Bab 224
"Kamu bergabung dengan Klub
Gaming Universitas Yasawirya, 'kan? Benar, dia dulunya adalah mahasiswa
Universitas Yasawirya, tapi sudah lulus cukup lama."
"Apa dia masih bekerja di
industri ini?"
"Sejauh yang aku tahu, nggak
lagi. Dengan latar belakang keluarganya, dia nggak mungkin tetap bertahan di
Tim Kirean."
Nindi bisa menyimpulkan bahwa King
Master mungkin berasal dari keluarga yang cukup baik.
Setelah menutup telepon, Nindi
berbalik dan melihat Kapten Seno di belakang.
"Nindi, kamu punya bakat yang
cukup tinggi dalam bermain. Aku harap kelak kamu bisa menjadi anggota resmi,
aku percaya padamu."
"Terima kasih."
"Apa kamu bergabung dengan klub
karena minat atau ada tujuan lain?"
"Aku ingin bergabung dengan tim
nasional!"
Ini adalah salah satu impian Nindi.
Terlihat sekilas tatapan sinis di
mata kapten. Ingin bergabung dengan tim nasional? Sungguh naif, tim nasional
tidak semudah itu untuk dimasuki!
Namun, Seno bersikap biasa saja.
"Impian yang bagus, tapi kamu harus berusaha lebih keras. Sering
-seringlah datang ke markas untuk berlatih."
Nindi mengangguk patuh. "Oke,
aku mengerti."
"Nindi, apa kamu punya waktu
luang malam ini? Aku ingin membawamu jalan-jalan."
"Aku ada urusan malam ini, jadi
nggak bisa."
"Jangan salah paham, ini adalah
acara makan bersama untuk menyambut anggota baru klub kami. Kamu baru saja
menjadi anggota cadangan, bakal lebih baik kalau kamu ikut."
Akhirnya, Nindi menyetujuinya dengan
enggan.
Malam harinya, Nindi pergi ke tempat
makan bersama para anggota klub.
Namun begitu tiba, Nindi baru
menyadari bahwa mereka ternyata pergi ke bar.
Seno menatap Nindi dan berkata,
"Pertama kali datang, 'kan? Jangan takut, aku bakal melindungimu."
"Wah, kapten kita mulai jadi
pahlawan, nih."
"Kapten, kamu begitu protektif
terhadap Nindi, kami cemburu, loh."
Seno buru-buru melambaikan tangan.
"Jangan bicara sembarangan, nanti anak kecilnya ketakutan.
11
Saat mendengar kata "anak
kecil", Nindi merasa kesal.
Dia menghindari tangan Seno dan
sengaja menjauhkan jaraknya.
Sekelompok orang itu pergi ke ruang
VIP yang ada di lantai atas.
Kebetulan, Zovan yang sedang keluar
untuk menelepon dan melihat Nindi bersama dengan sekumpulan pria dan wanita
muda, tampak terkejut.
Tidak salah lihat, 'kan?'
Zovan berbalik dan masuk ke ruang
VIP. Di dalamnya, duduk beberapa pria muda yang mengenakan jas, dan setiap
gerakan mereka terlihat elegan nan mewah.
Mereka sedang duduk bermain mahjong!
Zovan berjalan ke samping Cakra dan
berbisik, "Aku baru saja melihat si lemon."
Cakra mengernyit. "Ngapain dia
ke sini?"
"Aku juga bingung, sepertinya
dia datang bersama teman-temannya. Mereka terlihat ceria dan tertawa. Ada
seorang pria di sampingnya yang terlihat sedang mencoba mendekatinya."
Tatapan Cakra langsung berubah suram.
"Kamu yakin?"
"Yakin. Ruangan mereka ada di
lantai dua. Lagi pula, dia sudah kuliah, wajar saja kalau bertemu teman baru
dan memiliki pengagum."
Zovan melihat ekspresi Cakra yang
mulai kelihatan kesal dan memilih untuk tidak melanjutkan pembicaraan.
Namun setelahnya, Cakra bermain
dengan wajah muram dan mengalahkan semua lawan di meja permainan.
"Cakra, kamu salah minum obat,
ya?"
Zovan merasa cemas dan menyentuh
hidungnya. Dia kira-kira tahu apa penyebabnya.
Beberapa pria mengatakan akan
melepaskan, tetapi ternyata masih sulit untuk melepaskannya!
Ruang VIP di lantai bawah.
Nindi duduk di sudut, sama sekali
tidak berniat untuk bersikap ramah atau menjalin hubungan.
Serena masuk bersama Sania, sembari
melambaikan tangannya. "Hari ini aku yang traktir!"
"Nona Besar, sungguh
hebat!"
Serena kemudian menoleh ke arah Nindi
dan berkata, "Kecuali dia, aku nggak bakal mentraktirnya."
No comments: