Bab 2618
Namun, Jack tidak punya ruang untuk
melawan. Sementara bunuh diri adalah pilihan terbaik dan membuat mereka tidak
berdaya.
Namun, pada saat berikutnya, Jack
masih terus bergerak maju!
Jack sudah tidak mampu berdiri, tetapi
dia mengepalkan tinjunya seraya mengayunkan pedangnya. Dia menopang tubuhnya
menggunakan tangan yang lain dan bergerak mendekati Wimar!
Melihat adegan ini, para anggota
keluarga Syahrir langsung menertawakannya karena menganggap sikap Jack lucu.
Namun, saat Wimar menatap Jack yang
tergeletak di tanah, amarahnya makin tumbuh dengan kuat.
Wush!
Wimar tiba-tiba menghunus tombaknya,
ujung tombak itu bagaikan pedang yang menusuk lengan Jack dan mengeluarkan
semburan darah.
Serangan Pedang Terbelah itu jatuh ke
tanah dengan tidak berdaya.
"Kamu sudah nggak bisa memegang
pedang lagi. Kamu sudah kalah!"
Mata Wimar menyala dengan cahaya yang
ganas, menatap tajam ke arah Jack.
Hal ini membuat semua orang terkejut
dan bingung.
Kenapa Wimar harus memastikan menang
atau kalah berulang kali?
Apakah sangat penting jika Jack kalah
atau tidak? Bagaimanapun Jack juga akan tewas ...
Namun, pada saat ini Jack tiba-tiba
tersenyum seraya berkata, "Wimar, sepertinya kamu memang sangat takut
padaku."
Wimar terkesiap, lalu tertawa marah
sambil menyahut, "Aku bisa takut padamu ? Memangnya aku bisa takut padamu?
Omong kosong apa yang kamu bicarakan!"
Namun, Jack hanya menatapnya dan
menjawab, " Kalau kamu nggak takut padaku, kenapa kamu nggak berani membunuhku
dengan tanganmu sendiri?"
Wimar segera menyahut, "Kamu
terlalu lemah, aku nggak mau repot-repot membunuhmu!"
Jack menatap Wimar, kembali berkata,
"Apa kamu percaya dengan ini?"
Lalu, Jack tiba-tiba tersenyum sambil
menjawab, " Kamu jelas nggak berani membunuhku, karena samar-samar dalam
hatimu, kamu sadar kalau masih belum sebaik aku. Walaupun kamu berhasil
membunuhku dalam keadaan sekarang, dengan tanganmu sendiri, tetap nggak akan
mengubah fakta ini. Walaupun kamu membunuhku, akan bisa membuatmu kehilangan
kesempatan untuk mengalahkanku secara langsung. Mulai sekarang, aku akan
menjadi mimpi burukmu, bahkan niat seni bela dirimu juga akan hancur."
"Karena itu, kamu memaksaku
untuk mengaku kalah. Kalau aku mengaku kalah, kamu bisa terus menjadi Wimar
yang hebat dan perkasa..."
"Diam!"
Begitu kalimat itu diucapkan, Wimar
langsung berteriak marah. Dia mengangkat tangannya untuk menampar mulut Jack.
"Memangnya masih ada gunanya
bagimu kalau aku tetap diam? Apa aku bisa membuka jalan seni bela dirimu kalau
aku diam?"
Jack menatap Wimar seraya berkata
sambil tersenyum, "Nggak, kamu masih nggak sebaik aku. Kalau kamu menutup
mulut orang lain, itu cuma akan membuatmu lebih mengerti kalau kamu memang
nggak punya keberanian untuk menghadapi kebenaran."
Dalam sekejap, Wimar menatap Jack
dengan mata merah. Tombak di tangannya hanya melayang di udara, tidak jatuh
untuk beberapa saat.
Wimar menatap Jack dengan saksama
sambil bergumam, "Kamu itu cuma mengandalkan keberuntungan untuk membuka
jalan seni bela diri! Keberuntunganku bahkan lebih kuat darimu! Beri aku waktu,
aku juga bisa membukanya!"
Jack tiba-tiba tertawa sambil
menyahut, "Jalan seni bela diri itu nggak didasarkan pada keberuntungan.
Kekuranganmu sangat besar... "
Saat ini, Jack menatap Wimar seraya
tersenyum dan berkata, "Apa yang akan kukatakan selanjutnya akan
menanamkan rintangan batin di hatimu. Kamu mau dengar?"
"Pak Wimar! Jangan
tertipu!" seru seseorang dengan nada panik.
Meskipun Wimar sudah menindas mereka,
dia tetap merupakan kekuatan tempur penting dari keluarga Syahrir. Bagaimana
mungkin mereka akan membiarkan orang lain menanamkan rintangan batin di dalam
hati Wimar?
"Diam!"
Wimar menyahut dengan marah, lalu
menatap Jack sambil menggertakkan giginya.
Jika tidak bersedia mendengarkan, itu
artinya Wimar tidak punya keberanian untuk menghadapi kekurangannya. Jika dia
tidak punya keberanian bagaimana dia bisa menjadi lebih baik ke depannya?
Memang sudah ditakdirkan untuk dipenuhi dengan rintangan batin selama hidup!
Namun, jika Wimar bersedia
mendengarkan, seharusnya masih ada secercah harapan ...
Bagaimanapun masalah pasti tetap, apa
pun pilihan yang dia buat.
Wimar menatap Jack, lalu tiba-tiba
berseru, " Katakan!"
Jack tersenyum, kemudian berkata,
"Kelemahan terbesarmu ada di kalimat yang kamu katakan sebelumnya. Kamu
menyuruhku untuk bunuh diri
Wimar menyipitkan matanya pelan, lalu
menyahut, "Kamu mau bilang kalau aku nggak punya keberanian untuk
menghadapimu secara langsung? Aku akan membiarkanmu tetap hidup! Aku juga
berani mendengarkanmu!"
No comments: