Bab 723
Perkataan Nindi tak ubahnya seperti
ledakan bom yang dahsyat.
Meninggalkan bekas yang teramat dalam
di benak semua orang.
Wajah Sania seketika menjadi pucat
pasi, tubuhnya nyaris tidak mampu berdiri dengan stabil. Ini mustahil!
Jika Nindi tiba-tiba mengingat
kejadian kecelakaan itu, dan sampai membongkar bahwa Ayahnya masih hidup atau
tindakan yang pernah dilakukan oleh Ayahnya, maka tamatlah sudah.
Bukankah selama ini Nindi tidak
pernah mengingat kejadian itu? Mengapa justru di momen penting seperti ini dia
dapat mengingatnya!
Ekspresi kakak beradik keluarga
Lesmana itu tampak begitu terkejut.
Nando segera berbicara. "Nindi,
masalah sepenting ini, kenapa nggak kasih tahu aku?"
Nindi menyeringai dingin. "Buat
apa? Lihat sendiri gimana perilaku kalian! Orang tua kita bahkan belum lama
meninggal, tapi kalian malah gegabah kasih kamar mereka ke anak musuhnya
sendiri. Nggak takut kena karma, ya?"
"Nggak gitu!"
Sanía segera berteriak menyanggah.
"Aku nggak tahu! Aku percaya kok kalau Ayah bukan orang seperti itu!"
Meskipun Witan merasa ada yang
janggal, dia tetap berpihak kepada Sania dan berkata kepada Nindi. " Kamu
kira semua bakal percaya cuma karena kamu tiba-tiba bilang ingat sesuatu?"
Sania langsung menghela napas lega,
kemudian menangis terisak di pelukan Witan.
Nindi tersenyum sinis. "Jadi,
kamu lebih percaya sama orang asing daripada ucapanku, ya?"
"Semua orang juga tahu kok,
kalau kamu nggak suka sama Sania. Gimana kalau ucapanmu itu cuma bohong? Toh,
orang yang waktu itu juga sudah meninggal. Siapa yang bisa buktikan kalau
ucapanmu itu benar?" ucap Witan.
Dalam benaknya, Witan meragukan bahwa
Ayahnya Sania adalah sosok seperti itu.
Darren melirik sekilas ke arah Witan.
"Bawa Sania ke kamarnya, biar dia bisa istirahat."
"Kak Darren!"
Darren seketikan mengernyit.
"Sekarang, sudah nggak ada yang mau dengar omonganku, ya?"
Witan hanya bungkam dan membawa Sania
pergi dari tempat itu.
Kaki Sania gemetar hebat. Untungnya
Witan tidak mempercayainya. Untung pula, saat itu tidak ada saksi di tempat
kejadian, dan tidak ada yang mempercayai perkataan Nindi.
Jika tidak, tamat sudah riwayatnya!
Namun sebenarnya, apa gerangan yang
diingat kembali oleh Nindi? Dia penasaran, tetapi juga takut untuk
mendengarnya.
Sebelumnya, Sania pernah menanyakan
masalah kecelakaan itu, tetapi Ayahnya selalu bungkam. Nanti, dia harus
menanyakan lagi. Dia harus bersiap lebih awal!
Setelah kepergian Sania, barulah
Darren berbicara. " Nindi, sebenarnya kamu ingat apa?"
Jika Nindi sungguh mengingat kejadian
kecelakaan itu, maka semuanya menjadi lebih mudah.
"Lalu, apa yang kamu
temukan?" tanya Nindi.
Darren menyipitkan matanya.
"Ternyata benar, kamu bohong. Kamu beneran nggak ingat apa pun. Dasar
nggak guna, orang tua kita sudah mati-matian selamatin kamu, tapi kamu malah
jadi penakut sampai lupa semuanya."
Jika Nindi dapat mengingatnya, maka
pelaku dapat ditemukan.
Jika kejadian ini berhubungan dengan
keluarga kaya, maka itu dapat dijadikan senjata untuk menekan mereka.
"Silakan kalau mau tuduh aku
bohong, tapi aku beneran ingat, orang yang selamatin aku itu masih muda banget,
bukan Ayahnya Sania!" ucap Nindi.
Perkataannya ini seketika membuat
Darren tersentak.
Dia merendahkan suaranya. "Kamu
beneran lihat dengan jelas wajah pria muda itu?"
"Kenapa aku harus kasih tahu
kamu, sih?" ucap Nindi.
Nindi menunjukkan ekspresi mengejek.
"Kalau orang yang selamatin aku bukan Ayahnya Sania, kalau kecelakaan itu
memang disengaja, kalau semua ini ada hubungannya sama Ayahnya Sania menurutmu,
yang kamu lakukan selama ini buat apa?"
Isyarat yang diberikan oleh Nindi
begitu jelas.
Setelah mendengarnya, Darren mundur
beberapa langkah dengan ekspresi putus asa. "Nggak mungkin! Nindi, kamu
bohong, 'kan!"
Jika kecelakaan itu ada hubungannya
dengan Ayahnya Sania, lantas Sania adalah putri dari musuhnya!
Darren berkata dengan nada tajam.
"Nggak mungkin! Nindi, kamu sengaja ngomong begitu supaya kerja sama
keluarga Lesmana sama PZ Grup hancur, 'kan?"
Darren meragukan ucapan Nindi,
terlebih lagi di momen sepenting ini.
Jika terjadi kesalahan sekecil apa
pun, maka kerja sama antara Lesmana Grup dan PZ Grup akan terganggu.
Nindi menatap pria itu dengan dingin.
"Coba tebak!"
No comments: