Bab 233
Suara percakapan antara ibu dan anak
itu jelas sangat kecil.
Namun, Nathan punya pendengaran yang
tajam. Jadi, dia bisa mendengar semuanya dengan jelas.
"Meski Keluarga Sebastian di
Naroa termasuk keluarga bangsawan, fondasi mereka rata-rata. Dibandingkan
dengan Keluarga Halim di Beluno, kekuatan mereka jauh lebih rendah," ucap
Nathan sambil mengingatkan mereka.
Emilia terkejut dan bertanya,
"Nathan, kamu juga tahu Keluarga Sebastian di Naroa?"
Nathan berkata dengan nada datar,
"Mantan kepala Keluarga Sebastian pernah menawarkan banyak uang untuk
memintaku mengobati penyakit. Tapi karena sikapnya kurang pantas, aku
menolaknya. Aku tahu sedikit tentang mereka."
Saat mendengar kata-kata itu, Emilia
tampak skeptis.
Tamara sama sekali tidak percaya dan
langsung mendengus dingin. "Teruskan bualanmu. Kenapa kamu nggak bilang
saja kepala Keluarga Sebastian kami berlutut di hadapanmu? Bukankah itu lebih
luar biasa! Dasar pembual!"
Kepala Keluarga Sebastian di Naroa
adalah kepala keluarga bangsawan dan juga pemimpin yang berkuasa.
Di seluruh wilayah Bimala, sernua
anggota Keluarga Sebastian harus mematuhi perintahnya.
Namun, Nathan malah berani bilang
kepala Keluarga Sebastian mereka datang meminta bantuannya dengan menawarkan
sejumlah besar uang?
Tamara sama sekali tidak percaya.
Mana mungkin ada hal seperti itu?
Namun, Nathan mengangguk dan berkata,
"Kamu benar. Saat itu, kepala Keluarga Sebastian kalian menang hampir
berlutut di hadapanku. Tapi aku nggak menerimanya."
Begitu kata-kata ini dilontarkan.
Tamara langsung tertawa sinis.
"Omong kosong! Nathan, jangan kira kamu sudah hebat hanya karena kamu
berhasil menaklukkan anggota Keluarga Halim. Andai kepala keluarga kami
mendengar kata-katamu ini, dia pasti akan menghabisimu."
Wajah Emilia berubah serius. Dia
berkata dengan tegas, " Nathan, jangan sembarangan bicara."
"Keluarga Sebastian di Naroa
nggak sesederhana Keluarga Sebastian di Beluno. Keluarga besar yang punya latar
kuat seperti itu nggak suka orang lain sembarangan membicarakan mereka di
luar."
Nathan berkata dengan cuek,
"Yang aku katakan barusan hanya ingin mengingatkanmu saja. Jangan berharap
untuk mengandalkan Keluarga Sebastian di Naroa."
"Terserah kamu mau dengar atau
nggak. Lagian, nggak ada hubungannya denganku."
Selesai berbicara, Nathan langsung
pergi.
Emilia tampak kesal. Nathan terlalu
berpikiran sempit.
"Huh. Meski dia sekarang punya
kemampuan, sifatnya yang suka membual itu masih nggak berubah sama
sekali," ucap Tamara dengan nada meremehkan.
"Emilia, untung saja kamu nggak
meminta bantuannya. Kalau nggak, bocah ini pasti akan makin sombong."
"Begitu master Keluarga
Sebastian dari Naroa tiba, kita akan langsung pergi ke kediaman Halim untuk
melawan mereka. Aku akan paksa Edward dan ayahnya berlutut serta mengakui
kesalahan mereka."
"Aku akan segera menelepon
kepala Keluarga Sebastian di Naroa dulu dan minta mereka mengutus master
sebanyak mungkin," kata Emilia.
"Tapi aku juga ingin menimbulkan
konflik yang berlebihan dengan Keluarga Halim. Apa pun yang terjadi, Keluarga
Halim juga nggak boleh dianggap remeh."
Tamara tidak puas. "Nggak bisa.
Lihat kondisi ibumu dan adikmu. Kami sudah terluka parah seperti ini."
"Pokoknya, aku harus
melampiaskan emosi ini. Apa pun yang terjadi, aku harus membuat Edward si
bajingan itu berlutut di hadapanku."
"Selain itu, dia juga harus
memberikan dua triliun sebagai biaya kerusakan mental. Tunggu, dua triliun
terlalu sedikit. Aku mau 20 triliun!"
Sementara itu.
Thomas yang sedang menangani urusan
bisnis di luar menerima telepon dari putranya, Edward.
"Ayah, terjadi masalah besar.
Nathan menghancurkan salah satu jariku. Dia juga membuatku terluka parah dan
merusak rencanaku yang ingin berbaikan dengan Emilia.
"Aku nggak peduli. Kamu harus
mengizinkanku mengerahkan master keluarga untuk menghabisinya."
Mendengar suara teriakan putranya di
telepon, wajah Thomas tiba-tiba berubah muram.
"Di mana Emir? Kalau dia ada,
bagaimana kamu bisa terluka? Emir seharusnya bisa membunuh bocah itu dengan
mudah."
Edward berteriak, "Emir si
pecundang itu bahkan lebih lemah dariku. Dia telah dilumpuhkan oleh Nathan dan
kondisinya sekarang nggak sadarkan diri."
Buam!
Thomas tertegun dan langsung membeku
di tempat.
No comments: