Bab 739
Perkataan Nindi langsung menusuk hati
Darren.
Dia membantah dengan keras,
"Kenapa aku harus menyesali kematian orang tua kita? Justru karnulah yang
menyebabkan kematian mereka!"
Nindi maju selangkah, menatap tajam
Darren. " Karena kamu mengadopsi anak dari musuh orang tua kita, bahkan
memperlakukannya dengan sangat baik!"
"Sebelum semuanya diselidiki
dengan jelas, siapa yang tahu apa yang kamu katakan itu benar atau salah?"
Tatapan Nindi sedingin es. "Kamu
masih bilang aku yang menyebabkan kematian orang tua kita, ya? Kalau kecelakaan
mobil itu bukan kecelakaan biasa, melainkan pembunuhan berencana! Meskipun
malam itu aku nggak makan kue dan nggak keluar rumah, keesokan harinya tetap akan
terjadi kecelakaan!"
Jika keluarga Morris benar-benar
bertindak untuk proyek energi baru itu, maka mereka pasti tidak akan menyerah.
Jika gagal sekali, pasti akan ada
yang kedua kalinya!
Darren seketika kehilangan kata-kata.
Nindi melanjutkan, "Tapi kamu
terus menerus bilang kalau aku yang menyebabkan kematian Ayah dan Ibu,
kemarahan ini sudah aku tahan bertahun-tahun, dan sekarang akhirnya aku bisa
dengan bangga menampar wajahmu!"
Darren terlihat sangat lesu, suaranya
serak. "Apa kamu puas sekarang?”
"Belum terlalu puas."
Nindi menatap Darren. "Tunggu
sampai aku menangkap ayah Sania, dan membawanya ke hadapanmu, lalu pergilah
berlutut di depan makam Ayah dan Ibu untuk mengakui kesalahanmu. Kamu sudah
membawa pulang dan membesarkan putri musuh keluargamu, dan pada akhirnya
perusahaanmu bangkrut karena dia, ini semua adalah balasan untukmu!"
Dalam sekejap, Darren tampak jauh
lebih tua. Dia tertunduk tak berani menatap Nindi karena
pernyataan-pernyataannya.
Baik mengadopsi putri musuh, maupun
menyebabkan perusahaan bangkrut.
Kedua hal ini membuatnya sulit
menerima kenyataan.
Nando melihat kakaknya yang tampak
lesu, merasa sedikit kasihan.
Dia berjalan mendekat dan berkata
kepada Nindi, " Nindi, jangan bicara seperti itu. Kak Darren juga pasti
merasa nggak enak hati. Dia juga nggak menyangka akan jadi seperti ini."
"Dan kamu juga."
Nindi menatap Nando, lalu berkata
dengan nada mengejek, "Kamu dulu juga mengatakan hal yang sama. Kalian
berdua sama saja. Apa kamu pikir kamu bisa lepas dari tanggung jawab?"
Ekspresi Nando berubah muram.
"Nindi, kalau aku tahu semua ini, bagaimana mungkin aku bisa memperlakukan
Sania dengan begitu baik dulu? Aku juga ditipu olehnya.”
Kalau dia tahu semua ini, bagaimana
mungkin dia bisa memperlakukan Sania dengan begitu baik!
"Ditipu katamu? Bukankah dulu
kalian sering bilang kalau ayah Sania meninggal demi menyelamatkanku, dan aku
berutang nyawa pada Sania? Sekarang apa kalian nggak merasa kalimat itu sangat
memalukan dan sangat konyol?"
Saat Nindi mengucapkan kalimat itu,
Darren dan Nando menundukkan kepala. Mereka tidak berani mengatakan sepatah
kata pun.
Hati mereka sama sekali tidak tenang.
Terutama Darren, dia tidak pernah
menyangka kebenarannya akan seperti ini. Hal ini lebih menyakitkan daripada
membunuhnya.
Nando dengan susah payah mengangkat
kepalanya. "Nindi, orang yang nggak tahu itu nggak bisa disalahkan. Kak
Darren juga hanya ingin yang terbaik untuk keluarga ini!"
"Kalian hanya mementingkan diri
sendiri. Keadilan yang kalian bicarakan itu berdiri di atas pengorbananku! Tapi
waktu kalian yang dirugikan, kenapa kalian nggak bisa berlaku adil juga?"
Nindi sudah lama menunggu hari ini.
Nando seketika tertegun dan akhirnya
dengan rasa bersalah berkata, "Nindi, dulu itu semua salahku. Aku sudah
tahu kesalahanku. Setidaknya, aku adalah orang pertama yang melihat jelas sifat
asli Sania."
Dia berbeda dengan Darren.
Nindi tersenyum sinis.
"Sudahlah. Kalian sebaiknya segera bereskan barang-barang dan pindah dari
sini. Aku sudah cukup bersabar selama ini. Hari ini batasnya."
Setelah berkata begitu, dia
meninggalkan ruangan.
Darren bahkan tidak sanggup berdiri
dengan tegak. Dia pun menatap Nando. "Nan, aku beneran nggak tahu."
Darren merasa seperti dunianya hancur
berantakan.
Rasanya seperti dunia
mempermainkannya. Ternyata ayah Sania masih hidup.
Kalau begitu, bukankah tindakannya
mengadopsi Sania Kertanegara sangat konyol?
Nando menopang tubuh Darren.
"Kak Darren, tenangkan diri dulu. Jangan panik."
"Bagaimana aku bisa tenang
sekarang, katakan padaku bagaimana caranya tenang?"
Darren juga takut kalau dia
benar-benar melakukan kesalahan, bukankah dia akan menjadi bahan tertawaan
selama bertahun-tahun?
No comments: