Bab 718
Nindi tersenyum. "Memang benar
ini hadiah dari Cakra. Awalnya aku nggak mau menerimanya, tapi dia bersikeras
memberikannya. Jadi aku nggak bisa menolak. Kak Witan, kamu harus belajar
darinya."
"Kalau aku sekaya Cakra Julian,
apa sih yang nggak bisa kubeli?"
Witan pun ikut kesal. Nasib Nindi, si
wanita jalang ini memang sangat baik.
Nindi meliriknya. "Jadi kamu
juga sadar kalau kamu miskin? Makanya kamu harus berusaha lebih keras. Sekarang
Sania membantu Kak Darren mengelola perusahaan dan menangani proyek - proyek
besar. Kalau kamu tetap nggak punya pencapaian apa-apa, nanti orang-orang akan
bilang kalau kamu cuma numpang hidup dari istrimu."
Ekspresi Witan langsung berubah.
Tatapannya terhadap Sania pun tidak lagi seceria tadi.
Belakangan ini, Witan memang merasa
sedikit tidak nyaman. Sania selalu bilang sibuk bekerja dan sering lembur,
bahkan kadang tidak pulang.
Namun, siapa yang tahu apakah dia
benar-benar lembur?
Sania memelototi Nindi, lalu
mendorong Witan ke samping untuk membujuknya. Dia tidak boleh membiarkan Witan
yang tidak berguna ini merusak rencananya.
Di ruang utama hanya tersisa Nindi
dan Nando.
Nando menatapnya. "Nindi, apakah
kamu tahu alasan Kak Darren terus mengejar proyek AI?”
"Mana mungkin aku tahu?
Paling-paling karena proyek itu punya prospek yang bagus dan banyak orang yang
ingin ambil bagian."
"Nindi, aku dan Brando berpikir,
kalau kamu bersedia kembali ke keluarga Lesmana, kami akan mendukung apa pun
yang ingin kamu lakukan. Kamu bisa jadi bos sendiri, tanpa harus bergantung
pada siapa pun, termasuk keluarga Julian."
"Kamu salah, aku nggak
bergantung pada siapa pun. 11
"Nindi, aku tahu kalau selama
ini kami telah menelantarkanmu. Sean juga sudah tahu apa yang terjadi di rumah.
Dia bahkan menelepon Darren dan memintanya biar nggak pilih kasih. Kami semua
ada di pihakmu."
Nindi memandanginya dengan sinis.
"Kak Sean menelepon Kak Darren biar nggak pilih kasih katamu?"
"Benar. Sean juga bilang dia
akan mendukungmu dan nggak akan membiarkanmu menderita di keluarga
Lesmana!"
Sekilas ada tatapan mengejek di mata
Nindi.
Dia masih ingat rasa sakit saat
operasi ginjal yang dia korbankan di kehidupan sebelumnya.
Nindi melirik Nando. "Kak Darren
bilang dia menemukan petunjuk tentang siapa yang ada di dalam mobil kecelakaan
waktu itu, tapi dia nggak memberitahuku. Kalau Kak Nando benar-benar ingin menebus
kesalahan, kenapa nggak coba tanyakan langsung ke Kak Darren tentang petunjuk
itu?”
"Jangan khawatir, aku pasti akan
mencari tahu. Tapi hubunganmu dengan Cakra Julian itu sebenarnya 11
Nando masih ingin bertanya lebih
lanjut, tetapi Nindi sudah pergi tanpa menoleh ke belakang.
Dia kembali hanya untuk menonton
drama dan mencari informasi, bukan untuk berpura-pura menjadi bagian dari
keluarga Lesmana lagi.
Nando hanya bisa menghela napas saat
melihat punggung Nindi yang menjauh.
Dia pikir Nindi mau kembali ke
keluarga Lesmana dan akan memperbaiki hubungan dengan keluarga setelah sekian
lama. Ternyata Nindi masih menyimpan dendam.
Nindi kembali ke kamarnya dan
memikirkan kata-kata Sania. Ketika dia pergi ke kampus keesokan harinya, dia
melihat Sania juga kembali masuk kelas. Sania berjalan bersama Serena sambil
bergandengan tangan, seperti saudara dekat.
Nindi melirik mereka sekilas dan
merasa ada yang tidak beres.
Tak lama kemudian, Mia memberitahunya
bahwa Sofia bertemu dengan Darren, sepertinya mereka sedang membicarakan kerja
sama AI.
Nindi merasa ada yang janggal.
"Hari itu Serena pamer padaku kalau keluarga Morris akan bekerja sama
dengan keluarga Julian. Tapi kenapa Sofia malah menemui Darren?”
"Mungkin saja Pak Cakra menolak
bekerja sama dengan keluarga Morris. Bagaimanapun juga, Perusahaan Patera
Akasia adalah perusahaan baru yang bermitra dengan Pak Zovan, bukan bisnis
keluarga Julian. Jadi, mereka nggak perlu menjual muka kepada keluarga
Morris."
Nindi sebenarnya merasa cukup senang
saat mengetahui bahwa Cakra menolak bekerja sama dengan Sofia.
Hari itu Serena begitu menyombongkan
diri, tapi dia tidak menanyakannya langsung kepada Cakra.
Dunia kerja sama antar keluarga kaya
sangatlah rumit, apalagi ibu Serena adalah sahabat baik ibu Cakra. Dengan
hubungan seperti itu, Cakra pasti sulit menolak.
Nindi sangat memahami hal ini, jadi
dia tidak bertanya.
Namun, tak disangka, Cakra
benar-benar menolaknya.
Nindi bertanya sambil berbisik,
"Apa waktu pembayaran kedua sudah ditentukan?"
Dia sudah memeriksa rekening Sania
dan tidak menemukan pergerakan apa pun. Kemungkinan besar, Darren masih
mengawasi dengan ketat, sehingga Sania belum punya kesempatan untuk bertindak.
Namun, Darren tidak mungkin terus
mengawasi Sania.
"Pembayaran kedua akan dilakukan
pada akhir bulan ini.”
Nindi menyeringai. Kebetulan,
pernikahan Sania dan Witan juga dijadwalkan pada akhir bulan. Sepertinya akan
ada tontonan yang menarik saat itu.
No comments: