Bab 253
Menakutkan sekali!
Teknik tapak tangan ini merupakan
hasil kerja keras Tetua Keluarga Halim selama lima puluh tahun.
Itu terlihat jelas di mata Julian dan
master bela diri lainnya.
Serangan kepala Keluarga Halim
benar-benar termotivasi oleh niat membunuh.
Sekalipun seekor sapi, juga akan
langsung dibantai di tempat.
Julian mencibir dan berkata,
"Bocah ini memang punya kekuatan, tapi kali ini, dia sudah mengincar orang
yang salah."
"Tetua Keluarga Halim ini punya
kekuatan setingkat Guru Besar junior. Nggak ada yang bisa
menghentikannya!"
Regina yang berada di bawah panggung
itu tampak tegang. "Beri tahu semua orang. Kalau Dokter Nathan nggak mampu
mengendalikan situasi, orang-orang kita akan segera turun tangan!"
Sekretaris segera menjawab,
"Baik, Nona."
Tetua Keluarga Halim menyeringai dan
berkata, "Anak muda, tapak tanganku ini sudah kulatih selama puluhan
tahun. Apa kamu bisa menangkisnya?"
"Ada harga yang harus dibayar
kalau kamu bersikap sombong."
Banyak orang yang refleks menutup
mata mereka, seakan tidak sanggup melihat akhir tragis itu.
Aura yang dimiliki kepala Keluarga
Halim berada di luar jangkauan orang biasa. Energinya seketika
memporak-porandakan ruang di sekitar.
Begitu serangan ini diluncurkan, anak
muda yang naik ke atas panggung ini mungkin akan kehilangan separuh nyawanya
langsung.
Hanya Nathan yang tetap tenang
menyaksikan serangan tapak tangan gemuruh dari tetua Keluarga Halim.
Di mata orang lain, serangan tetua
itu mungkin sangat dahsyat, mendominasi, dan memesona.
Namun bagi Nathan, kekuatan seperti
ini masih sangat lemah!
Swush!
Tanpa melihat ke arah tetua itu,
Nathan tiba-tiba mengangkat tangan kanannya dan meluncurkan serangan dari
telapak tangannya.
Serangan telapak tangannya datang
tanpa peringatan apa pun, bahkan tidak menimbulkan suara apa pun.
Dari segi momentum, mungkin terlihat
sangat datar dan lemah.
Namun, begitu berbenturan dengan
serangan tetua Keluarga Halim langsung terdengar suara dentuman keras.
Kekuatan yang tidak terlihat oleh
kasat mata itu mampu menyerang tubuh tetua Keluarga Halim bagai gelombang air.
Swush!
Dalam sekejap, tulang rusuk tetua
Keluarga Halim itu langsung patah!
Serangan yang diluncurkan Nathan
berpusat pada telapak tangan dan seluruh lengan.
Semua itu sudah hampir hancur.
Warna merah darah pekat muncul di
wajah tetua keluarga Wu. 1
Dia masih berdiri di atas panggung
dan tidak bergerak sedikit pun, tetapi wajah tuanya tampak berkedut dari waktu
ke waktu.
Semua yang hadir langsung terpana.
Bukankah serangan keduanya baru saja
berbenturan? Duel juga sudah selesai?
Julian mengerutkan kening. Dia
menyadari ada sesuatu yang aneh.
Namun jauh di lubuk hatinya, dia sama
sekali tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.
Nathan menepis debu di pakaiannya dan
berjalan meninggalkan panggung, seolah-olah tidak terjadi apa-apa.
Edward langsung panik dan berteriak,
"Nathan, kamu ingin melarikan diri? Jangan harap!"
Nathan menoleh dan menatapnya,
"Coba saja kalau kamu berani menghentikanku?"
Edward gemetar, tetapi dia tidak
berani.
Dia hanya bisa berteriak pada Tetua
Keluarga Halim, " Tetua, hentikan dia. Pokoknya, aku harus menghabisinya
hari ini"
Tetua Keluarga Halim tidak
menjawabnya, tetapi tubuhnya tampak gemetar.
Edward berkata dengan marah,
"Tetua, kenapa masih berdiri di sana? Cepat hentikan bocah itu!"
"Setelah memprovokasi Keluarga
Halim, dia masih ingin kabur begitu saja? Apa dia pikir Keluarga Halim kami
mudah ditindas?"
Tetua Keluarga Halim berusaha menelan
darah yang naik ke tenggorokannya. Bibirnya bergetar. "Biarkan dia pergi!
11
Edward mengira dirinya salah dengar.
"Kamu bilang apa?
Tetua Keluarga Halim menggeram.
"Aku bilang, biarkan dia pergi."
Edward masih ingin berbicara, tetapi
tetua Keluarga Halim sudah berbalik dan bergegas berjalan menuju aula belakang
kediaman Halim.
Setelah berhasil melewati kerumunan,
dia pun tidak bisa menahan diri lagi dan langsung memuntahkan darah dalam
jumlah banyak.
Bersamaan dengan itu, tubuhnya juga
tidak bisa bertahan lagi dan ambruk ke bawah.
Edward yang mengikuti dari belakang
pun tercengang melihat kejadian itu. Wajahnya tampak pucat pasi.
No comments: