Bab 741
Melihat sikap Darren itu, Nando pun
memilih tak melanjutkan pertanyaannya.
Hal ini benar-benar membuat seluruh
keluarga Lesmana kelabakan.
Siapa sangka ayah Sania masih hidup!
Selama ini, mereka hanya fokus
menyelidiki mobil pelaku, tak terpikir sama sekali bahwa sopir dari rumah
mereka sendiri juga bermasalah!
Nindi langsung memesan taksi menuju
alamat yang Mia kirimkan. Dengar-dengar, seseorang telah tertangkap.
Sepanjang perjalanan, hati Nindi
terus diliputi kegelisahan.
Penantian panjangnya akan hari ini
akhirnya tiba.
Mobil berhenti di pinggiran kawasan
kota tua, di sebuah area bekas pabrik barang rongsokan, yang kini kebanyakan
dijadikan gudang penyimpanan barang bekas.
Begitu turun dari mobil, Nindi
melihat Cakra berjalan mendekat. Pria itu mengenakan setelan olahraga serba
hitam, dengan topi menutupi kepalanya.
Dia berjalan mendekat,
"Bagaimana keadaan di tempat pernikahan?"
"Sudah lumayan, aku berhasil
melampiaskan amarahku. Tapi pernikahannya tetap saja gagal dilakukan. Sania
sempat mau mengabari ayahnya diam-diam, tapi aku berhasil
menghentikannya."
Cakra mengusap lembut kepala Nindi,
Baguslah kalau kamu sudah lega."
"Mana orangnya? Di mana dia
sekarang?"
Nindi sebenarnya begitu ingin tahu
dengan jelas apa yang sebenarnya terjadi dalam kecelakaan mobil di masa lalu
itu.
Tepat saat itu, terdengar decitan rem
mobil dari belakang mereka.
Nindi menoleh dan melihat sebuah
mobil berhenti. Darren dan Nando turun dari mobil.
Nindi pun mengernyit, "Aku
bahkan nggak sadar kalau mereka mengikuti sampai ke sini."
Nindi mengira setelah semua kekacauan
yang terjadi di pernikahan tadi, kakaknya pasti lebih fokus memikirkan
keberadaan uang itu.
Nando tertahan oleh seseorang, tetapi
matanya menatap langsung ke arah Nindi, "Kami juga mau tahu apa yang
sebenarnya terjadi. Kami juga punya hak untuk tahu, 'kan?"
Darren menatap Nindi, tanpa sanggup
berkata apa-apa.
Cakra melirik dengan dingin,
"Kalau begitu, tunggu sampai Nindi tahu semuanya dulu. Kalian nggak bantu
apa pun, tapi sekarang mau ambil hasilnya begitu saja?"
Ekspresi Nando tampak kesal,
"Kami akui kalau semua ini berkat Nindi. Kami nggak berniat merebut
apa-apa. Apa salah kalau kami cuma mau tahu kebenarannya?"
Darren tetap diam di samping dengan
perasaan malu sepenuhnya, juga tak punya alasan untuk bicara.
Meski begitu, rasa ingin tahunya
tetap ada. Benarkah ayah Sania masih hidup?
Nindi menatap mereka dengan tajam,
"Kalau mau tahu, ya tunggu dulu!"
Dia memang tidak ingin dua kakaknya
ikut campur. Bersama Cakra, Nindi terus melangkah maju. Lalu, dia berkata
lirih, "Sekalipun orangnya sudah tertangkap, aku nggak akan serahkan dia
ke Kak Darren."
"Aku mengerti, tapi sekarang ada
sedikit masalah."
"Masalah apa?”
Nindi melangkah masuk ke dalam gudang
tua. Di sana, dia melihat seorang pria paruh baya yang tangan dan kakinya
diikat, mulutnya pun dibungkam dengan kain.
Namun, Nindi langsung mengenali pria
itu dalam sekali pandang. Itu bukan ayah Sania.
Itu adalah paman sepupu mereka.
Cakra segera menjelaskan, "Tim
kita yang menelusuri jejak transaksi cuma berhasil menangkap satu orang ini.
Satunya lagi lolos dan masih dalam pencarian."
Hati Nindi kembali diliputi rasa
cemas, "Bisa jadi Sania yang kasih peringatan, atau melakukan sesuatu,
makanya orang itu berhasil kabur."
"Seharusnya nggak, kalau benar
mereka panik, keduanya pasti kabur bersamaan. Mana mungkin cuma satu yang
tertinggal?"
Nindi mengernyit dalam-dalam,
"Ayah Sania mencoba menghubungi Sania lewat ponsel cadangan. Tapi aku
sempat memotong panggilan itu, jadi nggak diangkat."
Bisa dikatakan inilah yang membuat
mereka curiga.
"Kemungkinan besar begitu. Orang
itu sangat waspada. Kemampuannya agar nggak terlacak juga tinggi. Kalau nggak,
mana mungkin bisa bersembunyi selama ini tanpa ketahuan."
Cakra menatapnya, "Maaf...
karena belum berhasil menangkap orangnya."
Rasa kesal pun memenuhi hati Cakra.
Gagal menangkap target utama membuatnya benar-benar tertekan.
Di Kota Yunaria, ternyata masih ada
orang yang lolos dari jangkauannya.
"Uangnya ditransfer ke rekening
orang ini?"
"Iya, kemungkinan besar dua
orang ini memang kerja sama buat bagi hasil."
Nindi mengerutkan alisnya,
"Kalau begitu, apa sudah ada jejak digital dari orang ini?”
No comments: