Bab 2671
Sudah cukup menyiksa ditindas oleh
Guru Negara, tapi sekarang malah dengan sengaja mencari musuh yang lebih kuat
lagi!
Sementara itu, Genta dan yang lainnya
sudah kehilangan kesabaran. Dia berkata dengan nada mendesak, "Kalau ada
masalah, cepat katakan! Dengan begitu, Yang Mulia bisa menghadapi Saka dengan
lebih tepat!"
"Kalau kamu nggak punya solusi,
Yang Mulia pasti punya! Negara Elang kita begitu besar, mana mungkin nggak
sanggup menghadapi Saka yang nggak seberapa kuat!"
Namun, Tetua Agung tetap diam tanpa
sepatah kata pun.
Ekspresi Genta tiba-tiba berubah,
lalu menggertakkan giginya dan berkata, "Jangan-jangan ini ulah Guru
Negara lagi?"
Guru Negara!
Hanya itu satu-satunya kemungkinan!
"Guru Negara sudah keterlaluan!
Dia membiarkan muridnya bertindak semena-mena seperti ini! Sekarang para utusan
dari berbagai negara ada di sini, lalu di mana kehormatan Negara Elang
kita?"
Genta menggeram marah, sementara yang
lainnya pun menunjukkan wajah muram.
"Apa kalian lupa? Kalian yang
duluan mencoba membunuh Saka, tapi sekarang setelah gagal, malah menyalahkan
orang lain karena nggak menjaga kehormatan Negara Elang. Apa kalian masih punya
rasa malu?"
Di saat itu, Davina tiba-tiba
tersenyum puas, seolah sangat menikmati situasi ini!
"Kamu!" teriak Genta dengan
marah.
Logan tertawa terbahak-bahak lalu
berkata, "Apa maksudmu 'kamu'? Jelas-jelas ini perbuatan Guru Negara!
Kalau kalian nggak terima, silakan coba bunuh aku!"
Dia pun memanfaatkan situasi ini
untuk menyombongkan diri.
Saat kemarahan Genta dan yang lainnya
makin memuncak, Kaisar tiba-tiba berkata dengan nada datar, "Bawa mereka
pergi dulu."
Meski wajah mereka dipenuhi
ketidakpuasan, mereka tetap membawa Logan dan Davina keluar.
Kini, di dalam ruangan hanya tersisa
Kaisar dan Tetua Agung.
Kaisar menatapnya dan berkata,
"Bicaralah."
Tetua Agung tampak ragu.
Kaisar seakan berpikir keras, lalu
berkata, "Guru Negara pasti nggak ada di Kota Sentana. Sepertinya ada
sosok berkekuatan raja ilahi yang melindunginya?"
Raja ilahi?
Tetua Agung hanya tersenyum pahit dan
menggeleng pelan.
"Yang lebih kuat?"
Tatapan Kaisar sedikit menyipit.
Tetua Agung tampak makin bimbang.
"Aku nggak suka teka-teki!
Katakan! Sebenarnya, siapa dia?" ujar Kaisar sambil menatapnya tajam.
Saat itu, Tetua Agung akhirnya
membuka mulut. Dia menghela napas panjang, menggelengkan kepala dengan suara
serak, lalu berkata, "Aku nggak tahu."
"Semua ahli di dunia fana telah
tercatat, kalau kamu nggak tahu, berarti dia berasal dari Dunia Roh!"
Kaisar mengernyit, lalu tiba-tiba
bertanya, " Bagaimana kekuatan orang itu?"
Tetua Agung terdiam sejenak, lalu
perlahan menjawab, "Dia bisa menghancurkanku dengan mudah."
Menghancurkan seorang raja ilahi
begitu saja?
Kaisar terdiam cukup lama.
Tetua Agung menatap Kaisar dan
menghela napas, lalu berkata, "Yang Mulia, sebaiknya lupakan saja. Orang
itu hanya seberkas jiwa, tetapi sudah memiliki kekuatan sebesar ini. Dia pasti
sosok yang luar biasa. Dia ..."
Namun, sebelum dia selesai bicara,
Kaisar tiba-tiba menyela, "Dia nggak bisa berbuat apa-apa
terhadapku."
Tetua Agung tertegun, menatap Kaisar
dengan heran. Dalam hatinya, dia berpikir, "Kamu terlalu percaya diri,
ya?"
Kaisar mengetukkan jarinya ke meja
perlahan, lalu berkata dengan tenang, "Kalau dia memang begitu kuat,
kenapa dia nggak langsung menyerbu ke istana?"
Tetua Agung terdiam sejenak. Dia pun
mulai merasa aneh.
"Dia takut akan akibatnya,"
ujar Kaisar.
Kaisar melanjutkan dengan ekspresi
tenang, "Orang kuat memang nggak terbatas oleh aturan, tapi mereka paling
takut terjerat oleh karma."
"Aku adalah Kaisar,
keselamatanku berhubungan dengan jutaan rakyat. Sekuat apa pun jiwa itu, dia
nggak berani menyentuh kekuasaan kerajaan. Beban karma dari miliaran makhluk
hidup, dia nggak akan sanggup menanggungnya," lanjutnya.
Sambil berbicara, Kaisar bangkit perlahan,
melangkah ke depan, lalu menatap jauh ke luar istana. Dia tersenyum dan
menggelengkan kepala lalu berkata, "Bisa menghancurkan seorang raja ilahi?
Lalu, kenapa? Pada akhirnya, tetap ada hal yang nggak bisa dia lakukan. Aku
berada di sini menunggunya, tapi dia bahkan nggak berani masuk.
"Jadi begitu!"
Mata Tetua Agung langsung membelalak
dan hatinya bergetar hebat, seolah menemukan secercah harapan dalam kegelapan!
No comments: