Bab 731
Setelah video beresolusi tinggi itu
diputar, terjadi keributan di seluruh ruangan.
Saat Sania melihat video itu, dia
hampir gila.
Beraninya Nindi benar-benar
menayangkan video itu.
Bukankah dulu Nindi berjanji untuk
menghapusnya?
Dia pasti akan meminta ayahnya
membunuh si jalang, Nindi Lesmana itu.
Sania buru-buru menjelaskan ke Witan,
"Kak Witan, videonya palsu, itu hasil editan. Nindi sengaja ingin
menghancurkan aku!"
Sayangnya, Witan langsung menampar
Sania. "
Kamu pikir aku nggak tahu itu kamar
siapa? Mana ada video editan yang bisa se-realistis itu?"
Sania memegangi pipinya yang baru
saja ditampar sambil menangis tersedu-sedu. "Tapi video itu benar-benar
palsu."
Witan tampak luar biasa marah.
"Sania, dasar perempuan murahan nggak tahu malu! Sampai kepala pelayan tua
pun kamu tiduri!"
Witan tidak menyangka bahwa Sania
ternyata juga berhubungan dengan kepala rumah tangga tua itu.
Nando maju untuk menghentikan Witan.
"Video ini palsu, jangan percaya. Ada banyak orang yang melihat di
sini."
Witan sangat marah hingga ingin
membunuh Sania.
Namun, benar kata Nando. Sekarang
mereka tidak bisa mengakui video itu asli. Mereka hanya bisa bersikeras
mengatakan itu video editan. Jika tidak, mereka akan sangat malu hari ini.
Sania langsung berlari ke arah Nindi
sambil menangis, "Kak Nindi, kenapa kamu menjebakku? Aku tahu kamu cemburu
karena aku merebut para kakak darimu, tapi aku nggak pernah berpikir untuk
merebut apa pun darimu."
Saat ini, Sania benar-benar ingin membunuh
Nindi, si wanita murahan itu.
Darren mencengkeram pergelangan
tangan Nindi dengan erat. "Cepat minta maaf, akui kesalahanmu
barusan!"
Mereka sama sekali tidak boleh
membiarkan Nindi menghancurkan keluarga Lesmana.
Bagaimanapun juga, CEO PZ Grup masih
ada di ruangan saat ini, mereka sama sekali tidak boleh kehilangan harga diri.
Mereka tidak bisa mengakui video itu
asli.
Nindi hanya melirik Darren, lalu
dengan enteng menjatuhkannya ke tanah dengan sekali bantingan bahu.
Dia menepuk tangannya santai.
"Video itu asli. Kenapa aku harus minta maaf? Aku justru menyelamatkan Kak
Witan dari perempuan murahan yang suka main belakang itu."
Darren meringis kesakitan sambil
bangkit dari rumput. Jika bukan karena rumput, dia pasti akan mengalami luka
parah hari ini.
Darren menunjuk hidung Nindi dan
berteriak keras, "Kamu pergi dari sini! Mulai sekarang, jangan pernah
kembali ke keluarga Lesmana!"
"Kalian salah memahami satu hal.
Vila ini milikku.
Yang harus pergi adalah kalian!"
Dia berdiri tegak dengan tatapan
sedingin es.
Nindi lalu mengedarkan pandangannya
ke arah para tamu dan mengeluarkan salinan sertifikat kepemilikan rumah.
"Rumah ini milikku. Silakan pergi. Pernikahan ini dibatalkan!"
'Apa mereka sudah meminta persetujuan
pada orang tuanya di alam sana untuk mengadakan pernikahan di sini?'
Yang jelas, Nindi tidak setuju.
Dia sudah menunggu begitu lama,
selangkah demi selangkah menahan diri, bukankah itu semua demi hari ini?
Sekarang jaringnya sudah ditarik,
jadi tidak perlu berpura-pura lagi dengan keluarga Lesmana. Semuanya bisa
angkat kaki dari rumahnya.
Para tamu saling berpandangan, tidak
tahu harus berbuat apa.
Martha buru-buru berkata pada CEO PZ
Grup, " Bagaimana kalau saya ajak Anda makan malam di luar saja, sambil
inenunggu urusan keluarga ini selesai?"
Sofia menimpali, "Benar, kami
sangat mengenal tempat ini. Biar kami yang menemani Anda jalan -jalan."
Martha dan Sofia saling bertukar
pandang. Sebenarnya ini kabar baik buat mereka. Tanpa keluarga Lesmana, mereka
bisa langsung menjalin kerja sama dengan PZ Grup.
Melihat itu, Darren buru-buru
menghampiri. " Maafkan saya atas ketidaknyamanan ini, Pak Mike."
Awalnya dia ingin berbicara dengan
Mike nanti, tetapi Nindi malah membuat keributan besar.
Martha tersenyum. "Pak Darren,
sebaiknya Anda selesaikan dulu urusan keluarga Anda. Bagaimanapun juga, Pak
Mike selalu sangat menghargai keharmonisan keluarga."
Darren juga tahu bahwa dia tidak bisa
langsung menahan Mike sekarang. Dia hanya bisa berkata, " Nanti saya akan
menyuruh Sania datang menemui Pak Mike secara langsung untuk meminta
maaf."
Dia terpaksa melepaskan mereka
sekarang.
Martha dan Sofia langsung membawa
Mike pergi.
Martha menoleh ke belakang dan
menyindir, "Ckck, waktu aku melihat Nindi pakai pakaian hitam dan bunga
putih, aku tahu dia punya niat jelek."
Darren juga menoleh dan memperhatikan
Nindi. Adiknya itu memang berpakaian serba hitam dan mengenakan bunga putih di
rambut.
Itu jelas busana untuk pemakaman.
Darren dengan susah payah mengantar
para tamu pergi, lalu menoleh dengan wajah muram. Dengan penuh amarah dia
berjalan menuju Nindi, tampak seperti ingin menerkamnya.
Hari ini dia pasti akan membunuh
Nindi.
Nando maju untuk menghentikan.
"Kak Darren, ngomong baik-baik!"
"Jangan halangi aku! Hari ini
aku harus memberi pelajaran pada Nindi! Lihat apa yang dia lakukan hari ini,
dia sudah mempermalukan seluruh keluarga Lesmana. Aku akan membunuhnya!"
No comments: