Bab 250
Suasana di aula tersebut mendadak
hening.
Tidak ada yang menyangka bahwa
kekuatan Keluarga Halim akan begitu luar biasa.
Yang lebih mengejutkan lagi, Keluarga
Sebastian telah mengutus dua master hebat, tetapi masih saja dikalahkan
Tamara seakan-akan tidak percaya
"Kenapa bisa begini? Bukankah mereka berdua sangat hebat? Bagaimana mereka
bisa kalah?"
Ken tampak panik dan hampir
kehilangan keseimbangan. "Kedua senior kalah. Keluarga Sebastian kalah.
Nggak mungkin. Nggak mungkin!"
Wajah Emilia tampak pucat pasi.
Bahkan, master keluarga utama mereka
pun telah dikalahkan. Dengan kata lain, Keluarga Sebastian dan juga dirinya
akan jatuh di tangan Edward
Dalam kondisi linglung, dia tiba tiba
melihat sosok yang dia kenal di tengah kerumunan
Nathan!
Dalam benaknya, kata kata Nathan
sebelumnya kembali bergema. "Master dari keluarga utama Sebastian sama sekali
bukan tandingan Keluarga Halim Jangan senang terlalu cepat."
Lagi lagi, perkataan pria ini benar.
"Keluarga Sebastian di Naroa
juga nggak hebat-hebat amat"
Edward sangat gembira. Dia kembali
naik ke atas panggung sambil memasang ekspresi arogan.
Ke mana pun matanya memandang, hanya
segelintir orang yang berani menatap matanya.
Menyadari situasi itu, Edward sangat
bangga dan puas.
Hari ini, dia bukan hanya ingin
memberi pelajaran pada Keluarga Sebastian, tetapi dia juga bisa memanfaatkan
kesempatan ini untuk menekan kekuatan lain di Beluno.
Mulai sekarang, Edward akan menjadi
kepala Keluarga Halim. Siapa pun yang berani tidak patuh padanya, akan punya
akhir buruk seperti ini.
Namun di tengah kerumunan, Edward
menemukan bahwa masih ada orang yang berani menatap matanya. Apalagi, tatapan
orang itu begitu tenang, seolah-olah tidak menganggap serius kemenangan
Keluarga Halim
Edward menatap orang itu sambil
mendengus dingin. " Nathan, kelihatannya kamu nggak puas?"
Nathan menatap Edward seakan-akan pria
itu bodoh." Kamu pamer di pemakaman ayahımı, membuat keributan besar, dan
masih mengira kamu sangat hebat?"
"Haha. Aku puas, mana mungkin
aku nggak puas? Tuan Edward benar-benar putra kesayangannya Pak Thomas."
Edward berteriak, "Nathan, kamu
nggak perlu bersikap sarkastis."
"Aku tahu kamu nggak puas, tapi
jangan khawatir, aku juga akan segera perhitungan denganmu."
Dia menatap Emilia dan memerintahkan,
"Emilia, sebagai kepala keluarga, aku memerintahkanmu agar datang ke sini
dengan patuh dan setuju untuk menjadi istriku."
Emilia tidak bergerak. Dia hanya
menggigit bibirnya erat-erat
Penghinaan dan ketidakberdayaan yang
intens membuat tubuhnya sedikit gemetar
Wajah Edward berubah dingin. Dia pun
berkata dengan nada dingin, "Cepatlah. Kesabaranku ada batasnya."
"Kamu dari awal sudah memang
wanitaku. Seberapa keras pun kamu melepaskan diri, kamu nggak akan bisa lolos
dari tanganku."
Edward yang begitu sombong dan juga
memaksa orang lain untuk melakukan hal yang bertentangan dengan keinginan
mereka itu seketika menerima banyak kecaman
"Tuan Edward, pernikahan
didasarkan pada saling suka. Bukankah nggak pantas bagi keluarga bangsawan
seperti kalian untuk memaksa orang seperti ini?"
"Edward, kalau kamu seorang pria
sejati, alih-alih menggunakan kekuatan Keluarga Halim untuk memaksa Nona
Emilia, kamu seharusnya mengejar Nona Emilia dan perlihatkan ketulusanmu. Kamu
hanya akan membuat orang lain memandang rendah dirimu."
"Tuan Edward, Nona Emilia sudah
bilang dia nggak setuju, buat apa kamu memaksanya? Pernikahan yang dipaksakan
nggak akan membahagiakan!"
Edward melihat sekelilingnya sambil
tersenyum sinis. " Sepertinya banyak orang yang nggak puas dengan
metodeku."
"Begini saja. Kalau ada yang
nggak puas atau nggak senang, majulah ke depan. Aku ingin melihat seberapa
tangguh dirinya dan berapa banyak pukulan yang bisa dia tahan dari tetua
Keluarga Haliım."
Tiba-tiba, kerumunan yang marah pun
tidak berani berbicara lagi.
Di antara mereka, mungkin ada orang
yang punya latar belakang seperti Edward.
Namun, Edward yang sekarang ini
adalah kepala Keluarga Halim dan memegang kekuasaan militer keluarga
sepenuhnya.
Apalagi, master Keluarga Halim
sangatlah hebat. Mereka bukanlah lawan yang bisa dianggap remeh.
Terlebih lagi, rasa simpati juga ada
batasnya.
Mereka tidak perlu menyinggung Edward
yang pendendam hanya karena Grup Sebastian.
Tamara tertawa getir dan berkata,
"Apa sudah nggak ada hukum dan keadilan lagi di dunia ini?"
"Apa nggak ada orang baik hati
yang bersedia membantu Keluarga Sebastian kami?"
No comments: