Bab 112
Deon sangat marah dan hendak
mengakhiri panggilan.
Darren panik.
"Dokter Genius Deon, dengarkan
penjelasanku! Alasanku mencarimu larut malam adalah karena putrinya tiba-tiba
kumat dan kondisinya sangat serius! Mungkin nyawanya berada dalam bahaya kapan
saja!"
"Ayah mertuaku adalah Budi,
mantan guru besar Akademi Sains Nasional! Dia juga pernah memberikan kontribusi
besar pada bisnis cip di negara ini!"
Cucu dari pensiunan guru besar
negara?
Deon tertegun. Dia hanya mengagumi
dua jenis orang dalam hidupnya, yaitu prajurit dan ilmuwan.
Selain itu, orang kaya, artis dan
selebriti hanyalah sekumpulan orang tidak berguna yang sudah tidak tertolong.
"Kalau itu adalah cucu dari Pak
Budi, itu memang layak untuk kuselamatkan."
Deon berkata, "Parkir mobil di
luar, aku akan keluar dalam sepuluh menit!"
"Oke! Terima kasih, Dokter Genius
Deon!" Darren sangat gembira.
Beberapa menit kemudian, Deon
mengganti pakaiannya dan berjingkat-jingkat.
Akan tetapi, yang tidak dia ketahui
adalah Luna telah lama memantau setiap gerakannya dari lantai atas.
Matanya berkilat saat melihat sosok punggung
Deon di kejauhan dan seringai muncul dari sudut bibirnya.
"Heh, diam-diam keluar di tengah
malam, rahasia besar apa yang si bajingan ini miliki?"
Memikirkan kembali Suzie sang sahabat
yang tuntutannya luar biasa, dia tidak suka pada orang-orang yang kaya dan
berbakat, tetapi malah jatuh cinta pada Deon.
Ini membuatnya semakin curiga.
"Zie pasti tahu sesuatu tentang
Deon, tapi nggak mau memberitahuku! Karena itu masalahnya, aku akan pergi dan
menyelidikinya sendiri!" 1
Di sisi lain.
Mobil BMW milik Darren mengikuti Deon
dan langsung tiba di vila Keluarga Santoso di pinggiran kota.
Darren mengenakan setelan jas rapi
dan setelah melihat Deon keluar dari mobil, dia bergegas maju untuk
menyambutnya.
"Dokter Genius Deon, aku
benar-benar minta maaf telah memintamu untuk pergi ke Kediaman Keluarga Santoso
di tengah malam!"
Deon berkata dengan acuh tak acuh,
Baguslah kalau kamu tahu. Cepat bawa
aku melihat pasien. Besok aku masih harus bekerja!
Darren berkata dengan penuh semangat,
"Baik!"
Sambil memimpin Deon, Darren berjalan
melewati lapisan ambang pintu sebelum tiba di aula kuno dan mewah.
Darren menjelaskan.
"Pak Budi terobsesi dengan taman
kuno setelah pensiun, jadi vila ini juga dibuat dengan model bergaya taman kuno
dan punya koleksi lukisan antik!"
"Dengar-dengar lukisan Pengiring
Wanita yang dibuat oleh mantan jenius Drake ini dibeli dari lelang di luar
negeri dengan harga khusus sebesar 80 miliar oleh Pak Budi!"
Deon meliriknya, "Palsu!"
"Apanya yang palsu?"
Pada saat itu seorang pria tua dengan
punggung bungkuk dan rambut beruban berjalan mendekat, terlihat begitu garang
dan tidak sabaran.
Darren buru-buru berteriak,
"Semoga ayah mertua panjang umur! Ini adalah Dokter Genius Deon yang
kuundang kemari. Dia pernah menyembuhkanku sebelumnya!"
Budi melirik Deon dengan acuh tak
acuh, "Dokter genius? Berapa usiamu?"
"25 tahun."
Deon menjawab.
"Seorang dokter genius berusia
25 tahun?" Budi tersenyum mendengar jawaban Deon dan berkata sambil
tertawa terbahak-bahak.
"Oh, Darren! Sepertinya kamu
sudah ditipu! Mana mungkin bocah ini adalah seorang dokter genius? Aku sudah
menghabiskan seluruh hidupku untuk mempelajari sains dan aku tahu banyak hal
yang nggak bisa melampaui akal sehat ilmiah. Misalnya, usia!"
"Terutama kedokteran. Ini adalah
proses yang sangat memperhatikan pembelajaran dan akumulasi. Walaupun ada orang
yang sangat jenius, dia pasti cuma paham sedikit ilmu sebelum mencapai usia 30
tahun!"
"Jadi, kamu pikir aku ini
palsu?"
Deon mengangkat alis dan mengangkat
tangannya sebelum berbalik untuk pergi.
"Kalau begitu, aku nggak bisa
membantumu! Kebetulan saja sudah waktunya untuk pulang dan tidur! Sampai
jumpa!"
Darren berteriak, "Tunggu!
Dokter Genius Deon, jangan pergi!"
"Berhenti!" Budi berkata
dengan suara dingin dan tegas.
"Atas dasar apa kamu bilang
lukisan Pengiring Wanita itu palsu? Kalau nggak bisa memberikan jawaban yang
sebenarnya, potong salah satu kakimu!"
No comments: