Bab 104
"Oke! Aku akan mendengar Ratu
Irina, ayo main!"
Randy berkata dengan ekspresi tegas.
"Kami punya beberapa orang di
sini dengan beberapa nyawa, tapi bocah itu cuma punya satu nyawa!"
"Dengan kata lain, kita bisa
kalah tujuh atau delapan kali dan tetap yakin akan kemenangan! Tapi selama dia
kalah sekali, dia akan mati!"
Ini juga adalah Bar Suaka Biru Irina.
Walaupun lawan kalah dan kembali, Irina tidak akan pernah membiarkannya begitu
saja.
Suzie tidak bisa menahan keringat di
telapak tangannya dan berkata dengan cemas.
"Deon, Rolet ini kelihatannya
adil untuk semua orang, tapi nyatanya cukup merugikan kita."
Deon tersenyum dan berkata.
"Nggak masalah. Apa pun jenis
permainannya, aku akan menang!"
Alasannya sederhana, karena Deon
tidak pernah kalah.
"Omong kosong!" Randy
mencibir. "Cepat mulai! Aku benar-benar nggak sabar untuk menembak
kepalamu!"
Beberapa orang langsung duduk.
Irina bertindak sebagai tuan rumah
dan memutar pistolnya 360 derajat. Dalam waktu kurang dari satu menit, moncong
pistolnya berhenti.
Ditujukan pada Randy.
Wajah semua anggota Keluarga Saputra
berubah drastis.
Suzie sangat gembira dan berkata,
"Pistolnya diarahkan padamu! Akui kekalahanmu dan cepat tembak dirimu
sendiri!"
Irina meniupkan cincin asap dan
berkata.
"Peraturanku di sini adalah
nggak boleh menarik kembali kata-katamu. Kalau nggak, kalian nggak akan bisa
keluar dari pintu ini."
Raut wajah Randy tiba-tiba berkedut
beberapa kali dan dia menampar pahanya.
"Pak Yanto!"
"Baik!"
Seorang Master Bela Diri berdiri,
mengangkat moncong senjatanya dan mengarahkannya ke kepalanya, kemudian
menembak dirinya sendiri.
Adegan sadis ini membuat Suzie
tercengang dan berkata.
"Randy, bagaimana kamu bisa
membiarkan orang lain mati untukmu? Benar-benar tercela!"
"Mereka adalah babu Keluarga
Saputra. Kalau tuannya dalam masalah, dia sebagai babu yang setia tentu saja
akan mengorbankan nyawanya! Ini adalah hal yang biasa!"
Randy berkata sambil tersenyum.
"Tapi keberuntunganmu nggak akan
sebaik itu! Kalian nggak akan bisa menghindari apa yang akan datang!"
Setelah mengatakan itu.
Irina langsung mengayunkan pistolnya
lagi. Setelah puluhan detik berputar, moncong pistolnya diarahkan lagi ke
Randy.
Brak!
Randy tercengang. Apa? Bagaimana hal
buruk seperti itu bisa terjadi?
Randy tidak punya pilihan selain
menggertakkan gigi dan meminta Master Bela Diri di sebelahnya mati demi dia.
Randy sudah agak marah.
"Haha! Jangan pikir dua Master
Bela Diri kita yang sudah mati nggak berarti apa-apa? Keluarga kami punya
banyak Master Bela Diri ini!"
"Ayo lagi! Kali ini aku sendiri
yang akan meledakkan kepalamu dengan pistol!"
Setelah memutar untuk ketiga kalinya,
hasilnya adalah Randy lagi!
Jangankan Suzie, bahkan Keluarga
Saputra pun tercengang.
Bukankah ini terlalu sial? Ada begitu
banyak orang di sini dan moncong itu menunjuknya tiga kali berturut-turut.
"Nggak mungkin! Ulangi!
Ulangi!" Randy berteriak dengan marah.
Alhasil, Randy sudah memutar enam
kali dan setiap kali ditujukan kepada Randy.
Bahkan untuk terakhir kalinya, Randy
memutar pistolnya sendiri dan hasilnya sama saja.
Enam Master Bela Diri dari Keluarga
Saputra sudah tenggelam dalam genangan darah, terlalu mengerikan untuk dilihat.
Orang-orang yang tersisa juga
ketakutan dan berlutut satu per satu untuk membujuk.
"Tuan Muda, bagaimana kalau kita
lupakan saja.... Kalau kita kembali setelah begitu banyak yang tewas, kita akan
dihukum oleh kepala keluarga!"
"Sekelompok pengecut dan idiot!
Apa sekarang kalian nggak bisa lihat kalau ini sedang mengincarku!?"
Randy sangat marah dan langsung
membongkar pistolnya. Benar saja, ada magnet kecil yang tertanam di dalamnya.
Karena gaya magnet, pistol akan
diarahkan ke arah Randy setiap saat.
"Tentu saja!" Randy melihat
ini dan berkata dengan marah.
"Ratu Irina, bukankah sebaiknya
kamu memberiku penjelasan?"
Irina mematikan puntung rokok di
tangannya dan berkata dengan acuh tak acuh.
"Jelaskan apa? Aku ini memang
mengincarmu! Apa masih butuh alasan?"
No comments: