Bab 2622
Saat aura kuat Saka terungkap, semua
orang yang menyaksikan agak tercengang.
Suara yang sedang bertanya sebelumnya
langsung lenyap dalam sekejap dan digantikan dengan ekspresi datar dari semua
orang.
"Bukankah katanya sulit untuk
menerobos master ilahi tingkat empat? Kenapa orang ini masih bisa ...
"pekik seseorang dengan tidak perca percaya.
"Dia benar-benar nggak perlu
memanggil siapa pun saat ini?"
Saat suara ini terdengar.
Jack menghela napas dan tiba-tiba
tertawa sambil menggumam, "Sial, ini benar-benar genius!"
"Wimar! Bersiaplah untuk
mati!"
Begitu suara ini menggema, tangan dan
kaki para penonton seolah mati rasa. Perlu diketahui bahwa Saka mampu menjadi
master ilahi tingkat tujuh karena bantuan dari Teknik Penerobos Surgawi.
Masalahnya, Saka tak terkalahkan di
tingkatan yang sama!
Tanpa sadar mereka langsung menatap
Wimar.
Saat ini, di bawah tatapan semua
orang, wajah Wimar berubah agak dingin dan dia tampak akan berbicara.
Namun, Saka mengabaikannya dan hanya
memberikan beberapa pil kepada Jack yang mengalami luka-luka di sekujur
tubuhnya sambil berkata, "Bersenang-senanglah, aku akan membantu untuk
melampiaskan amarahmu."
Jack segera menelan pil itu seraya
melirik Wimar dan berkata dengan tenang, "Jangan terlalu ceroboh. Karena
melihatku memulai jalan bela diri, Wimar merasa iri sampai agak gila. Kamu
harus berhati-hati..."
Jalan bela diri?
Saka agak terkejut, menatap Jack
seraya bertanya, " Memangnya kamu sudah membuka jalan bela diri?"
"Hebat, 'kan?" jawab Jack
seraya tersenyum puas.
Saka hanya tertawa dalam diam sambil
menggelengkan kepalanya pelan.
Mereka berdua bertukar informasi
dengan cara biasa, tetapi saat Wimar mendengarnya, entah kenapa dia merasa
seperti sedang diejek. Jalan bela diri adalah penderitaannya.
"Walaupun aku belum membuka jalan
bela diri, aku nggak akan menyebut diriku sendiri sebagai orang yang nggak
terkalahkan di tingkat yang sama! Omong kosongmu tentang nggak terkalahkan di
tingkat yang sama cuma akan membuatmu bertindak seperti pahlawan bagi
segerombolan semut. Aku sama sekali nggak menganggapmu dengan serius!"
Wimar berteriak dengan marah
Sepertinya orang yang tidak menekuni
jalan bela diri, tidak layak untuk dianggap serius oleh Wimar.
Saka tertawa lebar saat mendengar ini
dan segera menyahut, "Rupanya kamu sangat sensitif dengan istilah jalan
bela diri, ya?"
Wimar hanya menatapnya, menjawab
dengan nada sinis, "Orang-orang sepertimu yang merangkak di dunia bawah
jelas nggak akan tahu pentingnya jalan bela diri."
Setelah campur tangan Saka, Wimar
mulai agak tenang dari keadaan gilanya.
Dia menatap Jack seraya berkata
dengan nada dingin, "Setelah aku membunuh orang ini, aku juga akan membuka
jalan bela diri. Lalu, aku akan langsung melawanmu dan melenyapkan rintangan
batin dalam diriku!"
Jack agak mengernyit saat mendengarnya.
Dia sudah bersusah payah menanamkan
rintangan batin dalam hati Wimar. Akan tetapi, siapa sangka bahwa Wimar bisa
segera menstabilkan mentalitasnya, seolah-olah ada tanda-tanda pembebasan...
Pria ini jelas punya sesuatu.
Saat ini, aura ganas mulai menyeruak
dari tubuh Wimar dan langsung menyelimuti seluruh tempat.
Seperti yang diharapkan dari seorang
genius. Mereka punya fondasi yang kuat dan bisa menyingkirkan rintangan batin
dalam dirinya dengan cepat..."
Saka mengangkat alisnya dan ekspresinya
langsung berubah. Dengan kemampuan mata ganda yang dia miliki untuk melihat
sesuatu, Saka melihat ada kekuatan aneh di tubuh Wimar yang bisa membantu
mentalitasnya untuk kembali tenang.
Yaitu...
Tubuh kakeknya?
Saka terkesiap sambil bergumam dalam hatinya,
" Bagaimana bisa orang tua yang ada tubuhnya itu dibandingkan
denganmu?"
Setelah hening sejenak, suara yang
terdengar tidak berdaya terdengar di dalam hatinya, "Saat dia masih hidup,
dia hampir nggak memenuhi syarat untuk membasuh kakiku."
"Oh?"
"Nak, aku cuma takut pada satu
orang di dunia fana ini. Jangan ganggu dia. Aku masih bisa menghabisi yang
lainnya," sahut Leluhur Lavali sambil tersenyum tipis.
"Takut cuma pada satu
orang?" Hati Saka tergerak dan dia bertanya, "Maksudmu Ahli Bela Diri
Agung?"
Leluhur Lavali terdiam beberapa saat,
lalu menjawab perlahan, "Sepertinya aku takut pada dua -duanya..."
No comments: