Bab 251
Ken bergegas menghampiri Julian, Liam,
dan yang lainnya.
"Tuan Julian, Anda berasal dari
keluarga terpandang dan punya latar belakang yang hebat Tolong bantu Keluarga
Sebastian kami. Mulai sekarang, saya bersedia menjadi pesuruhmu."
"Tuan Liam, Anda termasuk salah
satu dari empat tuan muda hebat Beluno. Asalkan Anda bersedia membantu Keluarga
Sebastian kami, saya janji akan balas budi pada Anda!"
Julian dan Liam memperlihatkan
ekspresi kegembiraan di wajah mereka
Keluarga Sebastian juga termasuk
keluarga yang populer, terutama kecantikan Emilia yang tersohor di mana-mana.
Jika bisa menikmati keindahannya, maka akan sepadan meski harus membayar mahal.
Saat ini, mereka berdua pun menatap
Edward yang tampak atogan di atas panggung
Kemudian, keduanya memilih untuk
berhenti.
"Ken, bukannya aku nggak ingin
membantumu. Hanya saja, aku nggak punya alasan yang tepat untuk membantumu.
Lain kali pasti akan kubantu!"
"Ken, di saat kritis seperti
ini, kamu masih teringat padaku Itu berarti kamu memandang tinggi diriku. Tapi
Tuan Edward dan Nona Emilia terlibat dalam masalah perasaan. Aku nggak mungkin
campur tangan dalam masalah seperti itu "
Pada akhirnya, Julian dan Liam
memperlihatkan kelicikan mereka
Mereka semua mengucapkan kata-kata
yang baik, tetapi faktanya, mereka menolak membantu Ken.
Mereka tidak bodoh. Mereka tahu
Edward yang sekarang ini punya kekuatan yang besar, jadi mereka tidak
seharusnya memprovokasinya.
Ken pantang menyerah. Dengan keringat
di dahinya, dia terus mencari orang yang bersedia membantu keluarga mereka.
Kemudian, dia melihat Regina dan
Tiara yang berdiri di samping Nathan.
Dia langsung berlari menghampiri
keduanya, lalu merangkak sambil memohon, "Nona-nona, tolong selamatkan
Keluarga Sebastian dan juga kakakku!"
Regina menggelengkan kepalanya dan
berkata, " Percuma saja kamu memohon pada kami. Kamu seharusnya memohon
pada orang di samping kami "
Orang di samping mereka?
Ken tertegun dan menatap Nathan.
Tiara berkata dengan tenang,
"Kurasa hanya Nathan yang bisa menyelamatkan kakakınu sekarang."
"Ken, tunjukkan sikap yang
benar. Mungkin Nathan akan membantumu. Tapi kalau Keluarga Sebastian kalian
masih sombong seperti sebelumnya, jangan harap ada orang yang mau menyelamatkan
kalian!"
Ken tampak bingung. Dia tidak tahu
harus bagaimana membuka mulut pada Nathan.
Emilia yang berada di kejauhan
langsung berteriak, " Ken, kembalilah."
"Kak, bagaimana kalau kita minta
bantuan pada Nathan saja?"
"Edward nggak bisa melakukan apa
pun terhadap Nathan selama ini. Kalau Nathan mau membantu kita, siapa tahu Keluarga
Sebastian akan...."
Sebelum Ken menyelesaikan
kata-katanya, Emilia sudah berteriak dengan marah, "Kembalilah. Kamu
dengar?"
Emilia yang biasanya begitu arogan,
harus memohon kepada mantannya Nathan, apalagi di hadapan begitu banyak orang
seperti ini?
Mana mungkin wanita itu sanggup
melakukannya?
Tainara buru-buru berkata,
"Emilia, Keluarga Sebastian sudah nggak punya rencana cadangan lagi."
"Pergilah dan minta bantuan pada
Nathan. Aku tahu dia masih mencintaimu. Dia pasti akan mengulurkan tangan untuk
membantu kita"
Emilia terbelalak mendengar perkataan
Tamara Mengapa ibunya juga bersikap seperti ini?
Bukankah ibunya selalu memandang
rendah Nathan?
Emilia mendongakkan kepalanya dan
memandang Nathan dengan tatapan yang rumit.
Nathan meliriknya dengan tenang dan
berkata perlahan, "Nona Emilia, kamu nggak perlu memohon padaku. Aku nggak
pantas membiarkan Nona Emilia melakukan hal seperti itu padaku."
Emilia merasa getir dan berkata
dengan nada merendah, "Aku tahu kamu sangat membenciku dan juga Keluarga
Sebastian."
"Akulah yang nggak pantas
memintamu untuk menyelamatkan Keluarga Sebastian kami....
Sebelum menunggu Emilia menyelesaikan
kata-katanya, Nathan sudah berjalan mendekati Keluarga Halirn.
"Edward, bukankah kamu ingin
perhitungan denganku? Sekarang aku sudah di sini. Kamu putuskan saja, mau
bagaimana menyelesaikan dendam di antara kita!"
Buam!
Kerumunan di aula Keluarga Halim
langsung menjadi heboh.
Apa bocah ini berinisiatif
memprovokasi Keluarga Halim, yang mana kesombongannya tengah berada pada puncak
ini?
No comments: