Bab 249
Salah satu tetua berkata dengan nada
datar, "Aku nggak perlu turun tangan lagi. Aku serahkan padamu saja,
oke?"
"Jangan khawatir. Kamu istirahat
saja. Aku sendiri sudah bisa mengalahkan mereka semua."
Swush, swush!
Dua master Keluarga Sebastian
melompat, melewati kepala banyak orang, dan mendarat di panggung kediaman
Halim.
Sebaliknya, Keluarga Halim sangat
arogan. Mereka hanya mengutus satu orang tetua saja.
"Keluarga Halim begitu arogan.
Mereka ingin melawan dua master sendirian. Apa mereka nggak takut kalah?"
"Dua master Keluarga Sebastian
ini kelihatannya nggak lemah."
"Ayo cepat bertarunglah!
Kalahkan orang-orang Keluarga Sebastian! Aku sudah nggak tahan melihat ekspresi
sombong Edward yang menjijikkan itu!"
Banyak orang yang menantikan
pertarungan dua belah pihak itu.
Telapak tangan Emilia berkeringat.
Dia sangat gugup.
Dia bisa lolos dari cengkeraman
Edward atau nggak, semuanya nasih harus bergantung pada dua master keluarga
utama mereka ini.
Tamara tersenyum percaya diri dan
berkata, "Emilia, jangan khawatir. Orang-orang kita pasti akan menghajar
Keluarga Halim sampai babak belur."
"Kak, dengan adanya bantuan
master dari keluarga utama, mulai sekarang Keluarga Sebastian juga bisa
mengangkat kepala dengan bangga," kata Ken dengan antusias.
"Keluarga Halim bukanlah
apa-apa. Mulai sekarang, kita juga nggak perlu takut pada siapa pun di Beluno
ini lagi."
"Dokter Nathan, berapa peluang
menang dua master Keluarga Sebastian dalam melawan tetua Keluarga Halim?"
tanya Regina dengan penasaran.
Nathan berkata dengan nada tenang,
"Tetua Keluarga Halim punya aura yang kuat dan juga fisik yang stabil.
Sekilas, dia adalah pria tangguh yang punya kemampuan tinggi."
"Dua master Keluarga Sebastian
terlihat hebat, tapi sebenarnya energi internal mereka terputus-putus dan nggak
begitu efektif. Kalau bertarung, mereka pasti akan terluka parah dan sekarat."
Hah?
Regina dan Tiara langsung tercengang.
Pertarungan bahkan belum dimulai,
tetapi situasi Keluarga Sebastian sudah begitu buruk?
Namun, dua master Keluarga Sebastian
tampak begitu mendominasi.
"Nathan, sepertinya kamu lebih
optimis dengan situasi Keluarga Halim!" ucap Tiara.
Nathan menggelengkan kepalanya dan
berkata, " Bukannya aku optimis, tapi faktanya memang begitu."
"Keluarga Sebastian tampak
begitu percaya diri. Mereka sangat arogan dan nggak takut bertarung di wilayah
orang lain. Sejujurnya, aku kagum dengan kepercayaan diri keluarga mereka
ini"
Di atas panggung
Ketiga pria dari kedua belah pihak
akhirnya mulai bertarung
Dua master Keluarga Sebastian,
pasangan kurus dan gemuk itu, lebih dulu memimpin serangan.
Yang satu menyerang ke atas dan yang
satunya lagi menyerang ke bawah. Kerja sama keduanya sangat bagus.
Akan tetapi, tetua Keluarga Halim
memasang ekspresi meremehkan di wajahnya. Dia masih belum melakukan perlawanan
Tidak peduli bagaimana pria gemuk dan
kurus itu menyerang, dia masih tetap teguh seperti batu dan menanggapi dengan
tenang.
Detik berikutnya, barulah tetua
Keluarga Halim memasang ekspresi menakutkan.
Dia tiba-tiba menendang master
bertubuh tinggi dari Keluarga Sebastiannya dan langsung merobohkannya.
Diikuti dengan teriakan keras, dia
pun melayangkan tapak tangannya secara bergantian.
Master bertubuh gemuk dari keluarga
utama Sebastian hanya mampu menangkis serangan tapak tangan pertama. Namun, dia
tidak begitu beruntung lagi saat tapak tangan tetua Keluarga Halim mendarat di
dadanya.
Sambil mengerang teredam, dia pun
melangkah mundur.
Tetua Keluarga Halim memanfaatkan
situasi dan langsung maju dengan serangkaian serangan cepat.
Master bertubuh tinggi dari keluarga
utama Sebastian bergegas datang untuk memberikan bantuan, tetapi dalam hal
kekuatan, dia langsung ditekan dalam sekejap.
Tendangan tetua Keluarga Halim tepat
mengenai wajahnya. Dia langsung berteriak dan tubuhnya ditendang keluar dari
atas panggung.
Raut wajah master bertubuh gemuk
seketika berubah.
Sebelum sempat membela diri, dia
sudah kembali merasakan sakit yang menusuk di perut bagian bawahnya.
Tetua Keluarga Halim meluncurkan
serangkaian tendangan kuat ke pusat energinya.
Ada darah yang menyembur keluar dari
mulut master bertubuh gemuk itu. Wajahnya berubah pucat. Dia menatap tetua
Keluarga Halim dengan ekspresi tidak percaya. Diikuti dengan dentuman keras,
dia langsung ambruk di atas panggung. Tidak ada yang tahu dia masih hidup atau
tidak.
Tetua Keluarga Halim menarik kembali
tendangannya, lalu merapikan pakaiannya, dan berkata dengan nada meremehkan,
"Pecundang!"
No comments: