Bab 229
Dia tahu Nindi sedang terpengaruh
obat sampai melakukan hal ini.
Pria itu memegang tengkuknya dan
memperdalam ciumannya.
Serangan pria itu sangat dahsyat,
seolah-olah sangat mendominasi dan mengendalikan semua ritme di tangannya.
Nindi segera terkulai lemas di
pelukannya, wajahnya memancarkan rona merah.
Cakra menatapnya dengan dalam, jari
tangannya mengusap bibir merahnya agar tetap lembap dan berkilau.
Saat Nindi menatapnya, seluruh akal
sehatnya pun sirna.
Dia mendorong Cakra sekuat tenaga,
menekankan kedua tangannya ke dada pria itu, bahkan tangannya gemetar.
Cakra memegang pinggangnya, sentuhan
telapak tangan Nindi membuatnya terpesona.
"Nindi, apa kamu yakin nggak
akan menyesalinya nanti?" tanya Cakra dengan tatapan yang membara.
"Aku nggak bakal menyesal!"
Tekad Nindi sangat kuat, lagi pula
pria itu tidak punya pacar, 'kan?
Yah, seharusnya dia tidak melanggar
apa pun dengan melakukan ini!
Nindi hanya ingin bersikap impulsif
sekali saja!
Cakra berbalik dan memeluknya,
napasnya agak panas dan suaranya serak. "Dasar bodoh, aku benar-benar
nggak bisa berbuat apa-apa sama kamu!"
Nindi begitu gugup hingga tidak bisa
bersuara.
Semua keberaniannya baru saja habis
digunakan.
Tangan Cakra seperti memiliki
kekuatan sihir, dia menutup mata Nindi dan berbisik di telinganya, " Ada
cara lain buat melakukannya."
No comments: