Bab 105
"Jadi sejak awal kamu sudah
menyiapkan jebakan untukku!"
Otot wajah Randy berkerut dan dia
tiba-tiba menjadi marah.
"Kalau nggak? Kupikir kamu akan
menyadarinya setelah ketiga kalinya, tapi aku nggak menyangka kamu sebodoh itu!
Nggak tertolong!"
Irina mengerucutkan bibirnya dengan
angkuh dan berkata.
"Mencoba menyerang Deonku di
wilayahku, nyalimu besar juga! Alasan kenapa aku mengampuni nyawa Keluarga
Saputra adalah karena kamu telah menghabiskan banyak uang di sini
sebelumnya!"
Suzie langsung terkejut, Irina
memanggil Deon dengan sebutan "Deonku"? Ternyata dia mengenal Deon?
Aneh! Irina berasal dari Negara
Marion, bagaimana dia bisa bertemu Deon yang berasal dari Negara Lordia?
Sepertinya keduanya juga memiliki
hubungan dekat.
Deon tetap diam.
Saat melihat Irina muncul, Deon sudah
menebak triknya. Harus diketahui yang paling disukai wanita pirang ini adalah
mempermainkan orang lain.
"Irina! Jangan begitu nggak tahu
malu! Jangan mengira bisa mempermainkanku cuma karena yang ada di belakangmu
cukup tangguh!"
Randy sangat marah hingga asap
menyembur dari lubangnya.
"Ingat! Ini bukan negaramu, ini
Kota Sielo! Kota Sielo adalah wilayah kami!"
Plak!
Irina melangkah maju dan menampar Randy
tanpa ampun. Dia benar-benar menamparnya dengan sangat kuat hingga terhuyung ke
lantai dan separuh gigi depannya patah.
"Dasar pria nggak tahu diri,
beraninya kamu bertindak keterlaluan? Kamu nggak ada apa-apanya di Kota Sielo!
Di mataku, kamu nggak lebih dari seekor ulat!"
Para anggota Keluarga Saputra tidak
menyangka Irina yang merupakan seorang wanita bisa begitu tangguh dan mereka
semua terkejut.
"Deon, mau bocah ini mati dengan
cara apa? Dicincang, potong kepalanya hidup-hidup atau goreng dia?"
Setelah mengatakan itu, Irina
memandang Deon dengan penuh kasih. Sepasang matanya begitu menawan seperti
sutra.
Tatapan intim itu membuat Suzie
merasa cemburu.
Memiliki Luna sudah cukup baginya,
tetapi sekarang ada wanita asing yang tangguh.
Mengapa bocah bernama Deon ini begitu
sulit dikejar!?
Deon melangkah maju dengan tenang,
menekan bahu Irina dan berkata.
"Irina, nggak perlu, terima
kasih. Aku ingin membereskan bocah ini sendiri!"
Irina menutup mulutnya dan berkata
sambil tersenyum jahat, "Kalau begitu, sekarang aku agak bersimpati
padanya!"
Deon menghampiri Randy selangkah demi
selangkah dan berkata dengan nada merendahkan.
"Kalau nggak mau mati, hanya ada
satu jalan di depanmu! Lunasi 2 triliun dari Grup Lixon, lalu datang langsung
ke pintu dan bersujud untuk meminta maaf kepada Luna sang CEO Grup Lixon!"
Randy menutupi wajahnya sambil
berdiri dengan terhuyung dan mencibir.
"Hahaha! Apa kamu sedang mimpi
di siang bolong?
Bayar kembali 2 triliun kepada
Keluarga Yossef dan memintaku sang tuan muda dari Keluarga Saputra untuk datang
dan meminta maaf!?"
"Apa kamu bajingan kecil pantas
mendapatkannya? Kamu bahkan nggak bisa dibandingkan dengan sehelai rambut pun
di kakiku! Serangga sepertimu harus selalu hidup di selokan yang bau dan mengagumi
kami!"
"Jadi, kamu menolak?"
"Tentu saja!" Randy berkata
dengan tegas dan sombong.
Saat Deon mendengar ini, alisnya
berkerut.
"Benarkah? Lalu apakah kamu
percaya aku si serangga di selokan yang bau bisa membuatmu berlutut di
hadapanku dan langsung menangis dengan menyedihkan?"
Randy tertawa terbahak-bahak hingga
pinggangnya hampir patah.
"Kalau ini benar-benar terjadi,
sebaiknya aku menabrakkan diri saja! Mau berlutut di hadapanmu? Lebih baik aku
makan kotoran!"
"Menjengkelkan! Sombong
sekali!"
Saat Suzie mendengar ini, dia sangat
marah hingga menghentakkan kaki. Dia hendak menelepon Paman Yoshi dan berencana
menggunakan kekuatan Keluarga Yale untuk melawannya.
Irina diam-diam memegangi pergelangan
tangan Suzie.
"Nona Suzie, Deon bilang dia akan
menyelesaikan masalah ini, jadi kamu nggak perlu khawatir. Karena dia yang
terkuat!"
Suzie terkejut dengan ekspresi serius
Irina.
Saat ini Deon menghela napas pada
dirinya sendiri, kemudian menelepon Killan dan berkata.
"Killan, lakukan apa yang kamu
katakan."
Randy masih berteriak dengan angkuh.
"Tolonglah! Bisakah kamu
berhenti berpura-pura di hadapanku? Kamu benar-benar membuatku mati tertawa!
Tawa menghina!"
Akan tetapi setelah mengatakan itu.
Ponsel Randy tiba-tiba berdering.
Orang yang menelepon adalah Hendra, ayah Randy sekaligus kepala Keluarga
Saputra.
Begitu panggilan tersambung,
terdengar makian yang memekakkan telinga.
"Dasar anak durhaka! Apa yang
telah kamu lakukan!? Sekarang semua properti Keluarga Saputra telah dihancurkan
hanya dalam beberapa menit! Depan pintu kita juga dikelilingi oleh ribuan
kendaraan lapis baja dan helikopter!"
No comments: