang ke sini?"
Julian berkata dengan marah,
"Jangan sembarangan menuduh orang. Aku diundang oleh Tuan Simon dan
sekarang juga termasuk pendukung Sirion."
"Benar, Tuan Julian sekarang
juga termasuk anggota Sirion kami," ucap Simon.
"Aku akan serahkan hak bicara
Gluton pada Tuan Nathan malam ini," kata Arjun dengan dingin.
"Kalau kalian sungguh ingin
bahas, ayo bahas baik-baik. Kalau nggak, kita hanya bisa bertarung."
Begitu kata-kata ini diucapkan, raut
wajah Simon dan Julian berubah jelek.
Kalau orang yang diundang Gluton
adalah orang gegabah seperti Arjun, mereka masih bisa mengolok-olok Arjun tanpa
perlu bersusah payah.
Namun pria bernama Nathan ini
bukanlah orang biasa.
Dia bukan hanya berani memukul Liam
sewaktu berada di kediaman Halim sebelumnya, tetapi dia juga berani naik
panggung dan berhadapan langsung dengan kepala Keluarga Halim.
Dari penampilannya, pria ini
kelihatannya lembut, tetapi kenyataannya, dia pasti orang yang kejam.
Lantaran Arjun punya pendukung hebat
malam ini, keuntungan dan rencana awal Sirion mungkin tidak akan berjalan
mulus.
Nayana tersenyum dan mencoba
menenangkan suasana. "Tuan Simon, Kak Arjun, kita bahkan belum mulai
bahas, mengapa suasananya sudah memanas?"
"Redakan emosi kalian semuanya.
Jarang-jarang kita bertiga bisa duduk bersama malam ini. Ayo selesaikan konflik
kita dengan baik-baik."
Di saat bersamaan, dia juga melirik
Nathan dengan bingung.
Apa latar belakang bocah ini
sebenarnya? Mengapa kemunculannya bisa membuat Simon dan Julian begitu emosi?
Simon mendengus. "Baiklah, aku
akan memberi wajah pada Nayana, tapi niat Sirion kami sangatlah jelas."
Julian berkata dengan arogan,
"Asalkan Nyonya Nayana nggak ikut campur, aku dan Tuan Simon bisa
menghancurkan seluruh Gluton."
"Saat itu, dunia bawah tanah
Beluno hanya akan menjadi milik Sirion dan juga milik Analin. Bukankah ini
situasi yang menguntungkan bagi kedua belah pihak?"
Nayana tampak berpikir keras. Dia
jelas tersentuh oleh kata-kata itu.
Saat ini, kekuatan bawah tanah Beluno
terlibat dalam konfrontasi tiga arah.
Sirion dan Gluton terus bertarung,
apalagi juga menderita kerugian besar. Tidak ada pihak mana pun yang mendapat
hasil bagus.
Sebaliknya, wilayah Analin yang
dikuasainya masih belum dijamah.
Kenapa dia tidak membiarkan dua
wilayah ini bertarung sampai mati? Saat itu, bukankah dia bisa mendapatkan
keuntungan secara cuma-cuma?
Arjun tampak cemas dan buru-buru
berkata, "Nyonya Nayana, jangan dengarkan janji kosong mereka."
No comments: