Bab 109
"Tuan Randy, kalau kalian ingin
kami menyerahkan Deon, kami tentu saja akan senang! Sayangnya, sekarang
Luna-lah yang membuat keputusan di grup! Kami punya kekuasaan, tapi nggak
berdaya!"
Melihat penampilan dramatis kedua
orang tersebut, Luna hanya bisa mencibir dan berkata.
"Sudah berapa lama dan masih
saja nggak lupa manfaatkan situasi ini! Kalian benar-benar ayah dan paman
keduaku yang baik!"
Julian berkata dengan suara tegas,
"Memanfaatkan situasi apanya? Luna, kami menyelamatkan grup!"
"Kalau nggak menyerahkan Deon,
kita semua akan dikuburkan bersamanya!"
Johan berjalan ke arah Randy
sendirian, kemudian membungkuk dan menyanjung.
"Tenang saja, Deon cuma karyawan
kecil di perusahaan kita, bajingan yang nggak punya apa-apa!"
"Selama kamu setuju untuk
mendukung kami dalam menggulingkan Luna, kami bisa langsung menangkapnya dan
membuatnya berlutut di depan kalian untuk meminta maaf!"
Saat Randy mendengar ini, dia menjadi
marah dan berkata.
"Sialan! Suruh dia berlutut
padaku? Apa kamu ingin membunuhku! Dasar sialan!"
Sebuah tamparan melayang ke wajah
Johan seperti kilat yang langsung menjatuhkannya dengan darah memercik dari
mulut dan hidungnva.
Sekarang Randy menganggap Deon
sebagai sesuatu yang lebih menakutkan daripada Dewa Wabah.
Mendengar nama Deon saja sudah
membuat bulu kuduknya berdiri.
Tamparan tiba-tiba itu membuat wajah
angkuh Julian membeku.
Apa yang terjadi!?
Apakah Johan mengatakan sesuatu yang
salah?
"Nona Luna, mungkin kamu sudah
salah paham. Kami datang bukan untuk menuduhmu, melainkan untuk meminta
maaf!"
Randy berdiri dan tersenyum sopan.
"Maafkan aku karena belum
melunasi hutang 2 triliun kepada grup dan juga telah melukai karyawan
perusahaanmu."
"Setelah bertemu Tuan Deon, aku
sadar kalau aku salah! Mulai sekarang, aku akan berubah pikiran dan menjadi
orang baru! Mohon maafkan aku atas perbuatanku sebelumnya!"
Mark juga berdiri dengan terhuyung,
memperlihatkan giginya yang tanggal.
"Benar! Semua ini salah kami!
Kami datang ke sini untuk meminta maaf padamu!"
Keduanya menghadap Luna dan
membungkuk 180 derajat, kepala mereka hampir menyentuh sepatu hak tinggi Luna.
Beberapa orang langsung tercengang.
Astaga, mereka tidak sedang bermimpi,
'kan?
Deon membunuh beberapa anggota
Keluarga Saputra dan sebagai balasannya, mereka malah meminta maaf.
Apakah ini Randy mendominasi yang
mereka ingat?
Luna merasa tersanjung dan berkata.
"Kalian berdua nggak perlu
terlalu sopan. Pokoknya, 2 triliun sudah lunas dan kita sudah nggak saling
berutang!
"Baguslah kalau begitu! Nona
Luna, kami pergi dulu!"
Setelah keduanya membungkuk, mereka
pun langsung pergi begitu saja dan membuat Luna merasa seolah mereka ketakutan.
Sungguh sulit untuk dipercaya.
Luna menelepon Deon dengan bingung.
"Deon, apa yang terjadi? Kenapa
tuan muda dari Keluarga Saputra membayar kembali uangnya dan datang untuk
meminta maaf? Ini semua hasil karyamu?"
"Bu Luna, aku di rumahmu.
Datanglah dan kamu akan mengerti!"
"Nggak jelas!"
Luna mengernyitkan dahi setelah
mendengar apa yang Deon katakan. Rasa penasaran muncul di wajah dingin itu dan
dia pulang kerja lebih awal sebelum tiba di vilanya.
Alhasil, Deon tidak terlihat setelah
memasuki pintu.
"Heh, orang ini berani
mempermainkanku? Lihat saja apakah besok aku akan membereskannya atau
nggak!"
Luna menyadari dia telah ditipu dan
merasa marah.
Berani sekali Deon menipu bosnya.
Dengan begitu setelah seharian
bekerja keras, Luna kembali ke kamar dengan kelelahan. Dia berencana untuk
pergi tidur dan istirahat.
Akan tetapi pada saat ini, pintu
kamar mandi yang tertutup tiba-tiba terbuka, sebuah tangan yang panjang dan
kuat meraih pantat Luna.
Langsung menariknya ke dalam.
"Ah! Siapa itu? Lepaskan
aku!" Wajah Luna langsung memucat dan dia meronta mati-matian.
Akan tetapi, Luna tidak sanggup
melawan kekuatan luar biasa orang itu, jadi dia memeluknya dan duduk sambil
membentur ke dinding.
Membentuk situasi serangan dan
pertahanan.
Sekilas, Luna melihat seorang pria
bertelanjang dada di depannya.
"Deon! Kok kamu ada di kamar
mandi kamarku!?"
Mata indah Luna langsung membelalak
dan dia berteriak.
No comments: