Bab 255
Regina berkata dengan nada dingin,
"Liam, buat apa kamu ikut-ikutan? Kembalilah dan nonton film pornomu
sana."
Begitu masa lalunya yang memalukan
diungkit, Liam langsung malu sekaligus marah. "Regina, suruh gigolo yang
kamu besarkan ini tunggu mati saja."
"Mengingat sifat Edward, kalau
dia bisa keluar hidup-hidup dari kediaman Halim hari ini, aku akan membiarkan
dia menendang kepalaku seperti bola."
Begitu selesai berbicara.
Edward sudah muncul di atas panggung
sambil memasang ekspresi muram.
Dia menatap tajam Nathan sejenak.
Sebagai kepala Keluarga Halim, dia pun memaksakan senyum di wajahnya.
"Semuanya, mari kita akhiri sampai di sini saja."
"Hari ini adalah hari pemakaman
ayahku. Aku nggak ingin membuat keributan besar."
"Tapi kemurahan hati Keluarga
Halim hanya berlaku satu kali ini saja."
Ada orang yang bertanya, "Tuan
Edward, bagaimana kondisi Tetua Keluarga Halim? Dia barusan pergi terburu -buru
dan wajahnya terlihat aneh."
Wajah Edward berkedut. Dia bahkan
ingin segera turun dari panggung dan menampar orang yang bertanya itu.
Namun, dia masih terus menahan diri.
Senyumannya tampak begitu dipaksa. "Tetua Keluarga Halim sangat kuat dan
sudah menjaga keluarga kami selama bertahun-tahun. Mana mungkin bisa terjadi
sesuatu padanya?"
"Hanya saja, usianya juga nggak
muda lagi. Setelah bertarung beberapa ronde, dia kecapekan dan perlu
istirahat."
Semua orang baru merasa lega saat
ini. Ternyata Tetua Keluarga Halim sudah tua dan tidak tahan terlalu lama
bertarung.
Liam berteriak, "Tuan Edward,
Nathan masih ada di sini. Kamu nggak akan melepaskannya begitu saja,
'kan?"
Nathan mengangguk dan berkata,
"Benar. Tuan Edward, aku ada di sini. Kamu seharusnya nggak melepaskanku
begitu saja. Cepat turun dan bawa aku pergi."
Nathan memperlihatkan sikap yang
begitu proaktif dan kooperatif.
Julian, Liam, dan lainnya langsung
tercengang mendengar perkataan itu.
Apa bajingan ini benar-benar begitu
ingin mati?
Sementara itu, Edward yang sekarang
ini hanya berpikir untuk membunuh Liam secepatnya.
Dasar bodoh! Siapa yang memintamu
ikut campur masalah Keluarga Halim?
Edward memang ingin menyingkirkan
Nathan sekarang juga. 1
Namun, apa yang bisa dia perbuat?
Kekuatan yang dimilikinya tidak mengizinkannya.
Salah satu tetua keluarga mereka
sudah ditaklukkan. Sementara yang satunya lagi memilih untuk tidak mengambil
tindakan apa pun. Meski Edward ingin bertarung sampai mati, dia juga tidak
bisa.
"Nathan, kalau aku menyentuhmu
hari ini, aku khawatir hanya akan mengusik kedamaian ayahku."
"Aku akan menyelesaikan
perhitungan di antara kita nanti!"
Setelah melontarkan kata-kata itu
dengan muram, Edward pun berbalik dan pergi.
Liam, Julian, dan Simon langsung
tercengang.
"Tuan Edward, kamu... kamu
benar-benar membiarkannya pergi begitu saja? Apa kamu nggak peduli lagi dengan
reputasi Keluarga Halim?"
Liam ingin mengejar Nathan karena dia
tidak bisa menerima akhir seperti ini.
Regina menghentikannya dan berkata
sambil tersenyum sinis, "Liam, bukankah kamu bilang asalkan Nathan bisa
meninggalkan kediaman Halim, kamu akan membiarkan kepalamu ditendang seperti
bola?"
"Ayo putar kepalamu sekarang dan
biarkan dia menendangnya!"
Wajah Liam memerah. Dia merasa sangat
malu.
Dia berkata dengan keras kepala
sambil mendengus dingin, "Tuan Edward sudah bilang. Dia membiarkan Nathan
pergi karena nggak ingin mengusik ketenangan ayahnya. Nyawanya terselamatkan,
seharusnya kalian senang, 'kan?"
Nathan mengangkat alisnya dan
berkata, "Jadi, yang baru saja kamu katakan hanyalah omong kosong dan
nggak masuk hitungan?"
Liam berkata dengan marah,
"Nathan, jangan nggak tahu diri."
Nathan melangkah maju dan langsung
menamparnya.
Diikuti dengan suara keras, kacamata
di hidung Liam seketika menjadi bengkok.
Darah langsung mengalir keluar dari
hidungnya. Kondisinya tampak menyedihkan.
"Nathan, beraninya kamu
memukulku. Aku akan...."
Plak! Plak! Plak!
Sebelum menyelesaikan ancamannya,
Nathan kembali mendaratkan beberapa tamparan sekaligus.
Wajah Liam dipukul sampai babak
belur. Wajahnya bahkan tidak dikenali lagi.
No comments: