Bab 2637
Itulah Guru Negara!
Semua orang memandang Ardion, tetapi
Ardion hanya tersenyum dan berkata, "Aku adalah Putra Mahkota, jadi aku
punya keberanian dan wawasan yang seharusnya dimiliki oleh seorang putra
mahkota!"
Semua orang sedikit tercengang.
Pada saat ini, Ardion berkata dengan
tegas, "Guru Negara punya aturan, dan keluarga kerajaanku juga punya
aturan. Kalau dia benar-benar berani menyelamatkan Saka, dia harus membunuhku,
Putra Mahkota Negara Elang, terlebih dahulu! Aku akan menggunakan tubuhku
sebagai perisai. Aku nggak percaya dia akan membunuhku!"
Menggunakan tubuh sebagai perisai!
Semua orang di tercengang dan tampak
terkejut.
Berani sekali!
Menghadapi Guru Negara, Ardion
ternyata memilih untuk bertindak keras!
Demi kekuasaan bawahannya, dia berani
membahayakan dirinya sendiri!
Semangatnya ini jauh lebih besar dari
Roni!
Ekspresi semua orang dipenuhi
kekaguman. Genta, yang memimpin, berkata dengan takjub, "Putra Mahkota
sangat berani! Tapi, lupakan saja, kalau Guru Negara benar-benar bertindak...
"
"Kamu nggak perlu memikirkan hal
ini!"
Ardion tersenyum sambil menatapnya
dan berkata, " Aku adalah Putra Mahkota, jadi aku harus memikul tanggung
jawab ini. Kalau bukan aku yang berjuang, siapa lagi?"
Begitu kata-kata itu diucapkan, semua
orang makin terkejut dan yakin.
Setelah pesta keluarga Syahrir
berakhir, Ferdi diam-diam datang ke rumah keluarga Romli.
Di ruangan yang tenang.
Setelah selesai menjelaskan apa yang
baru saja terjadi, Ferdi menatap Saka dengan cemas dan berkata, "Walaupun
aku nggak tahu kenapa Ardion begitu percaya diri, dia jelas sudah siap. Kamu
harus berhati-hati."
Saka berpikir dengan serius.
"Apa mereka nggak takut pada Guru Negara?"
"Aku juga merasa aneh... "
Ferdi mengerutkan kening dan berkata
dengan serius, "Pangeran Ardion ini selalu diam, tapi pada akhirnya dialah
pemenangnya. Orang ini nggak sederhana..."
"Selain itu, dia juga
menunjukkan sikap seorang kaisar!"
Bagaimana sikap kaisar?
Tanggung jawab!
Sebagian orang akan berkata,
"Saudara-saudara, majulah!" Sementara orang-orang yang bertanggung
jawab akan berkata, "Saudara-saudara, ikutlah aku!"
Ardion menunjukkan gaya ini!
"Begitu, ya. Terima kasih sudah
mengingatkan," ujar Saka sambil tersenyum.
"Kalau kamu nggak bisa
mengatasinya, leluhurku siap mengambil tindakan!" kata Ferdi dengan
serius.
Tunjukkan kesetiaan!
Waktu itu, Keluarga Dimasta tidak
mendapat kesempatan untuk melarikan diri beberapa kali saat Saka dalam bahaya.
Kali ini, keluarga Dimasta tidak akan membiarkannya pergi!
"Keluarga Dimasta nggak akan
ditoleransi oleh dunia!" ujar Saka sambil menatapnya.
"Apa yang kamu bicarakan?
Keluarga Dimasta bisa seperti sekarang ini berkat anugerah Tuan Agung
Muri!" Ferdi bersumpah, "Kalaupun kita hancur berkeping-keping,
keluarga Dimasta nggak akan pernah mundur!"
Saka tidak peduli apakah kata-kata
kesetiaan ini tulus atau palsu. Yang penting adalah keluarga Dimasta memang
bersedia bertindak.
Lalu, dia mengangkat tangannya dan
mengeluarkan resep obat.
"Ini..."
"Resep obat mandi ini diperoleh
dari Wennie."
Saka tersenyum dan berkata,
"Dengan resep obat ini, leluhurmu akan mampu mencapai tingkat raja İlahi
setengah langkah dalam waktu singkat!"
Raja ilahi setengah langkah?
Mata Ferdi menyala karena gembira,
investasinya akhirnya membuahkan hasil.
Dia menggosok tangannya dan berkata,
"Keluarga Dimasta bukan untuk ini... "
Saka meletakkan resep obat ke
tangannya tanpa berkata apa-apa. Lalu, dia tersenyum dan berkata, " Anggap
saja ini sebagai biaya untuk membantuku merawat wanita-wanitaku."
Beberapa waktu ini, para wanitanya
bersembunyi dari bencana di rumah keluarga Dimasta.
Ferdi sangat gembira. Dia bersumpah
kepada Saka untuk menunjukkan kesetiaannya. Sesaat kemudian, dia pergi
diam-diam.
Saka adalah satu-satunya yang tersisa
di ruangan itu.
Dia duduk di sana, berpikir dan
tiba-tiba berkata, " Keluarga kerajaan mungkin tahu kalau Guru Negara
sudah pergi."
Keluarga kerajaan bukanlah orang
bodoh, ini satu-satunya kemungkinan.
"Ardion ingin memanfaatkanmu
untuk membangun gengsinya saat Guru Negara sedang pergi."
Leluhur Lavali tertawa samar.
"Aku tahu... "
Saka mengetuk meja dengan jarinya dan
tiba-tiba berkata, "Kita sudah membuat masalah cukup lama, ayo kita mulai
bertempur."
Pada titik ini, dia berkata dengan
fokus, "Ardion telah mengintai begitu lama. Kalau dia nggak membuat
gebrakan, dia akan memamerkan kekuatan militernya dan menemukan ahli."
"Dia mungkin akan menemukan raja
ilahi. Tetua Agung di balik keluarga kerajaan adalah raja ilahi yang
sebenarnya!"
"Nggak masalah... "
Suara acuh tak acuh Leluhur Lavali
berangsur-angsur memudar.
No comments: