Bab 2652
Tetua Agung melihat kejadian ini
dengan tatapan takut di matanya, lalu berkata dengan lembut, "Aku sama
sekali nggak mengerti kenapa orang seperti itu muncul di dunia fana. Dari mana
Guru itu berasal?"
Tiba-tiba, dia menatap Saka sambil
bertanya, "Apa kamu tahu latar belakangnya?"
Saka tersenyum, menggelengkan
kepalanya dan menjawab, "Aku nggak tahu."
Tetua Agung tersenyum sambil
menyahut, "Biar aku yang mencari jiwanya."
Saka mengangkat alisnya dan berkata,
"Menurutku, sangat nggak sopan kalau mencari jiwa orang lain sesuka
hati."
Tetua Agung tertawa sambil menyahut,
"Kamu bocah yang cukup menarik!"
Saat berkata demikian, dia menatap
Saka sambil tersenyum tipis, lalu bertanya, "Guru Negara nggak ada di
sini. Kamu juga nggak takut padaku?"
Saka menggelengkan kepalanya pela dan
menjawab, "Kamulah yang seharusnya takut."
Tetua Agung tersenyum sambil
menyahut, "Apa menurutmu Guru Negara akan membalaskan dendam untukmu? Kamu
salah. Aku itu sangat penting bagi Negara Elang dan diluar dugaanmu, Guru
Negara nggak akan membunuhku demi orang yang sudah mati. Tapi... masih ada
Kaisar.”
Sambil berkata demikian, dia menatap
Saka dan berkata, "Bocah, sesuatu yang dipikiranmu itu untuk Kaisar dan
untukku. Aku mengatakan ini padamu sebagai ucapan terima kasih karena sudah
membantu keluarga kerajaan membunuh begitu banyak orang berkuasa dan
menyeimbangkan kekuasaan istana kembali."
Saka menghela napas sambil menyahut,
"Di matamu, aku cuma alat yang nggak berguna?"
Tetua Agung tersenyum, mengangguk dan
menjawab, "Jangan meremehkan dirimu sendiri, kamu itu alat yang sangat
berguna."
Saka tampak tenang. Dia menatapnya
sambil bertanya, "Apa masih ada ahli lain yang datang? Jangan membuatku
kecewa!"
Apa?
Nada bicara ini...
Tetua Agung mengerutkan keningnya.
Temperamennya yang sangat teliti membuatnya merasakan ada sesuatu yang tidak
beres.
Saka sedang berada di ujung tanduk,
kenapa dia sama sekali tidak takut?
Apakah ini jebakan?
"Jangan takut padaku. Walaupun
aku orang yang sangat berhati-hati, aku bukan pengecut!" teriak Tetua
Agung.
Namun, dia tidak mengambil tindakan.
Sebaliknya, dia justru menggunakan indra spiritualnya untuk merasakan situasi
di sekitarnya dengan hati-hati.
Namun, tidak ada yang dia temukan…
"Berpura-pura..."
Sorot matanya menjadi suram.
"Kamu takut," sahut Saka
dengan suara yang tenang.
Satu kalimat saja membuat wajah Tetua
Agung agak berubah.
Dia memikirkan sebuah kemungkinan.
Guru Negara sangat menjunjung tinggi aturan dan tidak akan melanggar aturan
yang sudah ditetapkannya. Jika Guru Negara menggunakan Saka sebagai umpan dan
sengaja menahan diri untuk tidak mengambil tindakan. Tetua Agung yang akan
memancing Saka untuk mengambil tindakan...
Lalu, dia akan bisa bunuh diri dengan
sendirinya.
"Huh!"
Memikirkan hal ini, Tetua Agung
merasa agak gelisah dan tiba-tiba mendengus dingin.
Dalam sekejap, gelombang yang tak
terlihat menyebar ke segala arah.
Tetua Agung sangat berhati-hati dan
memiliki banyak cara untuk mendeteksi keberadaan para ahli. Ke mana pun
gelombang itu bergulung, bahkan Guru Negara sekali pun tidak akan bisa lolos!
Setelah beberapa saat, wajah Tetua
Agung tiba-tiba tampak muram. Dia menatap Saka dan berkata, " Aku hampir
dijebak olehmu... "
Dia sangat kesal di dalam hatinya.
Sebagai seorang Raja Ilahi, dia jelas was-was pada sosok junior seperti ini!
Tampaknya dirinya sudah terlalu berhati -hati!
"Bocah, begitu aku selesai
mencari jiwamu, aku akan menyiksamu sampai mati!"
Begitu Tetua Agung selesai berbicara,
dia merentangkan kelima jarinya dan hendak mencengkeram kepala Saka!
"Teknik Penerobos Surgawi dan
rahasia Guru Negara..."
Sorot matanya agak berapi-api, lalu
dia berteriak, " Dengan ini, aku seharusnya bisa melampaui Guru
Negara!"
Saka menghela napas pelan sambil
berteriak, " Kemarilah!"
"Berpura-pura saja!" gumam
Tetua Agung sambil tersenyum sinis.
Tepat saat telapak tangannya hendak
meraih kepala Saka, dia mengaktifkan Teknik Pencarian Jiwa dan menggunakan kesadaran
spiritualnya untuk mengamati jiwa Saka.
Kemudian, terdengar suara tawa pelan
sambil berkata, "Aku bahkan nggak berani mencari tahu hal -hal dalam
ingatannya. Kamu justru ingin mencari jiwanya?"
Tetua Agung tiba-tiba melihat seorang
pria tua yang sedang berdiri dengan kedua tangan di belakang punggungnya. Sosok
pria tua itu berada di ruang jiwa Saka, menatapnya sambil tersenyum.
Di bawah kedua kaki pria tua itu,
lautan darah mengalir dan dipenuhi dengan kebencian yang tidak terbatas!
Pria tua itu hanya berdiri dengan
tenang di atas lautan darah, menatap Tetua Agung dengan tatapan yang dalam. Dia
perlahan membuka mulutnya untuk tersenyum sambil bertanya, "Kamu pikir
kamu siapa?"
Tetua Agung sontak terkesiap.
Siapa orang ini?
Mengapa dia ada di jiwa Saka?
Tepat saat dia hendak berbicara,
Leluhur Lavali tiba-tiba tersenyum sambil berkata, "Kalau aku melahapmu,
seharusnya aku pasti bisa memulihkan setengah dari kekuatanku. Anak baik, ayo,
kemarilah…”
No comments: