Bab 2651
Tetua Agung menyahut dengan kesal,
"Baiklah, baiklah! Sebagai Guru Negara, jelas suka menindas yang lemah dan
takut pada yang kuat. Kalau suatu hari nanti kamu menantangku, aku nggak akan
memedulikanmu karena aku nggak mau bertarung denganmu!"
Begitu kalimat tersebut dilontarkan,
semua orang langsung menatap sosok tua itu dengan tatapan terkejut. Mereka
merasa bahwa sosok ini adalah sosok yang sangat agung!
Luar biasa!
Sangat luar biasa!
Siapa lagi yang berani mempermalukan
Guru Negara seperti ini? Sosok legenda ini jelas seorang ahli di Negara Elang.
Tetua Agung sudah melakukannya!
Guru Negara justru sama sekali tidak
menanggapinya.
"Jangan-jangan sosok ahli di
Negara Elang bukanlah Guru Negara, melainkan Tetua Agung?"
"Tampaknya legenda itu benar.
Selama beberapa tahun ini, Tetua Agung sudah mengecewakan Guru Negara,
juniornya ini. Bahkan, dia sama sekali nggak takut pada Guru Negara... "
Semua orang saling berbisik dan
terkejut dalam hati.
Sementara Tetua Agung berdiri dengan
kedua tangan di belakang punggungnya. Dia seolah sama sekali tidak mendengar
diskusi di sekitarnya. Sikapnya tetap arogan dan tampak meremehkan.
"Dasar nggak tahu malu!”
Davina tiba-tiba melangkah maju
sambil berteriak dengan marah.
Pada akhirnya, dia mengerti bahwa
Tetua Agung sangat tidak bermoral karena dia sudah tahu kebenarannya.
Jika tidak demikian, bagaimana
mungkin Tetua Agung bersikap kasar kepada Guru Negara?
Jika yang berkuasa tiada, maka yang
biasa yang akan berperan penting.
Tetua Agung tertawa sinis. Dia sama
sekali tidak peduli.
Saat melihat adegan ini, Adelia tidak
tahu harus berkata apa.
Dulu, gurunya juga seorang guru
besar, tetapi dalam beberapa tahun terakhir Adelia ditekan terlalu keras.
Begitu meledak, dia akan sangat berlebihan...
"Guru, kamu lihat kalau Saka
dilindungi oleh bayangan Guru Negara..." ujar Adelia sambil melangkahkan
kakinya ke depan.
Tetua Agung melirik sosok Guru Negara
sambil mencibir dan berkata, "Aku sama sekali nggak takut pada Guru
Negara, kenapa aku juga harus takut pada bayangannya?"
"Menyingkir dariku!"
Setelah selesai berbicara, Tetua
Agung mengangkat tangannya dan melambaikannya, lalu energi sejati yang kuat
langsung melonjak.
Di tengah tatapan terkejut semua
orang, saat energi sejati mengalir ke dalam kabut, bayangan Guru Negara
langsung meliriknya. Dia tiba-tiba mengangkat jarinya sambil menunjuk.
Tiba-tiba, lapisan energi sejati yang
kuat itu langsung runtuh.
Bayangan Guru Negara menatap Tetua
Agung dengan tatapan acuh tak acuh.
Semua orang terdiam.
Tetua Agung juga terdiam.
Begitu pula dengan Saka.
"Itu... " gumam Adelia
sambil menelan ludah perlahan. Dia menyadari sekali lagi betapa besar kekuatan
Guru Negara. Akan tetapi, dia menatap Tetua Agung dengan tatapan canggung.
Semua orang juga menatap Tetua Agung
dengan bingung.
Bagaimana kamu bisa menjelaskan hal
ini?
Ekspresi Tetua Agung tidak berubah.
Dia hanya menatap bayangan Guru Negara seraya menyahut dengan tenang,
"Burung Legenda membutuhkan waktu 3.000 tahun sebagai musim semi dan 3.000
tahun sebagai musim gugur. Walaupun aku nggak sehebat Burung Legenda, rentang
hidupku masih bisa dengan mudah mencapai ratusan tahun. Momenmu nggak sama
dengan momen Raja Ilahi."
Semua orang terdiam.
Saka menatap Tetua Agung dengan
tatapan bingung sambil berkata, "Kenapa kamu terus menutupinya? Aku sudah
nggak tahan melihatmu berpura-pura bersikap sangat sombong. Baiklah, aku akan
jujur. Sebenarnya, Guru Negara adalah ... "
"Lancang sekali kamu!"
Wajah Tetua Agung agak berubah. Dia
tiba-tiba berteriak marah. Dalam sekejap, sebuah wilayah yang luas tiba-tiba
muncul. Melindungi dirinya dan Saka di tengah wilayah tersebut.
Tidak lama kemudian, Saka menyadari
dirinya berada di sebuah lingkungan yang asing dan tidak bisa melihat
orang-orang di luar. Terkadang muncul gelombang laut yang bergolak, terkadang
muncul sebuah gunung yang menjulang tinggi. Masih ada berbagai macam penampakan
yang aneh.
Satu hal yang paling menarik
perhatian adalah sebuah tombak, yang menancap ke laut dan mengarah langsung ke
langit, seolah-olah menopang wilayah tersebut.
Di atas tombak panjang itu terukir
kalimat " Padamkan Kekacauan!".
"Tombak Ajaib Anti
Kekacauan?"
Ekspresi Saka langsung berubah saat
menyadari bahwa tombak itu adalah salah satu senjata tingkat dewata dari Negara
Elang, yaitu Tombak Ajaib Anti Kekacauan!
Berbagai kejadian aneh itu persis
dengan makna tombak. Contohnya seperti, empat lautan, gunung dan sungai dalam
Teknik Tombak Ajaib Anti Kekacauan.
"Kamu ternyata berlatih
kultivasi Teknik Tombak Ajaib Anti Kekacauan?" tanya Saka sambil
menatapnya dengan curiga.
Tetua Agung menatapnya seraya
mencibir dan menjawab, "Aku adalah pemilik dari Tombak Ajaib Anti
Kekacauan ini! Sepertinya aku sudah mengejutkanmu..."
"Itu mengejutkanku."
Saka mengangguk sambil berkata,
"Aku nggak menyangka kamu punya tombak itu, tapi kamu masih saja dihabisi
seperti anjing oleh Guru Negara! 11
Tetua Agung tidak marah ketika
mendengar ucapan Saka. Dia hanya menatap sosok Guru Negara di wilayah tersebut
dengan wajah muram. Pada saat ini, semua jenis kejadian aneh muncul dan
menampar bayangan Guru Negara!
Seluruh wilayah itu bergemuruh dan
berguncang. Kekuatan Tombak Ajaib Anti Kekacauan sepenuhnya dikerahkan.
Bagaimanapun, itu adalah sosok bayangan yang tidak bisa bertahan atau berada di
posisi yang kurang menguntungkan.
"Guru Negara memang sangat kuat,
luar biasa kuat…”
No comments: