Bab 223
Nindi menengadah dan hanya melihat
Serena, tidak ada Sania di sekitarnya.
Serena duduk di bangku seraya berkata
dengan tenang, "Aku nggak menyangka kalau kamu begitu suka mengikutiku. Ke
mana pun aku pergi, pasti kamu ada di sana."
Begitu Nindi tiba, Serena langsung
menyusul dari belakang.
Tampaknya kemampuan Jihan dalam
menyampaikan informasi cukup hebat.
"Nindi, jangan terlalu
membanggakan diri. Klub ini juga didanai oleh ayahku. Memangnya aku nggak boleh
datang kemari untuk lihat-lihat?"
Serena tersenyum sinis. "Justru
kamu yang ingin bergabung dengan klub ini, 'kan? Tapi ini bukan tempat yang
bisa dimasuki sembarangan. Hanya dengan mengandalkan kemampuanmu, jangan mimpi,
deh."
"Klub Gaming Universitas
Yasawirya selalu mengandalkan kekuatan, 'kan? Apa sekarang harus melalui jalur
belakang?"
Nindi menatap Serena dengan gigih.
"Tapi apa kamu punya
kemampuan?" tanya Serena dengan marah.
"Berkemampuan atau nggak, itu
bukan urusanmu."
Nindi sama sekali tidak mengindahkan
Serena, dan langsung membuat gadis kaya itu marah.
Tak lama kemudian, kapten klub
datang. "Selamat datang kepada semua yang bergabung di klub kami, tapi
nggak semua orang bisa bergabung dengan tim dan menjadi anggota resmi."
"Harus melalui seleksi dan orang
yang lulus akan menjadi anggota cadangan, kemudian akan diuji lagi untuk
menjadi anggota resmi."
Di markas ada komputer, setiap orang
perlu melalui seleksi PK manusia versus robot.
"Sepertinya beberapa orang
bahkan nggak akan lolos jadi anggota cadangan," ejek Serena dari samping.
Beberapa pemula langsung tereliminasi
saat seleksi permainan manusia versus robot.
Namun, masih ada beberapa orang yang
menang dalam PK.
Saat giliran Nindi tiba, dia sudah
berada di kelompok terakhir.
Dia duduk di depan komputer, dan
dengan mahir menunggu Permainan PK dimulai.
Serena melirik anggota klub di
sampingnya agar diam-diam meningkatkan kesulitan PK manusia versus robot untuk
Nindi.
Ketika permainan dimulai, Nindi
merasakan bahwa tingkat kesulitan telah dinaikkan.
Namun, baginya itu tidak masalah. Dia
menyelesaikan seleksi permainan manusia versus robot dalam tiga langkah.
Orang-orang yang menyaksikan di
sekitar pun kaget. "Dia hebat banget, bisa menyelesaikan seleksi manusia
versus robot secepat itu!"
"Wah, hebat sekali! Dia pasti
bukan pemain pemula, 'kan?"
Serena yang menyaksikan adegan ini,
langsung menatap anggota tim itu dengan tidak percaya. Aku 'kan sudah bilang
tingkatkan kesulitannya, apa kamu melakukan kesalahan?"
"Nona Serena, aku sudah
meningkatkan kesulitannya, dia memang sangat hebat."
Jelas-jelas seorang pemain
berpengalaman!
Nindi melirik Serena dan tersenyum
tipis.
Saat ini, Kapten Seno mendekat dan
mencoba menenangkan suasana. "Sepertinya klub kita mendapat anggota baru
yang hebat. Nindi, selamat telah menjadi anggota cadangan. Mulai sekarang, kamu
perlu datang ke markas untuk latihan kalau lagi nggak ada kelas!"
"Baik, aku mengerti."
Nindi tampak sangat tenang, sedangkan
Serena merasa sangat kesal.
Serena menarik kapten ke samping dan
berbisik, " Aku nggak mau tahu, pokoknya Nindi si bajingan itu nggak boleh
bergabung dengan klub ini!"
"Nona Serena, Nindi telah lulus
tahap seleksi. Kita nggak bisa melanggar aturan di depan banyak orang. Dia
tetap menjadi anggota tim, dan kalau kamu ingin melawannya, apa kamu takut
nggak ada kesempatan di kemudian hari?"
"Kamu benar juga."
Serena akhirnya tidak melanjutkan
permasalahan ini, tetapi dia tidak akan membiarkan Nindi begitu saja.
Nindi berjalan-jalan di pangkalan
Universitas Yasawirya dan melihat Dinding Kehormatan.
Dia menyadari bahwa di bagian depan
Dinding Kehormatan, ada sebuah siluet yang mengenakan hoodie, dan itu bukan
foto orang sungguhan.
Nindi mendekat dan ternyata mendapati
bahwa siluet itu adalah King Master.
Dia tidak menyangka bahwa King Master
ternyata berasal dari Klub Gaming Universitas Yasawirya. Itu berarti King
Master merupakan alumni Universitas Yasawirya?
Informasi mengenai King Master
sebenarnya sangat sedikit. Nindi juga baru mengetahui hal ini sekarang.
Ponsel Nindi berdering. Manajer dari
Tim E-Sports yang meneleponnya.
"Nindi, apa kamu sekarang sudah
sampai di Universitas Yasawirya untuk melapor?
Pertimbangkan untuk bergabung dengan
tim kami, semua fasilitas bisa dibicarakan."
"Nggak perlu, aku nggak
berencana menandatangani kontrak dengan tim mana pun."
Nindi langsung menolak.
Dia melihat siluet di dinding dan
bertanya, "Oh, ya, apa King Master dulunya juga dari Universitas
Yasawirya?"
No comments: