Bab 95
"Tentu saja bukan. Pemiliknya
sengaja mempekerjakan wanita-wanita cantik sebagai tukang pijat supaya
bisnisnya lancar!"
Lalu, Dimas melanjutkan dengan
senyuman yang merekah bagai bunga.
"Tahukah kamu betapa banyaknya
bapak-bapak kaya yang akhir-akhir ini datang untuk refleksi? Nyatanya, mereka
semua datang karena tertarik dengan nona-nona di sini."
"Pertama-tama, mereka akan
meminta berkenalan dan mengobrol, lalu meminta nomor telepon mereka, lalu ...
kamu tahu sendiri, lah. Itulah tujuan mereka datang kemari."
Deon tidak sampai hati menolaknya
lagi, jadi dia terpaksa memantapkan hati dan masuk ke dalam.
Manajer di sana bergegas menyambut
mereka.
"Selamat datang, apakah Anda
ingin memilih layanan cuci kaki atau layanan pijat? Layanan cuci kaki dikenakan
biaya 799 ribu, layanan pijat 1.199 ribu. Jam tambahan akan dikenakan biaya
terpisah."
Dimas menepuk dadanya dan berkata,
"Ini pertama kalinya temanku datang ke sini, jadi dia pantas mendapatkan
yang terbaik! Kami pilih layanan pijat!"
Deon menatapnya sambil membatin,
'Gila, kenapa mahal sekali? Lebih baik aku memijat kakiku dengan tanganku
sendiri!"
Namun, Deon tidak bisa menolak Dimas
karena dia terlihat sangat bersemangat. Mereka pun berganti baju dan mengenakan
jubah mandi, lalu memilih ruangan dan duduk di dalamnya.
Manajer tersebut tersenyum sopan dan
berkata.
"Kak Dimas, kami kedatangan nona
pijat baru. Dia masih muda dan sangat cantik, tubuhnya juga sangat bagus!"
"Kalau begitu, kenapa
berlama-lama lagi? Cepat panggilkan dia kemari untuk memijat Kak Deon!"
1
Dimas menjawab dengan bersemangat.
Deon mengerutkan kening dan berkata,
"Anu, aku pilih yang pijatnya biasa-biasa saja."
"Kak Deon, nggak usah sungkan
begitu. Toh kalian sudah bayar, jadi pilih saja yang terbaik!"
Pada saat ini, seorang wanita
berambut panjang, pantat montok dan badan seksi menghampiri mereka sambil
menundukkan kepala. Wanita yang mengenakan seragam, rok dan stoking seksi dan
itu membungkuk dan berkata. 1
"Halo, aku Nona Pijat nomor
tiga, namaku Nana!"
Mata Dimas membelalak. Melihat
belahan dada wanita itu, jantungnya hampir meledak karena kegirangan!
Tampaknya manajer itu tidak menipu
mereka, karena setengah badan wanita ini saja sudah sangat menggiurkan!
"Nona Nana, tolong angkat
kepalamu supaya kami bisa melihat wajahmu dengan jelas."
Dimas berkata dengan bersemangat.
Wanita itu perlahan mengangkat
dagunya dan bertemu tatap dengan mereka, tetapi mereka malah berteriak kaget.
"Kak Quina! Kok, kamu?"
Nona Nana yang hendak memijat mereka
tak lain adalah manajer departemen mereka, Bu Quina!
Deon juga menimpali dengan terkejut,
"Kak Quina, kenapa kamu bekerja di tempat seperti ini?"
Quina juga tidak mengira akan bertemu
Deon dan Dimas. Wajahnya merona karena malu dan dia berkata dengan malu-malu.
"Akhir-akhir ini aku kekurangan
uang.... Jadi aku bekerja paruh waktu untuk membantu ekonomi keluarga.
"Bagaimana kalau kita ganti
orang saja? Lagi pula, kita semua adalah rekan kerja satu kantor," ucap
Deon dengan canggung.
Quina menggertakkan giginya dan
berkata.
"Nggak apa-apa! Justru aku nggak
takut sama kalian dan nggak perlu khawatir akan diperlakukan nggak senonoh oleh
tamuku."
Mendengar jawaban Quina, Dimas
berdeham ringan dan berkata.
"Kak Deon, kamu pakai saja
ruangan ini, aku akan ke kamar sebelah! Aku nggak mau mengganggumu kalian!"
Deon tidak bisa berkata-kata. Dimas
jelas-jelas ingin kabur supaya tidak usah berhadapan dengan Quina!
Deon tidak bisa berkata-kata. Dimas
jelas-jelas ingin kabur supaya tidak usah berhadapan dengan Quina!
Setelah Dimas melarikan diri, kini
hanya tersisa Deon dan Quina di ruangan tersebut. Dalam sekejap, suasananya
menjadi makin canggung.
Quina berjingkat dan berkata,
"Deon, santai sedikit. Aku akan mulai memijatmu."
Deon tidak bisa memungkiri bahwa
lekuk tubuh Quina yang montok terlihat lebih menonjol karena dia mengenakan
seragam pijat seksi.
Quina mulai memijat Deon dengan
jari-jarinya yang ramping dan lembut. Dari waktu ke waktu, dia juga menyentuh
bagian bawah paha Deon.
Entah disengaja atau tidak, Deon
merasa bahwa Quina duduk dengan strategis hingga belahan dadanya selalu
terpampang jelas tepat di hadapannya.
Deon membatin dengan curiga, 'Wahai
wanita, kamu sedang bermain api! Jangankan aku, siapa saja nggak akan bisa
mengendalikan diri dalam posisi seperti ini!"
Quina baru beranjak tiga puluh tahun
dan rutin melakukan perawatan, jadi kulitnya bahkan lebih bagus daripada
gadis-gadis muda pada umumnya.
"Deon, bagaimana? Enak
nggak?"
No comments: