Bab 257
Tanpa menanyakan pendapat Nathan,
kedua gadis itu langsung memesan anggur dengan antusias.
Manajer restoran tersenyum dan datang
untuk memperkenalkan anggur secara pribadi. "Nona Regina, Nona Tiara,
kalian berdua adalah gadis yang lembut. Saya sarankan kalian minum anggur
merah."
"Bisa melembabkan tenggorokan,
menyegarkan, manis, dan nggak membahayakan kesehatan tubuh."
Menanggapi rekomendasi manajer
restoran, Regina langsung mengerutkan bibirnya dan berkata, "Siapa yang
kamu pandang rendah? Kalau mau minum, aku juga harus pesan anggur putih."
Tiara memukul meja dan berkata,
"Benar sekali, minum anggur putih lebih nikmat."
"Anggur merah itu rasanya
seperti air. Aku nggak pengin minum yang begituan."
Manajer restoran tersenyum pahit. Dia
terpaksa mengalihkan pandangannya ke Nathan, satu-satunya pria di ruangan itu.
Entah dari mana tuan ini berasal. Dia
begitu beruntung bisa ditemani oleh nona-nona dari dua keluarga besar di
Beluno.
Jika kabar ini disebarkan, entah
berapa banyak orang yang akan iri padanya.
Nathan tersenyum dan berkata,
"Ambilkan saja apa yang mereka pesan. Kedua nona ini boleh minum apa pun
yang mereka mau. Yang penting mereka senang saja."
Terakhir, setelah semua hidangan
disajikan.
Mereka malah tidak menyentuh banyak.
Sebaliknya, dua botol besar anggur putih habis diteguk.
Nathan agak terkejut. Kapasitas minum
Tiara dan Regina telah jauh melampaui dugaannya.
Apalagi, anggur itu punya kandungan
alkohol melebihi 50%. Meski merupakan anggur langka, tidak semua orang bisa
sanggup meminurnnya.
Namun, kedua gadis ini masing-masing
menghabiskan satu botol.
Kapasitas minum seperti ini sudah
pasti yang paling tinggi di kalangan gadis-gadis.
Regina bersandar pada Nathan. Dia
berkata dengan sedikit mabuk, "Dokter Nathan, aku punya rahasia yang ingin
aku ceritakan padamu."
A
Nathan tidak banyak minum. Dia kebanyakan
hanya memperhatikan mereka berdua minum.
Oleh karena itu, matanya masih
jernih. Dia tersenyum dan berkata, "Nona Regina, katakanlah. Aku siap
mendengar."
Regina mencondongkan tubuhnya, yang
beraroma wangi samar itu, sambil menatap Nathan dengan mata sayu.
Menyadari Nathan tampak sedikit malu,
dia pun membuka bibir cerinya dan berbisik, "Aku suka sama Dokter
Nathan!"
Beberapa kata itu telah membuat
Nathan tertegun.
Melihat wajah Regina yang merona dan
juga penampilannya yang menakjubkan.
Untuk sesaat, Nathan juga tidak tahu
harus bagaimana menanggapinya.
Nona Regina yang saat ini memang
berada di bawah pengaruh alkohol,
Sambil berbaring di pelukan Nathan,
dia berkata dengan lembut, "Aku nggak ingin menikah dengan Keluarga
Kusuma. Yang aku suka itu Dokter Nathan."
"Sejak kecil hingga dewasa, aku
hanya menyukai Dokter Nathan seorang saja. Aku berharap Dokter Nathan melamarku
dengan Raja Berlian secepatnya, ya? Oke?"
Selesai berbicara, Regina tidak bisa
menahan pengaruh alkohol lagi dan langsung tertidur lelap di pelukan Nathan.
Sekalipun sudah tertidur, masih ada
senyum manis yang menghiasi wajahnya.
Tangan gadis itu menggenggam erat
kemeja Nathan, seakan-akan tidak ingin melepaskannya meskipun dalam mimpi.
Nathan tersenyum pahit.
Apa dia baru saja menerima pengakuan
cinta?
Regina barusan juga menyebut nama
Keluarga Kusuma.
Tampaknya Grup Suteja telah mengatur
pernikahannya dengan Keluarga Kusuma.
Terlihat jelas bahwa Regina enggan
menerima pernikahan ini.
Teringat akan Tiara yang duduk di
depannya itu juga minum banyak, Nathan pun bertanya dengan khawatir, "
Tiara, kamu baik-baik saja?"
Siapa sangka begitu mendongakkan
kepalanya, gadis berdada besar itu sudah tergeletak di pojok sofa. Kedua
kakinya tertekuk dan tertidur pulas.
Nathan mendadak merasa kepalanya
pusing. Bisa-bisanya kedua gadis ini tertidur begitu saja.
Bagaimana dia menangani mereka
sendirian?
No comments: