Bab 258
Setelah memikirkannya, Nathan pun
menelepon manajer dan memintanya membantu memanggil sopir pengganti untuk
mengantar kedua wanita itu pulang.
Manajer itu menatapnya dengan kaget.
"Memanggil sopir pengganti untuk mengantar nona-nona ini pulang? Tuan, apa
yang kamu pikirkan?"
Nathan kebingungan. "Apa yang
aku pikirkan? Mereka mabuk, tentu saja aku harus mengantar mereka kembali.
Manajer itu tertegun, lalu berkata
dengan ekspresi kecewa, "Kamu nggak boleh mengantar kedua wanita itu
pulang begitu saja, mengerti?"
"Apa kamu nggak tahu alasan
mereka bisa mabuk di depan pria dewasa sepertimu?"
"Ini berarti mereka sedang
memberimu kesempatan. Aku benar-benar nggak tahu harus bilang apa lagi. Kalau
kamu menyia-nyiakan dua gadis cantik ini, kamu benar-benar nggak bisa
dimaafkan."
Nathan tidak berdaya.
Melihat manajer yang antusias,
seakan-akan lebih khawatir daripada dirinya sendiri.
Manajer itu tampak iri. Dia menelan
ludah dan berkata dengan sungguh-sungguh, "Tuan, harus kuakui pesonamu
memang menakjubkan."
"Tahukah kamu latar belakang
keluarga dua nona muda ini di Beluno kami?"
"Sangat sulit bagi orang biasa
untuk menghubungi salah satu dari mereka, apalagi mendapatkan perhatian dari
kedua nona besar ini."
"Kamu bukan hanya berhasil, tapi
juga mendapatkan keduanya. Sekali dayung dua tiga pulau terlampaui. Kamu sangat
beruntung. Pasti banyak pria yang iri padamu!"
"Jangan panggil sopir pengganti
lagi. Aku akan panggilkan taksi untukmu. Bawalah kedua wanita itu bersamamu
malam ini dan bersenang-senanglah. Hehe. Jangan lupa gunakan kontrasepsi!"
Nathan sudah hampir pingsan!
Tak disangka, manajer restoran ini
veteran yang berpengalaman'.
Perlu diketahui, baik itu Regina
maupun Tiara, keduanya bukanlah gadis biasa.
Jika kedua gadis ini tidak kembali ke
rumah setelah lewat tengah malam, Nathan bisa membayangkan para master Keluarga
Wijaya dan Keluarga Suteja akan datang mengambil tindakan.
Setelah masuk ke dalam taksi, Nathan
mengantar Regina pulang dulu.
Kemudian, dia baru mengantar Tiara
kembali ke rumahnya.
Tiara tinggal sendirian di kawasan
Cusio, tetapi Nathan tidak tahu alamat spesifiknya.
Selain itu, Nathan juga khawatir
dengan Tiara. Terutama gadis itu sekarang lagi mabuk dan juga tinggal
sendirian.
Jadi, akan lebih aman jika Nathan
mengantarnya kembali ke kediaman Wijaya.
"Lagi-lagi kamu."
Begitu gerbang kediaman Wijaya
terbuka, kakak seperguruan Tiara, Brian, tidak senang melihat kemunculan
Nathan.
Nathan menggendong Tiara yang sudah
tertidur sambil berkata dengan nada datar, "Aku antar adik seperguruanmu
pulang."
Begitu melihat Tiara yang digendong
oleh Nathan, mata Brian langsung memerah. Dia berkata dengan marah, "
Mesum, apa yang sudah kamu lakukan pada Tiara? Bajingan! Aku akan
membunuhmu!"
Nathan mengerutkan kening dan
berkata, "Lebih baik jangan buat keributan. Tiara hanya mabuk. Selain itu,
aku juga nggak melakukan apa pun padanya."
"Siapa percaya? Tiara begitu
cantik. Mana mungkin kamu nggak melakukan apa-apa?" seru Brian.
"Sejak kamu datang ke kediaman
Halim sebelumnya, aku sudah tahu kalau kamu bukan orang baik."
"Huh! Akhirnya kamu
mengungkapkan sifat aslimu sekarang. Aku akan beri tahu Guru masalah ini dan
menghancurkan reputasimu!"
"Terserah kamu saja, tapi tolong
minggir dulu. Aku akan mengantar Tiara untuk beristirahat," seru Nathan
dengan santai.
Brian mencibir. "Nathan, kamu
masih berani bilang kamu nggak punya niat apa pun terhadap Tiara?"
"Tapi aku beri tahu kamu, hanya
pria berbakat sepertiku yang pantas disandingkan dengan Tiara. Kami berdua
barulah pasangan yang serasi. Kamu yang bukan siapa-siapa masih berani
berkhayal untuk mendapatkannya?"
Selesai berbicara, dia pun maju ke
depan dan bersiap membawa kembali Tiara dari pelukan Nathan.
Sayangnya, Nathan berkelit dan tidak
menyerahkan Tiara padanya.
No comments: