Bab 2654
Pada saat Tombak Ajaib Anti Kekacauan
dikerahkan, lautan darah akhirnya mengikis Tombak Ajaib Anti Kekacauan
tersebut.
Tetua Agung tampak gugup, merasa
bahwa ini akan menjadi tabrakan yang sangat keras.
Namun, yang terjadi selanjutnya
justru membuatnya tercengang.
Saat lautan darah menyerbunya, Tombak
Ajaib Anti Kekacauan hanya bergetar pelan, lalu tidak bergerak.
Hal ini membuat Tetua Agung menjadi
bingung sambil bergumam, "Apa yang terjadi? Kenapa kamu tidak melindungi
tuanmu?"
Leluhur Lavali mencibir sambil
menyahut dengan nada menghina, "Memangnya kamu itu siapa? Memangnya kamu
cukup layak bagi senjata tingkat dewata yang dibuat oleh Tentara Agung ini
untuk mengakuimu sebagai tuannya? Kamu itu cuma layak di gagang tombak
saja!"
Setelah berkata demikian, Leluhur
Lavali menatap Tombak Ajaib Anti Kekacauan dengan tatapan penasaran. Dia bergumam
pada dirinya sendiri, " Aku nggak menyangka ada senjata dewa seperti itu
di dunia fana ... Aku nggak ingin memurnikanmu, jadi jangan menggodaku!"
Tiba-tiba, Tombak Ajaib Anti
Kekacauan itu tampak seolah memiliki roh. Dalam sekejap auranya langsung menyatu,
seperti benda tak bernyawa.
Lautan darah langsung melewatinya dan
menuju pada Tetua Agung.
Di bawah tatapan tak percaya dari
Tetua Agung, lautan darah langsung menenggelamkan pergelangan kakinya. Dia
tidak punya kemampuan untuk melawan dan hanya bisa membiarkan lautan darah itu
menenggelamkannya secara perlahan.
Kalah telak!
Sudah kalah telak!
Tetua Agung yang tenggelam dalam
lautan darah mulai gemetar, menatap Leluhur Lavali dengan tatapan ketakutan.
"Siapa kamu sebenarnya!"
Seluruh proses pertarungan adalah
sesuatu yang langka dan asing baginya.
Pria tua itu bahkan tidak benar-benar
bergerak. Dia hanya mengandalkan pemahaman bela dirinya yang mendalam untuk
menghancurkan Tetua Agung.
Ini adalah serangan untuk membuat
orang lain terpojok!
Pada saat ini, Leluhur Lavali
mengabaikannya dan hanya menatap Saka sambil tersenyum dan berkata, "Seni
bela diri tingkat tinggi yang sebenarnya itu bukan untuk menghancurkan tubuh
lawan, tapi langsung menghancurkan fondasi lawan."
"Dalam pertarungan tingkat
tinggi, kalau ada sedikit cacat dalam pikiran dan seni bela dirimu, pasti akan
langsung dihancurkan oleh ahli. Jadi, mengejar jalan bela diri tidak hanya
mengejar seni bela diri itu sendiri, tapi juga mengejar kesempurnaan pikiran
dan jiwa. Mengerti?"
Saka berpikir sejenak, lalu menyahut,
"Aku mengerti maksudmu, tapi aku mungkin belum bisa melakukannya."
Memahami kebenaran dan mewujudkannya
adalah dua hal yang berbeda. Pikirannya sendiri masih belum bisa tenang.
Leluhur Lavali tersenyum tipis,
kemudian menyahut, "Nggak masalah kalau kamu masih belum bisa melakukannya
sekarang. Kamu sudah melihat yang sudah kulakukan dan kamu mungkin tahu apa
yang sedang terjadi. Itu akan sangat bermanfaat bagi masa depanmu."
Saka tampak bingung.
Mengapa Tabib Agung tidak menyebutkan
perjuangan atau metode kultivasi apa pun dalam warisannya?
Apakah ada rahasia tersembunyi?
Saka memikirkannya sambil bergumam,
"Kalau pikiran dan jiwa sudah sempurna, maka mustahil untuk mencapainya?
Tingkat perjuangan apa yang lebih tinggi dari itu?"
Leluhur Lavali meliriknya dan
menjawab dengan serius, "Perjuangan karma."
"Di atas karma?" Saka masih
bertanya.
Leluhur Lavali menghela napas,
menggelengkan kepalanya dan menjawab, "Itu bukan sesuatu yang aku
ketahui..."
Saat bicara, dia teringat dengan
sosok berbaju merah.
Dia menatap Saka dengan tatapan iri.
Bocah ini dihargai oleh orang
sepertinya dan ditakdirkan untuk mencapai alam di atas karma
Pada saat ini, Tetua Agung terlihat
panik saat melihat lautan darah sudah menggenang hingga batas lututnya.
Ketika mendengar percakapan antara
keduanya, Tetua Agung makin mengerti bahwa di mata Leluhur Lavali, dirinya yang
merupakan Raja Ilahi yang bermartabat, sama sekali bukan apa-apa. Dia hanyalah
bahan ajar yang digunakan untuk menginspirasi Saka!
Hanya itu saja.
"Pak, tolong ampuni
nyawaku!" teriaknya dengan panik.
Pada saat ini, Leluhur Lavali
meliriknya sambil berkata, "Suruh para ahli paling cakap di sisimu untuk
muncul. Jadi, aku bisa melihat sekarang dunia fana sudah berkembang sampai
sejauh apa."
Tetua Agung terdiam.
Dia memaksakan senyum sambil berkata,
"Pak, tolong jangan mempersulitku. Aku tahu kalau aku salah... "
Leluhur Lavali meliriknya seraya
mencibir dan berkata, "Mempersulitmu? Bukankah keluarga kerajaanmu itu
sangat berkuasa? Hehe, semua rakyat bahkan harus berlutut di hadapanmu. Kamu
bahkan ingin mencari jiwa pria ini! Memangnya aku punya hak untuk mempermalukan
kalian para orang -orang berkuasa?"
Saat itu juga, dia kembali berkata,
"Sekarang aku juga pengkhianat. Cepat panggil seseorang untuk membunuh
pengkhianat sepertiku!"
Tetua Agung menelan ludah dan tidak
berani membantah. Dia tahu jika membuat alasan di depan Leluhur Lavali tidak
ada bedanya dengan mencari kematian!
Namun, semua masalah ini disebabkan
oleh Saka ...
Tetua Agung merasa sangat menyesal.
Dia tidak pernah menyangka bahwa dia terlalu berhati-hati dan menunggu sampai
Guru Negara pergi sebelum mengambil tindakan.
Siapa yang tahu bahwa di balik
lawannya, ada sosok pria tua yang lebih menakutkan!
Sebenarnya siapakah Saka?
No comments: