Bab 2668
Saat itu, Adelia tiba-tiba menatap
Saka dan berkata, "Saka, kali ini aku ingin melihat bagaimana caramu
membuat Guru Kaisar mundur!"
Setelah berkata demikian, dia
langsung berpaling ke Guru Kaisar dan berkata, "Guru Kaisar, bunuh saja
orang ini!"
Suasana di tempat itu seketika
menjadi tegang.
Ardion melangkah mundur selangkah dan
diam-diam mengamati Saka.
Guru Kaisar telah datang. Selain
seorang ahli tingkat raja ilahi, siapa lagi yang bisa menandingi kehadirannya?
Namun, di luar dugaan, Guru Kaisar
hanya menggelengkan kepala dan berkata, "Sekte Sulos bertugas melindungi
Kaisar, begitu pula tugasku. Sekarang Kaisar dalam keadaan baik-baik saja.
Kalau aku turun tangan demi orang lain, itu sudah di luar kewajibanku."
Kata-katanya mengejutkan semua orang.
Adelia berseru, "Guru Kaisar,
yang dalam bahaya sekarang adalah Putra Mahkota!"
Namun, Guru Kaisar dengan tenang
bertanya, "Apa dia Kaisar?"
Adelia pun terdiam dan tak mampu
membalas.
Guru Kaisar tersenyum tipis lalu
melanjutkan, " Setiap orang memiliki tugasnya masing-masing. Aku hanya
menjalankan tugasku. Urusan yang bukan bagianku, tentu saja nggak akan aku
campuri.
Baik Ardion maupun Adelia sama-sama
tercengang mendengar jawaban Guru Kaisar.
Kaku!
Terlalu kuno!
Guru Kaisar begitu teguh memegang
prinsipnya, sampai-sampai dia benar-benar tidak mau melakukan hal yang bukan
tugasnya.
Keduanya tidak tahu harus berkata
apa.
Saka pun menatap Guru Kaisar dengan
heran.
Baginya, pria ini tidak tampak
seperti seorang ahli tingkat raja ilahi yang perkasa, melainkan lebih mirip
seorang lelaki tua yang hanya ingin menjalani hari-harinya hingga masa pensiun
tiba.
Memegang prinsipnya sampai ke titik
ekstrem!
Guru Kaisar tersenyum, lalu menoleh
ke arah Saka. Dia berkata, "Katakanlah, kamu menculik Putra Mahkota ini
untuk mengajukan syarat apa? Aku bisa menyampaikan pesanmu."
Saka menatapnya dan berkata,
"Bebaskan Davina dan Logan."
Guru Kaisar sedikit terkejut
mendengar jawabannya. Dia menatap Saka dan bertanya, "Kamu nggak
mengajukan syarat untuk dirimu sendiri?"
Bahkan Adelia dan Ardion pun tertegun
dan tidak bisa menahan diri untuk melihat Saka.
Bahkan Adelia dan Ardion pun
tertegun. Mereka mengira Saka akan meminta sesuatu yang besar, terutama untuk
keselamatannya sendiri.
Namun, Saka sama sekali tidak
memikirkan dirinya. Yang dia pedulikan hanyalah keselamatan Davina dan Logan.
Saka menggeleng pelan.
Guru Kaisar menatapnya dalam-dalam
sebelum tersenyum. Dia berkata, "Kamu benar-benar pria yang setia dan
berprinsip."
"Tapi Kaisar nggak akan
bernegosiasi dengan seorang pemberontak. Yang bisa dia terima hanyalah
permohonan belas kasihanmu, lalu dia yang akan memutuskan hukuman untukmu. Aku
bisa membantumu menyampaikan beberapa kata baik."
Nada bicaranya terdengar seperti
sebuah peringatan, seolah menyarankan agar Saka tidak berharap terlalu tinggi.
Namun, Saka menatapnya dengan serius
dan berkata, "Kalau dia nggak mau bernegosiasi, itu berarti tekanan yang
kuberikan belum cukup besar."
Guru Kaisar terdiam sesaat sebelum
tiba-tiba tertawa kecil. "Ambisius juga," ujarnya.
Lalu, dengan lambaian lengan
jubahnya, dia berbalik dan berjalan perlahan menuju istana.
Saat itu, Andios juga menatap Saka
dengan ragu dan ingin mengatakan sesuatu tetapi akhirnya hanya bisa menghela
napas. "Kak Saka, pikiran Baginda nggak bisa kamu tebak. Dia nggak akan
pernah menerima negosiasi. Sebaiknya menyerah saja... " ujar Andios.
Saka tersenyum tipis lalu menjawab,
"Aku tahu apa yang kulakukan."
Andios hanya bisa menghela napas dan
menggeleng sebelum berbalik pergi.
Adelia kini mengerutkan kening dan
menatap tajam ke arah Saka. "Guru Negara masih berada di kota Sentana,
'kan?" tanyanya.
Tampaknya ada kesalahan dalam
intelijen mereka.
Apakah Guru Negara benar-benar ada di
kota Sentana?
Saka menutup matanya tanpa berkata
apa pun. Di dalam tubuhnya ada kekuatan misterius perlahan -lahan bangkit,
makin kuat seiring waktu.
Itu adalah keberuntungan yang dia
peroleh setelah menculik Putra Mahkota. Namun, keberuntungan ini berbeda dari
yang lain.
Itu adalah...
Keberuntungan naga!
Sesaat kemudian, Saka membuka matanya
dan menatap ke kejauhan.
Beberapa aura kuat tengah mendekat
dengan cepat.
"Para tetua dari berbagai klan
datang untuk melindungi Kaisar," kata Ardion dengan tenang sambil berdiri
dengan tangan di belakang punggungnya.
Di sisinya, Saka berdiri dengan
tenang, memegang pedang setengah jadi di tangannya, lalu menatap jauh ke
kejauhan dengan ekspresi datar.
Saat ini, energi murni yang tak
terbatas mengalir deras dalam tubuhnya seperti gelombang pasang. Pedang
setengah jadi di tangannya memancarkan kilatan petir yang menyilaukan.
Di kejauhan, aura kuat mulai
bermunculan.
Seorang pria paruh baya mengenakan
jubah naga muncul pertama kali di hadapan Saka.
Saka menatap jubah naga itu dan
tersenyum tipis lalu bertanya, "Jadi kamu seorang pangeran?"
Namun, pria paruh baya itu tidak
langsung menanggapi Saka. Sebagai gantinya, dia terlebih dahulu memberi hormat
kepada Ardion, "Salam hormat, Yang Mulia Putra Mahkota."
Ardion tampak sedikit terkejut dengan
kedatangannya dan segera berkata, "Paman, terima kasih atas usahamu, tapi
Saka bukan orang biasa. Kamu ... "
"Orang lain mungkin nggak bisa
mengalahkannya, tapi aku bisa."
No comments: