Bab 239
Anak buah yang tadinya meragukan
kemampuan Nathan dan khawatir pria itu tidak bisa menghadapi Buana langsung
berkata dengan kagum, "Tuan Nathan memang hebat!"
Arjun tampak gembira dan segera
berkata, "Saudara-saudara, kesempatan bagi Gluton kita sudah tiba."
"Tuan Nathan sudah menyingkirkan
Buana untuk kita."
"Sampaikan perintahku. Lantaran
Hessen sedang kacau, kita semua harus keluar dan merebut wilayah itu
secepatnya. Jangan beri kesempatan pada Sirion."
"Baik!"
Para anak buah langsung menanggapi
dengan tegas.
Jadi di malam itu juga, pasukan bawah
tanah Gluton dan juga Sirion terlibat dalam pertarungan sengit.
Gluton meluncurkan serangan balik
besar-besaran dan Sirion langsung dikalahkan.
Banyak orang yang tidak bisa tidur
malam itu.
Selain itu, masih ada satu orang juga
yang tidak bisa tidur nyenyak.
Dia adalah Thomas, kepala Keluarga
Halim di Beluno.
Thomas yang berada di kediaman Halim
bertanya dengan hati-hati, "Dokter, bagaimana kondisi tubuhku?"
Dia mengundang Dokter Bayu datang
untuk memeriksa kondisi tubuhnya.
Lantaran tadi siang Nathan
memberitahunya bahwa nyawanya hanya tersisa tiga hari lagi.
Thomas mulanya tidak begitu
menanggapi hal itu, tetapi karena suatu alasan, jantungnya terus berdebar dan
dia mulai merasa tidak tenang.
Selain itu, sinyal yang dikirim oleh
tubuhnya juga makin hari makin memburuk.
Oleh karena itu, setelah kembali ke
kediaman Halim, Thomas memikirkan hal itu berulang kali. Tanpa berani menunda
lebih lama lagi, dia segera mengutus orang untuk mengundang Dokter Bayu.
Dokter Bayu yang memeriksa denyut
nadi Thomas dari tadi pun menjawab, "Pak Thomas, kondisi tubuhmu nggak begitu
menggembirakan."
Kelopak mata Thomas berkedut. Dia
berkata dengan tenang, "Dokter Bayu, katakanlah. Aku juga orang yang sudah
mengalami banyak badai dan gelombang, jadi aku nggak takut."
Dokter Bayu menghela napas dan
berkata, "Lantaran Pak Thomas sudah bilang begitu, aku juga nggak akan
menyembunyikannya lagi."
"Pak Thomas, aku khawatir kamu
mungkin nggak bisa bertahan sampai tiga hari lagi."
Jderr!
Seakan petir di siang bolong, Thomas
tampak syok.
"Apa kamu bilang? Nggak bisa
bertahan sampai tiga hari?
Kenapa diagnosa Dokter Bayu persis
seperti yang dikatakan bocah bernama Nathan tadi?
Di saat ini juga, Thomas merasa
sekujur tubuhnya menggigil.
"Berdasarkan kekuatan bela diri
yang Pak Thomas miliki, sekalipun menderita penyakit yang nggak bisa
disembuhkan, kamu seharusnya masih bisa hidup beberapa tahun lagi," terang
Dokter Bayu.
"Tapi yang dialami Pak Thomas
berbeda. Kamu sudah menelan racun dalam jumlah besar dalam tubuhmu. Ini seperti
menambah luka di atas luka lamamu."
"Tubuhmu yang sudah kewalahan
menanggung beban berat langsung ambruk karena racun ini!"
Thomas merasa kepalanya berdengung!
Thomas merasa pemandangan di depan
matanya menggelap. Dia berkata dengan nada tidak percaya, "Ada orang yang
secara khusus menangani kehidupan sehari-hariku, bagaimana aku bisa
diracuni?"
"Dokter Bayu, kalau aku
diracuni, mengapa nggak ada gejala lain kecuali tubuhku yang makin
melemah?"
"Racun-racun yang ada dalam
tubuhmu terakumulasi seiring waktu. Itu sebabnya, kamu biasanya nggak akan bisa
merasakannya," jelas Dokter Bayu.
"Di saat jumlah yang
terakumulasi sampai pada tingkat tertentu, racun ini akan meletus seperti
gunung berapi dan membunuhmu dalam sekejар."
Thomas ketakutan hingga wajahnya
memucat. Dia terus berkata, "Dokter Bayu, kalau racun ini begitu
mengerikan seperti yang kamu katakan, lantas apa lagi yang kamu tunggu? Cepat
selamatkan nyawaku."
Dokter Bayu menggelengkan kepalanya
dan berkata tak berdaya, "Pak Thomas, aku juga ingin menyelamatkanmu, tapi
racunnya sudah menembus organ dalammu. Sudah terlambat."
"Satu-satunya yang bisa aku
lakukan sekarang adalah memperpanjang usiamu semaksimal mungkin. Mengenai
berapa lama kamu masih hidup, kita hanya bisa menyerahkannya pada takdir!"
Setelah meninggalkan sebotol Pil Penyelamat
Nyawa, Dokter Bayu menggelengkan kepalanya, lalu berdiri dan pergi.
Hanya tersisa Thomas yang duduk di
dalam ruangan sunyi itu. Wajahnya pucat pasi.
Setelah beberapa saat, wajahnya
tiba-tiba berubah menjadi ganas dan mengerikan.
"Edward, dasar bajingan!"
"Minda Alistya! Wanita
jalang."
"Cepat kemari, kalian
berdua!"
Di tengah malam itu, lengkingan suara
Thomas menggema di seluruh kediaman Halim.
No comments: