Bab 231
Dua pengawal Keluarga Halim bergegas
maju dan dengan susah payah memapahnya.
"Master Emir, kamu...."
Edward tercengang. Dia sama sekali
tidak menyangka akan berakhir seperti ini.
Sebelum kehilangan kesadarannya, Emir
masih sempat berpesan dengan pasrah, "Tuan Edward, cepat kabur."
Seakan-akan kehilangan penyelamatnya,
putra sulung Keluarga Halim langsung mengaum histeris.
Wajah Nathan tampak dingin. Dia tidak
mengejarnya.
Serangan lutut yang barusan dia
luncurkan itu telah menghancurkan meridian Emir.
Sekalipun bisa bertahan hidup, Emir
juga hanya bisa menjadi orang yang tidak berguna.
Butuh waktu lama bagi Edward untuk
tersadar kembali. " Apa yang kalian lakukan di sana? Huh? Semuanya
pecundang. Cepat bawa aku pergi!"
Memandang para pengawal yang
tertegun, Tuan Edward langsung meraung frustrasi.
Para pengawalnya baru terhenyak dan
bersiap membawanya kabur dari tempat ini.
Nathan berkata dengan nada datar,
"Kalau kalian nggak ingin mati, tinggalkan pecundang itu di sini."
Para pengawal terlihat gemetar.
Adegan di mana Master Emir hampir mati barusan telah membuat mereka takut pada
Nathan. Mereka bahkan menganggapnya sebagai iblis.
Nathan terus berjalan ke depan tanpa
memandang pengawal yang gemetaran.
"Nathan, apa yang ingin kamu
lakukan? Aku peringatkan ya, kalau kamu berani menyentuhku lagi, ayahku pasti
nggak akan membiarkanmu lolos. Keluarga Halim juga nggak akan berdiam
diri."
Edward panik. Tanpa sadar, kakinya
terus melangkah mundur. Tidak ada yang bisa menyelamatkannya lagi.
Nathan berkata dengan acuh tak acuh,
"Sudah kubilang, kalau kamu berani pamer wilayahku, kamu pasti akan
berakhir celaka."
Plak! Plak! Plak!
Serangkaian tamparan yang bagai badai
dahsyat langsung mendarat di wajah putra sulung Keluarga Halim.
Dalam sekejap, darah menyembur keluar
dari telinga, hidung, dan mulut Edward.
Rasa sakit yang luar biasa membuat
putra sulung Keluarga Halim menggigil hebat.
Brak!
Nathan menendangnya dan
menggulingkannya hingga sejauh lima meter.
Setelah itu, dia berkata dengan nada
dingin pada para pengawal Keluarga Halim yang ketakutan, "Enyahlah!"
Para pengawal itu melarikan diri
seolah-olah nyawa mereka telah terampuni. Mereka juga tidak lupa membawa serta
tuan muda Keluarga Halim.
Setelah anggota Keluarga Halim
meninggalkan tempat itu, barulah Tiara, Emilia, dan yang lainnya terhenyak
kembali.
"Nathan, kamu sudah membuat Emir
lari ketakutan?" tanya Tiara dengan nada tidak percaya.
Nathan berkata dengan cuek, "Aku
bukan membuatnya lari ketakutan, tapi membuatnya lumpuh. Tua bangka nggak
berguna itu! Mulai sekarang, dia hanyalah seorang pecundang!"
Kelopak mata Tiara berkedut. Gila!
Nathan hebat sekali.
Wajah Emilia masih membeku.
Edward yang barusan memohon belas
kasihan dan juga sikapnya yang begitu pengecut seolah-olah membuat Emilia
merasa tidak nyata.
Tindakan Nathan mendominasi, tegas,
dan kejam. Tidak ada seorang pun yang bisa menghentikannya.
Semua kejadian itu membuatnya pusing.
Di saat Nathan memprovokasi Edward
sebelumnya, Emilia mengira pria itu sedang cari mati sendiri.
Namun setelah dilihat sekarang,
sepertinya pemikirannya dulu terlalu naif.
Edward beserta para master dan juga
ahli bela diri Keluarga Halim, semuanya dipukul sampai babak belur oleh Nathan.
Bahkan, mereka harus melarikan diri untuk menyelamatkan diri.
Jika dibandingkan, Emilia makin
merasa bahwa putra sulung Keluarga Halim, yang mana dikenal sebagai tuan muda
nomor satu di Beluno ini, juga bukanlah sosok yang perlu dibanggakan.
Sebaliknya, performa Nathan
terus-menerus membuatnya kagum.
"Sialan! Sialan!"
"Nathan, aku nggak akan
memaafkanmu. Kalau aku nggak menghabisimu, aku nggak pantas menyandang status
tuan muda terkenal di Beluno ini lagi."
Putta sulung Keluarga Halim dibawa
keluar dari Rumah Sakit Perdana oleh para pengawal.
Dia sudah hampir gila karena
kebencian yang amat sangat!
No comments: