Bab 2670
Suasana di tempat itu seketika sunyi.
Lagi-lagi, seorang anggota keluarga
kerajaan tewas.
Saka mengangkat pedang setengah jadi,
menyapu pandangannya ke arah orang-orang di sekelilingnya, lalu tiba-tiba
mengernyit dan berkata, "Cepat desak Kaisar! Kalau dia masih nggak memberi
jawaban, aku benar-benar akan membunuh!"
Saat itu, Adelia tiba-tiba berteriak
marah, "Kita adalah kartu trufnya! Dia nggak berani berbuat apa-apa terhadap
kita! Serang bersama, bunuh dia!"
Saat ini, dia benar-benar mulai
panik.
Karena dia bisa merasakan dengan
jelas bahwa Saka benar-benar berniat membunuh mereka!
Di tengah situasi yang makin tegang,
empat ahli master ilahi tingkat tujuh lainnya tiba di tempat kejadian,
sementara para tetua dari berbagai keluarga masih berada di dalam istana.
Begitu kata-kata itu terucap, empat
ahli master ilahi tingkat tujuh langsung melesat ke udara dan siap menyerang.
Namun, sebelum mereka sempat
bergerak, Saka tiba -tiba menatap mereka tajam dan membentak, "
Pergi!"
Begitu suara itu menggema, pusaran
badai seperti topan muncul di dalam matanya yaitu ilusi yang diwarisi langsung
dari Guru Negara. Sejak awal, Saka memang sengaja tidak menggunakannya dan
hanya untuk menghadapi serangan kelompok seperti ini!
Ilusi ini mungkin tidak terlalu
berpengaruh pada para master ilahi tingkat delapan atau lebih tinggi, tetapi
bagi mereka yang setara dengannya, efeknya luar biasa!
Dalam sekejap, sebelum tubuh mereka
sempat mendarat, mereka tiba-tiba berteriak kesakitan!
Tubuh mereka jatuh ke tanah dengan
wajah penuh ketakutan, seolah-olah telah melihat sesuatu yang tidak bisa
dijelaskan sehingga membuat mereka benar-benar kehilangan kendali!
Mereka sangat terkejut.
Mereka berusaha mati-matian untuk
melawan, mencoba mengerahkan energi sejati dalam tubuh mereka, tetapi sia-sia!
Mereka tidak bisa keluar dari ilusi itu!
Saat itulah, Saka melesat ke depan
dan berteriak, " Mati!"
Begitu kata itu terucap, cahaya
pedang melintas!
Dengan suara tajam, empat kepala
melayang di udara!
Namun, hampir di saat yang sama,
wajah Saka seketika pucat pasi.
Dalam sekejap tadi, bukan hanya ilusi
yang dia gunakan, tetapi juga secara diam-diam mengaktifkan Larangan Keempat
dari Teknik Penerobos Surgawi yang membuat kekuatannya meningkat satu tingkat
untuk sesaat.
Itu hanya berlangsung dalam sekejap
mata, sangat singkat hingga Adelia dan Ardion pun tidak menyadarinya.
Hanya dengan cara itu, dia bisa
menciptakan pemandangan yang begitu mengejutkan, membunuh empat ahli master
ilahi tingkat tujuh dalam sekejap.
Namun, bagi Saka sendiri, dampaknya
sangat besar.
Sekali serangan saja, energi dalam
tubuhnya langsung terkuras habis.
Meski demikian, pemandangan ini tetap
membuat Adelia dan Ardion terdiam di tempat.
Mati begitu saja?
Empat ahli master ilahi tingkat tujuh
... tewas seketika begitu saja?
Saat ini, wajah Adelia tampak sangat
pucat.
Sementara Ardion, yang sejak awal
diculik masih tampak tenang, kini menunjukkan ekspresi keterkejutan yang
mendalam. Namun, yang lebih menyakitkan baginya adalah perasaan seolah hatinya
meneteskan darah.
Mereka yang tewas barusan adalah para
pilar terkuat Negara Elang!
Mereka adalah kekuatan utama yang
menjaga stabilitas negara!
"Kamu!"
Ardion menatap Saka dengan mata
memerah, lalu berteriak marah, "Apa kamu benar-benar ingin membantai habis
semua ahli Negara Elang? Kalau mereka semua mati, lalu bagaimana negara ini
menghadapi ancaman dari luar?"
Saka menatapnya dengan dingin lalu
bertanya, " Sekarang kamu baru mengingat ancaman dari luar?"
Tiba-tiba, Saka membentak dengan
penuh amarah, "Lalu, bagaimana dengan perlakuan kalian padaku? Hah? Apa
kalian sama sekali nggak memikirkan bahwa dengan memaksaku sampai ke titik ini,
justru kalian yang membuat Negara Elang kehilangan banyak kekuatan?"
Ardion memejamkan mata dengan penuh
penyesalan.
Bermain api... dan akhirnya terbakar
sendiri!
Kali ini, dia benar-benar bermain api
dan berakhir menghancurkan diri sendiri!
Sementara itu, di dalam istana, di
ruang utama, Genta dan para tetua keluarga besar berkumpul. Wajah mereka semua
dipenuhi kecemasan.
Saat ini, tatapan mereka serempak
tertuju pada Tetua Agung yang baru saja dipanggil secara darurat ke dalam aula.
"Tetua Agung, kenapa kamu
membiarkan Saka pergi?"
Tetua Agung duduk di kursinya,
melihat ekspresi gelisah orang-orang di sekitarnya, lalu melirik ke arah
Kaisar. Dia ingin berbicara, tetapi menahan diri. Yang terlintas di benaknya
adalah peringatan dari sosok mengerikan yang ditemuinya sebelum ini.
"Anggap saja hari ini tidak
pernah terjadi."
Dia menghela napas panjang dan
wajahnya tampak linglung.
Awalnya, dia mengira ini adalah
kesempatan emas untuk memperkuat reputasinya, mumpung Guru Negara sedang tidak
ada. Namun, siapa sangka, yang terjadi justru sebaliknya adalah dia malah
memancing kemunculan sosok yang jauh lebih menakutkan. Kini, dia tak lebih dari
seorang badut dalam permainan ini.
No comments: